Mohon tunggu...
NOVIYANTI PRIHATIN 121211083
NOVIYANTI PRIHATIN 121211083 Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Kampus Universitas Dian Nusantara

Mahasiswa Kampus Universitas Dian Nusantara Program Studi Akuntansi Mata Kuliah Akuntansi Forensik Dosen Pengampu Prof. Dr, Apollo, M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pendekatan 5W dan 1H untuk Memory-Enchancing Techniques for Investigative Interviewing: The Cognitive Interview Fishe, Geiselman (1992)

2 Juli 2024   23:26 Diperbarui: 2 Juli 2024   23:46 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : mediaindonesia.com

Sebuah teknik khusus yang baik untuk mencegah bias yang dapat membahayakan validitas investigasi adalah metode wawancara kognitif. Sumber utama dari bias validitas adalah fenomena rumit yang kini dipelajari oleh para akademisi dalam instrumen penelitian, seperti responden yang memberikan jawaban yang dapat diterima secara sosial atau secara tidak sengaja memberikan jawaban yang menipu karena mereka tidak memahami pertanyaannya. Wawancara kognitif membantu mengurangi kemungkinan prasangka ini. Wawancara kognitif menjelaskan motivasi responden dan menyoroti pertanyaan-pertanyaan penelitian yang mengabaikan konsep-konsep penting atau memberikan perspektif yang salah mengenai masalah yang sedang dibahas.

Tujuan dari wawancara kognitif adalah untuk mengurangi kemungkinan ingatan yang salah sekaligus meningkatkan ingatan akan ingatan yang sebenarnya. Ini memiliki beberapa langkah, yang semuanya dimaksudkan untuk meningkatkan cara pengambilan data yang disimpan. Tiga strategi utama---pengembalian konteks, penarikan kembali yang terdiversifikasi, dan pengambilan yang ditargetkan---sejalan dengan teori psikologi kognitif.

Mengembalikan konteks fisik dan emosional dari peristiwa yang dilihat secara mental dikenal sebagai restorasi konteks. Pewawancara dapat memperoleh ingatan terkait dari saksi yang mungkin tidak dapat mereka akses dengan meminta mereka mengingat secara spesifik tentang lingkungan dan perasaan mereka. Berikutnya adalah varied recall. Metode ini mengajak saksi untuk mengingat kembali kejadian tersebut dengan cara yang berbeda atau dari sudut yang berbeda. Menceritakan kembali suatu peristiwa, misalnya, dapat membantu untuk mengingat elemen-elemen yang mungkin lewatkan saat menceritakannya ke depan. Terakhir, pengambilan terfokus. Dalam teknik ini, perhatian saksi diarahkan pada fakta atau aspek tertentu dari kejadian tersebut. Saksi dapat fokus pada pemulihan rincian tertentu dengan membatasi ruang lingkup penarikan kembali.

Selain itu, peneliti dapat memastikan apakah ada beberapa atau interpretasi yang rumit terhadap ide-ide dasar dan kerangka konseptual penelitian dengan memberikan kesempatan kepada responden untuk menjelaskan bagaimana mereka memahami pertanyaan-pertanyaan tersebut. Pertanyaan-pertanyaan harus segera diperbarui jika ditemukan masalah seperti itu. Wawancara kognitif dapat digunakan untuk mengidentifikasi kesalahpahaman yang mengakibatkan respon yang tidak akurat. Dengan melihat pengalaman responden, wawancara kognitif sangat membantu untuk menilai validitas dan reliabilitas penelitian. Empat tahap pemrosesan respons menjadi landasan teoritis dari wawancara kognitif (Tourangeau, 1984).

Sesuai dengan paradigma ini, proses kognitif responden dibagi menjadi empat tahap: memahami pertanyaan, mencari informasi terkait, membentuk kesimpulan berdasarkan pengetahuan tersebut, dan memetakan respons mereka menggunakan sistem pelaporan. Sangatlah mungkin untuk mengubah pertanyaan wawancara menjadi format terbaik untuk studi dengan menganalisis fakta secara cermat.

Salah satu aspek terpenting dalam wawancara kognitif adalah teknik "think-aloud", di mana orang yang diwawancarai menggunakan proses otak mereka sendiri untuk menghasilkan jawaban. Responden diperbolehkan mengomentari kebenaran, ambiguitas, kejelasan, dan kesenjangan dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Setelah menyelesaikan satu pertanyaan, responden diberikan pertanyaan tambahan yang dimaksudkan untuk mengetahui seberapa baik mereka memahami pertanyaan asli dari pewawancara. Beberapa contoh wawancara kognitif ditunjukkan di bawah ini:

Contoh 1: Siswa berpartisipasi dalam wawancara kognitif dengan seorang peneliti yang sedang meneliti keampuhan strategi pengajaran baru. Siswa diundang untuk berpikir dengan lantang saat menjawab pertanyaan mengenai pengalaman mereka dengan metodologi pengajaran selama wawancara. Hal ini membantu peneliti untuk menemukan pertanyaan yang kurang jelas dan memahami proses mental siswa.

Contoh 2: Teknik wawancara kognitif digunakan untuk mengevaluasi pemahaman pasien tentang instruksi resep selama wawancara pasien dalam studi kesehatan. Ketika mereka memahami instruksi, pasien mengekspresikan ide-ide mereka secara verbal, yang membantu peneliti mengidentifikasi kesalahpahaman dan membuat instruksi menjadi lebih jelas.

Contoh 3: Untuk meningkatkan kuesioner tentang perilaku pelanggan, pengembang survei menggunakan wawancara kognitif. Responden diminta untuk memberikan lebih banyak rincian dan justifikasi atas jawaban mereka. Prosedur ini membantu pengembang dalam menemukan dan mengklarifikasi pertanyaan yang tidak jelas atau menipu.

Peneliti dapat meningkatkan ketepatan dan ketergantungan studi mereka dengan menggunakan wawancara kognitif untuk memastikan bahwa tanggapan responden secara akurat mencerminkan pengetahuan dan pengalaman mereka.

Pendekatan Wawancara Kognitif 5W1H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun