Mengapa Generasi Muda Saat ini rentan Terhadap Overthingking?
Generasi Muda saat ini hidup tengah tekanan sosial dan tingkat persaingan yang sangat tinggi. Media sosial menjadi peran utama dalam membentuk ekspetasi yang terkadang tidak realistis, baik dalam bentuk kesuksesan,penampilan maupun hubungan. Selain dari itu, ekspetasi yang tinggi dari keluarga dan orang terdekat pun bisa menjadi pemicu rasa kahawatir dan cemas yang berlebihan akan kegagalan.
Dr. Faturochman dalam Psikologi Keluarga menjelaskan bahwa tekanan lingkungan seperti keharusan untuk selalu berprestasi dan berhasil seringkali menjadi akar utama dari kebiasaan berpikir yang berlebihan. Dampaknya, banyak orang yang menjadi ragu untuk mengambil keputusan karena takut akan penialian buruk dari orang lain.
Dampak Negatif dari Overthingking
Overthingking tidak hanya berdampak untuk memengaruhi cara kita bertindak, tetapi bisa berdampak seriusa juga untuk kesehatan mental kita. Terlalu banyak berpikir juga bisa menyebabkan kelelahan mental (Mental fatique),Stress bahkan hingga depresi. Dalam buku BurnOut Generation,anne Helene Petersen, menyoroti bahwa Overthingking juga seringkali menjadi pemicu utama generasi muda merasa Burn Out atau kelelahan kronis.
Selain daripada itu, Overthingking juga dapat membatasi kemampuan seseorang untuk bertindak atau mengambil keputusan dengan cepat serta bisa membuat seseorang terlambat untuk memanfaat peluang.
Merry Riana dalam bukunya Menciptakan Keberanian Menulis. “Overthingking adalah musuh kesuksesan. Ia mencuri waktu dan energi yang seharusnya kita gunakan untuk begerak maju”.
Cara Mengatasi Overthingking
- Mulai melatih diri untuk tetap fokus pada momen-momen di masa sekarang. Teknik Mindfulness juga dapat membantu seseorang keluar dari siklus pikiran berlebih dan menjadi lebih sadar akan tindakan yang perlu diambil.
- Jangan terlalu lama memikirkan untuk suatu keputusan. Tetapkan batas waktu untuk memilih, lalu persiapkan diri untuk menjalankan risiko dan konsekuensi dengan percaya diri
- Mulai Menghindari kebiasaan membandingkan hidup kita dengan hidup orang lain di media sosial. Fokuslah pada alur perjalanan hidup kita sendiri.
- Ubah cara pandang tentang kegagalan. Dalam buku Berani Tidak Disukai, Ichiro Kishimi dan Fumitake Koga, menulis:“Kegagalan bukanlah akhir melainkan bagian dariproses pembelajaran.” Harus bisa menerima bahwa setiap langkah,termasukkesalahan sekalipun adalah bagian dari pertumbuhan
Kesimpulan: