Mohon tunggu...
Novita NurmalitaDewi
Novita NurmalitaDewi Mohon Tunggu... Human Resources - manusia

belum menjadi apa-apa dan masih berproses

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ketahanan Budaya K-Pop di Indonesia

11 Juli 2021   21:00 Diperbarui: 11 Juli 2021   21:08 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kebudayaan adalah hasil karya pemikiran manusia yang dilakukan dengan sadar dalam kehidupan kelompok. Unsur-unsur potensi budaya yang ada pada manusia antara lain pikiran, rasa dan kehendak. Untuk menjadi manusia sempurna, ketiga unsur kebudayaan tersebut tidak dapat dipisahkan. Kebudayaan bersifat dinamis dan selalu berubah seiiring perkembangan zaman. Perubahan kebudayaan disebabkan oleh banyak factor, salah satu factor pendukungnya adalah kontak dengan kebudyaan lain.

Korea Selatan menjadi salah satu negara yang sukses membawa budaya asal ke kancah dunia. Korea bisa mengolah budaya diberbagai unsur seperti film dan music, bahkan tradisi korea pun ikut terangkat. Budaya Korea cenderung diterima public dari berbagai kalangan sehingga menghasilkan suatu fenomena Korean Wave atau disebut juga Halluyu. Salah satu produk Korean Wave yang sangat diminati kaum milenial adalah music pop. Music pop Korea ini atau sering disebut sebagai K-pop merupakan salah satu subsector hiburan yang mengangkat perekonomian Korea Selatan.
Pemerintah Korea Selatan sendiri memberi perhatian khusus terhadap industry music mereka. Mereka juga membangun auditorium konser raksasa, membuat teknologi hologram lebih sempurna, dan mengatur noerabang (bar karaoke) guna untuk melindungi industry K-pop. Hal ini menujukkan kesungguhan pemerintah Korea Selatan dalam memberdayakan budaya mereka. Budaya Korea banyak diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari para pecinta Korea, mulai dari fashion, make up, Korean skincare, makanan, gaya bicara, hingga Bahasa.
Indonesia dikenal memiliki fanbase yang besar dan loyal dalam dunia K-pop. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai ‘pasar’ yang sangat potensial untuk perekonomian Korea Selatan dengan adanya Korean Wave. Melihat hal tersebut, Indonesia sebagai negara yang kaya akan kreativitas, mulai belajar, agar bisa sukses seperti Korea yang sukses di negara sendiri maupun negara lain.

Perubahan kebudayaan karena factor dari dalam masyarakat terjadi karena masyarakat merasa, berpikir dan bertindak bahwa kebudayaan yang ada sudah tidak dapat memenuhi kebutuhan mereka. Kondisi ini mendorong masyarakat untuk mencari dan menemukan hal baru yang disebut discovery. Discovery adalah penemuan awal yang cenderung untuk dikembangkan agar temuan tersebut semakin efektif dan efisien. Temuan yang dikembangkan tersebut disebut invention.

Melihat hal tersebut, Indonesia sebagai negara yang kaya akan kreativitas, mulai belajar, agar bisa sukses seperti Korea yang sukses di negara sendiri maupun negara lain. Sementara di Indonesia, pemerintah belum berperan aktif untuk mendukung dunia kesenian terutama dibidang music, padahal dunia music Indonesia bisa terbilang cukup maju. Dengan adanya budaya asing yang masuk, secara perlahan akan menggeser Budaya Indonesia. Dengan bantuan teknologi yang saat ini telah maju membuat budaya Kpop ini sangat mudah untuk diakses oleh penggemarnya.

Dari kesukaan terhadap K-pop ini menyebabkan penggemarnya membeli barang-barang yang berhubungan dengan budaya musik Korea tersebut seperti album CD, poster boygrup atau girlband, dan photocard. Akibatnya adalah mereka tidak dapat mengontrol pengeluaran yang mengarahkan kepada budaya konsumerisme. Menurut Baudrillard masyarakat konsumsi terlahir akibat adanya gejala globalisasi yang semakin marak terjadi di seluruh bagian dunia yang diawali dengan paham kapitalisme sehingga paham kapitalisme ini memanfaatkan arus globalisasi untuk memperluas pasar mereka. Tanpa sadar masyarakat Indonesia mengalami suatu hegemoni budaya luar sehingga menyebabkan suatu perilaku konsumtif kian marak terjadi akibat kurangnya suatu pengetahuan mengenai dampak dari globalisasi.

Terutama pada masa modern sekarang, pertumbuhan globalisasi yang sangat cepat sehingga memungkinkan budaya luar untuk masuk ke dalam Negara Indonesia dan permasalahan yang ditakuti adalah adanya pergantian budaya di dalamnya sehingga menyebabkan budaya asli luntur bahkan sampai tidak mengenalinya. Persebaran Korean Wave sangat cepat didukung oleh beberapa platform media yang semakin memudahkan penyebaran Korean Wave salah satunya internet. Mudahnya para penggemar untuk mendapatkan informasi tentang K-pop menjadi semakin mempermudah mereka untuk mengikuti serta meniru apapun yang mereka lihat dan dinikmati dalam kehidupan nyata mereka sebagai gaya hidup mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun