"Iya nek ... " Ayahku menyalami nenek dan memeluknya, aku pun demikian.
"Dah besar, berapa tahun coba tidak kemari?"
"Sering-seringlah kemari nduk, ayo masuk ... kebetulan juga ada Bang Redo dan adeknya di belakang sedang buat layangan. Terus ini kok Cuma berdua? istrimu sama anakmu yang lain ga ikut?"
"Tidak bu, di sana ada kerjaan juga terus adeknya Mesa tidak mau diajak kalau tidak bareng Ibunya."
"Oalah, yaudah gapapa maklum masih anak-anak." jawab Nenekku sembari tertawa kecil.
      Kami berjalan menuju halaman belakang menemui Bang Redo dan adeknya, mereka adalah sepupuku. Kata Nenek Bang Redo dan adeknya jika membuat sesuatu sering kemari karena di rumah tidak nyaman, ramai warung milik ibunya bikin gak fokus ngerjain sesuatu.
"Ini layangan nanti buat bulan depan." jawab Bang Redo setelah kutanya.
"Emang acara apa bang?" tanyaku.
"Kampung mau mengadakan pertandingan layangan dengan bentuk yang jumbo dan unik, makanya aku buat dari sekarang karena prosesnya lama."
      Lumayan lama Ayah asyik dengan  ponselnya, tiba-tiba Ayah bilang kalau tidak bisa menginap di sini dan harus kembali karena ada urusan. Bang Redo dan adeknya juga tidak  menginap karena rumah mereka sekitar sini jadi pulang.
"Rumah Nenek sepi seperti ini terus ya?" tanyaku.