Mohon tunggu...
Novitania
Novitania Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Content Writer and Blogger

Content creator, and Blogger. Coffee and makeup enthusiast. an amateur photografer.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Ketika Anak Muda Bicara soal Utang Indonesia

28 Desember 2018   01:30 Diperbarui: 28 Desember 2018   06:54 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Bicara soal utang Indonesia kok rasanya berat dan menakutkan ya? Padahal nggak demikian lho. Sebagai generasi muda penerus bangsa, kita juga harus paham gimana sih Pemerintah saat ini membangun Indonesia.

Tidak bisa dipungkiri memang, Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau ini membutuhkan biaya yang tidak sedikit untuk terus berkembang dan terkoneksi. Dan dalam proses pembangunan, mau tidak mau pemerintah menggunakan dana utang sebagai sektor pembiayaan.

Sebenarnya, bukan hanya Indonesia, hampir semua negara di dunia tentunya memiliki utang. Permasalahannya adalah apakah utang itu sebanding denagn pendapatan naegara atau justru sebaliknya.

Untuk menjawabnya memang tidak bisa menggunakan sudut pandang pribadi, kita harus mendengarkan apa kata ahli dan pakar ekonomi. Mereka tentu lebih akurat dan valid dalam menjabarkannya, ya nggak?

Nah, beberapa waktu lalu aku berkesempatan hadir di acara OPSI Metro TV yang bekerja sama denga FMB 9 (Forum Merdeka Barat 9). Diskusi dengan tema "Membangun Demi Keadilan" itu memberikan pemahaman baru untukku dan rasanya sayang jika tidak dibagikan pada generasi muda lainnya.

Dalam diskusi tersebut, Pak Bambang Brojonegoro selaku Menteri PPN dan Kepala Bappenas RI menjelaskan, utang Indonesia saat ini sebagian besar digunakan untuk pembangunan infrastruktur dan sesuatu yang sifatnya produktif. Sehingga diharapkan ke depannya akan tercipta pembangunan yang berkeadilan.

Hal itu kemudian diaminkan oleh Prof Rhenald Kasali, beliau memaparkan bahwa berdasarkan fakta yang ada, memang utang Indonesia saat ini meningkat dibanding tahun lalu, berkisar di angka 4.363 T. Namun yang perlu digarisbawahi adalah peningkatan utang tersebut tentunya sebanding dengan nilai GDP kita.  

Saat ini, utang Indonesia sekitar 30% dari nilai GDP. Dan sebenarnya itu adalah angka yang tidak perlu dikhawatirkan, karena undang-undang keuangan Indonesia sendiri merumuskan porsi aman utang kita bisa mencapai angka 60% dari GDP. Sedangkan saat ini, berkisar setengahnya saja, artinya hal itu sangat aman dan tidak perlu dikhawatirkan.

Jika kita bandingkan dengan beberapa negara luar, persentase utang kita masih terbilang rendah. Contohnya saja, Jepang sekitar 237% dari GDP, Jerman sekitar 64%, Singapura 111%, Malaysia 51%, Thailand 46%, Filipina 42%, sedangkan kita hanya 30% saja.

Kalau kemudian ada yang bertanya, kenapa sih kok bangun Indonesia dengan utang? Nggak semua hal dibangun dengan utang guys.

Tapi coba deh bayangin, Indonesia yang terbentang dari Sabang sampai Merauke ini memiliki 17.504 pulau. Untuk menghubungkan satu sama lain tentu perlu akses dan infrastruktur yang baik seperti pelabuhan, tol, bandar udara, karena itulah penting untuk Indonesia terus berbenah diri memperbaiki segala sesuatunya dan membangun fasilitas yang ada demi kemajuan bersama.

Jadi, dengan pengelolaan utang yang tepat sasaran terutama infrastruktur kita bisa manfaatkan banyak hal. Itu terbukti dari pembangunan yang saat ini bisa merata hingga ke pelosok serta terwujud dalam kenaikan ekonomi kita sebesar 5%.

Penting untuk kita tahu, Infrastruktur itu tidak hanya pertumbuhan ekonomi tapi juga berpengaruh pada tingkat kemiskinan dan juga pemerataan, contohnya pelayanan dasar seperti listrik, air bersih, sanitasi, dan konektivitas.

Di akhir diskusi, Prof. Rhenald Kasali kembali mengingatkan generasi muda. Jika diibaratkan, Indonesia itu seperti seorang remaja, jika tidak diberi nutrisi yang cukup maka akan kerdil karena stunting. Nah, demikian juga Indonesia, untuk tumbuh dan berkembang tentu perlu banyak support dan dukungan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun