Mohon tunggu...
Novita Nuzwar
Novita Nuzwar Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

Sudahkah Anda Menjadi Bagian dan Mendapat Keuntungan Sebagai "Cashless Society"?

20 Desember 2018   22:11 Diperbarui: 21 Desember 2018   01:35 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memang jadi perlu langkah tambahan untuk melakukan top-up isi saldo di e-wallet. Namun hal justru membuat saya lebih terkendali dalam mengalokasikan dana untuk kebutuhan belanja dan entertainment. Hebatnya lagi mereka bisa menyajikan data history transaksi, untuk menjadi evalusi pengeluaran kita.

Ada hal lain yang membuat saya nyaman menggunakan e-wallet non Bank untuk bertransaksi digital yang lagi nge-tren ini. Saya jadi bisa mengurangi ketergantungan dengan Perbankan yang berpotensi riba. Saldo e-wallet kita disini tidak ada unsur riba. Untuk melakukan top-up pun bisa langsung dilakukan melalui mitra atau merchant yang semua tentu bebas riba. Bertransaksi dan mengirim uang semua sudah bisa dilakukan provider e-wallet non Bank dengan sangat cepat, aman dan gratis tanpa biaya tambahan.

Dari semua cerita bagus di atas, kita tetap harus waspada. Namanya juga layanan digital yang menggunakan infrastruktur internet, tentu ada potensi risiko keamanan atau security breach. Para hacker tidak kalah pintar untuk mendapat celah untuk memindahkan dan menghabiskan saldo kita. Penipuan melalui layanan Gopay sudah beberapa kali terjadi, termasuk pada keluarga saya. Pengguna lengah memberikan nomor PIN yang seharusnya sangat rahasia, hanya karena iming-iming hadiah. Untuk itu tanggung jawab para provider layanan transaksi digital untuk memberikan peringatan dan perlindungan kepada penggunanya atas semua potensi risiko.

Transaksi yang kecil-kecil bersifat harian memang sangat nyaman menggunakan e-wallet, namun untuk transaksi nominal besar tetap harus mengandalkan layanan Perbankan. Umumnya saldo e-wallet hanya sebesar 1-2 juta, dan bila melalui proses pendaftaran (KYC=know your customer) bisa sampai 5 -10 juta.

Namun bilapun harus menggunakan layanan Perbankan, kita tetap bisa di jalur elektronik. Gunakan selalu ATM, SMS/Chat Banking, Internet/Mobile Banking atau kartu e-money untuk bertransaksi. Selain memberikan kenyamanan keamanan dan kecepatan, semua transaksi bisa disimpan dalam pencatatan elektronik. Hanya para koruptor dan pelaku pungli yang menghindari manfaat ini tentunya.

Saat ini di Indonesia baru masyarakat urban sepertinya yang bisa merasakan gempitanya layanan transaksi digital. Hal ini karena ketersediaan jaringan fixed broadband masih terpusat di kota-kota. Namun dengan selesainya proyek Palapa Ring yang katanya bisa mencakup dan menyediakan layanan internet d seluruh kabupaten di Indonesia, kita semua bisa menjadi cashless society.

So, bila dikatakan 'Cash is King' nantinya apa masih relevan? Bagi saya, para pendukung jargon ini pastinya less smart :).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun