Berawal dari tidak bisanya komen di artikel-artikel Kompasiana melalui handphone membuat saya bosan setengah mati. Mau fesbuk-an ya gitu-gitu aja, sama halnya dengan sosial media lainnya. Serasa tak berguna tangan dan otak ini terus mengutak-atik handphone. Tetapi bila tangan ini tak bergerak rasanya juga bosan.
Lalu, suatu siang saya nonton tayangan tv yang menceritakan komunitas wanita yang hobi merajut. Mereka saling berbagi ilmu dan belajar bersama merajut baik knitting maupun crochet. Bahkan ada yang sampai keluar dari pekerjaannya karena ingin membuka toko benang dan peralatan merajut serta membagikan ilmu merajut yang ia miliki sejak kecil.
Wow, batin saya. Dalam benak saya, sepertinya asyik juga ya kalo saya bisa merajut. Sebagai ibu rumah tangga, saya pun juga butuh hobi. Dengan pengetahuan nol tentang merajut saya pergi ke toko benang membeli benang dan peralatan merajut sambil bertanya ada orang yang bersedia mengajari saya merajut tidak. Hasilnya tidak ada. Lalu saya bertanya pada tetangga pun juga tidak ada yang bisa.
Entah kesurupan atau apa ya waktu itu, tidak menemukan orang yang bisa mengajari saya merajut tidak membuat saya putus asa untuk belajar merajut. Berbagai cara saya lakukan. Membeli buku, menonton tutorial di youtube, belajar melalui aplikasi pinterest dan lain sebagainya.
Hasilnya, cukup memuaskan. Saya makin ahli merajut meskipun harus banyak belajar dan mulai menghasilkan uang dari hobi ini (Yaaaayyy!). Mulai dari bros, sarung handphone, tas, dompet, selimut dan lain-lain. Selain bisa menghias rumah sendiri, saya mulai menerima pesanan dari tetangga, teman dan saudara. Lumayan lah, bisa buat belanja benang lagi. Hehehe....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H