Mohon tunggu...
Novi Rusnarty Usu
Novi Rusnarty Usu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

saya suka nonton film, baca buku, masak, fotografi dan jalan jalan.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Travelling dan Makanan Halal

31 Juli 2022   22:45 Diperbarui: 31 Juli 2022   22:55 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wisata. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik


Tantangan seorang Muslim saat bepergian itu biasanya soal makanan. Setiap manusia perlu makan setiap hari.  Nah makanan yg pasti halal biasanya sulit dicari kalau kita bepergian ke tempat tempat yg penduduk muslimnya sedikit.

Sering skali ada yg beranggapan selama itu daging ayam,  daging sapi maka itu bisa kita makan,  padahal syaratnya bukan itu,  tapi dari awal proses potong sudah menentukan kehalalan makanan.

Ikan dan sayur bahkan kue dan rotipun belum tentu bisa dengan gampang kita makan,  karena kita harus pastikan makanan ini tdk diproses menggunakan alkohol dan sejenisnya atau tidak diproses dengan menggunakan unsur apapun dari binatang yg dilarang dikonsumsi umat Islam.

Di Gorontalo atau tempat lain di Indonesia, kalau mau beli kue sus,  klapertart atau puding biasa saya tetap tanya apakah mereka memakai Rhum di dalam makanan. Karena ini setahu saya termasuk jenis alkohol yg sering dipakai dalam kue untuk mengenakan makanan. Kalau ada,  maka sebaiknya dihindari.

Nahh kalau ke negara berbahasa Inggris atau bahkan kenegara tak berbahasa Inggris tapi menggunakan huruf latin,  lumayan mudah untuk mengidentifikasi makanan halal dan tidak karena hurufnya terbaca.

Ada daftar emulsifier dan pewarna makanan halal yg bisa peroleh listnya lewat Google atau Islamic center. Jadi kita bisa merujuk kesini saat harus beli makanan yg tak berlabel halal di luar negeri.

Yang lumayan repot kalau kita ke negara semisal Cina, Jepang, Korea,  tulisan di label makanan memakai aksara non latin sehingga sulit  mengidentifikasi makanan yang halal.

Kalau liat teman teman bepergian dan posting foto lagi makan,  pasti pikiran saya ke urusan halal ini, sering happy juga,  berarti di negara itu ada makanan halal,  karena teman teman saya berani makan.

Pada dasarnya produsen makanan di negara maju itu sangat transparan dengan ingredients satu produk makanan, karena ini bagian dari hak hidup hak asasi manusia. Sehingga hanya perlu ketelitian untuk memilih makanan yg akan kita makan. Memerlukan sedikit waktu ekstra di awal untuk cek dan ricek. Tapi pentinglah daripada menelan makanan yg tidak jelas.  

Selain itu, produsen makanan sangat terbuka dengan pertanyaan seputar produk. Ada hotline  yg bisa dihubungi untuk tanya tanya atau lewat email dll. Dan mereka akan dengan senang hati menjelaskan.  

Di Australia sering kami mengontak produsen untuk tanya tanya,  karena biasanya walau sudah tersertifikasi halal tapi label halal untuk alasan tertentu tidak dicantumkan. 

Ada satu contoh, saya pernah mengontak produsen roti,  CS nya bilang hanya roti putih saja yg sudah tersertifikasi, roti cokelat buah pada dasarnya bahannya tidak mengandung unsur makanan tertentu tapi belum tersertifikasi.

Nah kalau ada info begini,  kami konsumen menjadi lebih nyaman. Intinya usaha. Tidak bisa asal telan dengan alasan kan ini, kan itu.

Di toko toko kue tertentu untuk setiap jenis kue mereka sudah menyiapkan daftar ingredients yg bisa kita akses. Dan setelah cek ricek  ada yg masuk kategori tidak halal, tak jadi belipun tidak apa apa.  

Tapi Pada situasi tertentu memang hampir tdk ada pilihan. Saya pernah mengikuti satu program di salah satu universitas di Korea, panitai sudah dari awal tidak bisa menjamin akan bisa menyediakan makanan halal, walalupun kami dimintai konsen untuk kegiatan dan saya menulis  makanan halal.  

Kantik kmapus menyediakan makan tiga kali sehari tapi memang tak satupun makanan dijamin halal,  dan mereka menyajikan makanan tidak halal terkadang  hanya bersebelahan dengan telur ceplok. Kalau sudah begini saya hanya berani makan nasi saja. Sulit ditelan tapi perut perlu makan. Lumayan melangsingkan badan.

Biasanya saya makan sambil buka gambar makanan Indonesia, lumayan membantu 😁. Saya makan nasi pake garpu biar makan sedikit sedikit karena kalo pakai sendok, banyak yg ditelan makin tak tertelan.

Kesulitas terbesar saat saya di Korea adalah mencari makanan halal ini,  beli yang sudah di packing pun tidak paham isi labelnya. Pernah sekali beli roti tawar. 

Dengan penuh perjuangan si ahjuma paham dengan pertanyaan kami apakah ingredientnya ada kandungan jenis tertentu atau tidak,  dia bilang tidak,  hati riang gembira pulang, wktu di asrama ketemu teman Indonesia yg bisa bacan tulisan Hangul dan ternyata tertulis bahwa makanan ini diproduksi dengan makanan mengandung unsur yang tidak halal. Alhamdulillah belum dimakan. Jadi memang repot.

Intinya walaupun sulit dan repot,  makan makanan halal itu wajib diusahakan semaksimal mungkin ya. Saya selalu percaya ada jalan keluar disediakan Tuhan selama kita mau usaha.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun