Mohon tunggu...
Noviyanti
Noviyanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Manusia seperti pada umumnya dan suka tidur

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Efek Stunting Seumur Hidup?

30 November 2023   10:39 Diperbarui: 30 November 2023   11:07 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada banyak sekali permasalahan yang perlu di atasi di tanah air kita ini. Mulai dari persoalan kecil hingga persoalan yang mempertaruhkan nasib bangsa kedepannya. Sebut saja stunting, salah satu permasalahan yang sampai saat ini masih membayangi nasib penerus bangsa selanjutnya.

Ratusan juta anak di dunia mengalami stunting. Berdasarkan data statistik PBB pada tahun 2020 bahwa dari 149 juta anak yang mengalami stunting, 6,3 juta diantaranya merupakan anak usia dini atau balita di Indonesia. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) mengungkap prevalensi balita stunting di tahun 2018 mencapai 30,8% dimana artinya satu dari tiga balita terkena stunting, mengakibatkan Indonesia menduduki peringkat ke 2 beban anak stunting terbanyak di Asia Tenggara dan peringkat ke-5 di dunia. Saat ini prevalensi stunting di Indonesia mencapai 21,6% yang artinya telah mengalami penurunan dari angka sebelumnya yaitu 24,4 %. Penurunan ini sedikit banyaknya menimbulkan harapan besar bagi pemerintah karena terjadi di masa-masa sulit pada masa pandemi. Oleh karena itu Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengharapkan di masa yang normal saat ini penurunan kasus stunting bisa lebih tajam lagi sehingga target penurunan kasus stunting di angka 14% di tahun 2024 bisa tercapai.

Apa itu Stunting?

Stunting sendiri adalah kondisi terhambatnya pertumbuhan fisik dan perkembangan otak anak karena kekurangan gizi hingga tahap kronis, terutama apabila terjadi pada 1000 hari pertama kehidupan. Anak-anak yang mirisnya mengalami stunting akan sangat mencolok dari segi fisik, tinggi badan yang kurang dan tidak seharusnya dibandingkan dengan anak-anak lain yang seusianya. Belum lagi dengan keterlambatan perkembangan otak sang anak yang berakibat fatal untuk kelangsungan hidupnya. Bahkan, tidak jarang pula stunting merenggut nyawa penderitanya.

Stunting saat balita akan berefek seumur hidup?

Alasan mengapa permasalahan stunting ini menjadi perhatian penting untuk para pemimpin di dunia bukanlah suatu hal sepele. Efek stunting akan berdampak seumur hidup terhadap penderitanya. Anak yang mengalami stunting akan menghadapi banyak kesulitan dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Selain gangguan pertumbuhan tubuh dan perkembangan otak yang pada akhirnya merujuk pada kesehatan dengan mempengaruhi daya tahan tubuh juga meningkatkan risiko penyakit kronis dan gangguan kecerdasan anak.

Stunting berdampak secara signifikan pada anak selama masa sekolah mereka. Karena keterlambatan perkembangan tubuh akibat stunting, hal ini akan berpengaruh pada energi dan daya tahan fisik sang anak yang akan berdampak pada partisipasi mereka dalam kegiatan fisik di sekolah seperti olahraga serta kegiatan berat lainnya. Dan pada akhirnya, mempengaruhi kesejahteraan fisik mereka secara keseluruhan.

Stunting juga sangat berperan terhadap kontribusinya dalam mempengaruhi kemampuan kognitif misalnya kemampuan belajar, daya ingat, dan kemampuan dalam pemecahan masalah. Kesulitan belajar tentunya merupakan masalah besar yang menimbulkan banyak masalah lainnya. Hal ini akan menciptakan tantangan yang sulit bagi anak dalam mengejar prestasi akademis di sekolah.

Selain itu, aspek sosial dan emosional anak juga akan terpengaruh. Anak yang mengalami stunting akan merasa minder dan tidak percaya diri karena fisiknya yang berbeda dari teman-teman sebayanya. Dan yang lebih parah lagi, adanya kemungkinan akan kesulitan berinteraksi akibat stigmatisasi dan perasaan rendah diri. Stigma sosial terkait penampilan fisiknya selama masa kanak-kanak akan tetap membayangi kehidupannya bahkan setelah mereka beranjak dewasa.

Ketika memasuki dunia kerja, mereka lagi-lagi harus menghadapi tantangan dalam mencapai kemajuan profesional. Meskipun memiliki keterampilan tertentu, namun keterbatasan dalam hal kognitif akan menjadi batu hambatan dalam merespon tuntutan pekerjaan yang semakin kompleks. Dan hal ini tentu saja mempengaruhi peluangnya untuk meningkatkan karir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun