Mohon tunggu...
Novita Mandasari
Novita Mandasari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pembelajar

Seorang istri sekaligus pengajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pentingnya Belajar dan Memaknai Sejarah

20 Agustus 2018   23:21 Diperbarui: 20 Agustus 2018   23:39 1733
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejarah menurut Sartono Kartodirdjo merupakan bentuk penggambaran pengalaman kolektif di masa lalu, dan untuk mengungkapnya dapat melalui aktualisasi dan penetasan pengalaman masa lalu. Segala peristiwa yang terjadi di dalam kehidupan manusia yang dapat dibuktikan kebenarannya dengan fakta dan data disebut sejarah.

Peristiwa atau kejadian pada masa lampau dituliskan kembali agar masyarakat dapat mengetahui dan mengambil nilai-nilai dari peristiwa tersebut. Misalnya saja cerita kebesaran kerajaan Sriwijaya dapat diketahui berdasarkan peninggalan-peninggalan sejarah kerajaan Sriwijaya yang kemudian oleh sejarawan dituliskan kembali.

Melalui sejarah kita juga dapat mengetahui tokoh-tokoh yang berperan dalam merebut kemerdekaan Indonesia.

Tujuan belajar sejarah adalah untuk mengenal siapa jati diri kita sebagai sebuah bangsa.  Dari belajar sejarah kita dapat mengingat kembali perjuangan para pendiri bangsa dalam merebut kemerdekaan. Dengan demikian semangat perjuangan kemerdekaan akan dirasakan oleh seluruh masyarakat Indonesia.

Kebebasan dari penjajahan bangsa asing yang saat ini kita rasakan tidaklah didapatkan dengan cara yang mudah. Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 bukanlah warisan dari Kolonial Belanda atau Jepang. Kemerdekaan berasal dari usaha, kerja keras, keringat, dan darah para pendiri bangsa yang mengorbankan diri.

Bangsa Indonesia dilahirkan dari para pendiri bangsa yang berasal dari berbagai latar belakang politik, sosial, budaya, dan agama yang berbeda. Keinginan sebagai bangsa dan tanah air Indonesia telah dideklarasikan sejak tahun 1928. Tekad, kekuatan dan semangat perjuangan menjadi alat perang untuk mengusir penjajah dari tanah Indonesia.

Itu semua tidak berasal dari kekuasaan politik kelompok tertentu. Penderitaan yang dirasakan oleh seluruh Nusantara akibat penjajahan merupakan dorongan kuat untuk menyatukan seluruh wilayah nusantara dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Para pendiri bangsa lebih mementingkan pengakuan akan negara yang merdeka dibandingkan kepentingan suku, budaya, atau agama tertentu. Sehingga persatuan dan kesatuan Indonesia dapat diwujudkan.

Sejarah tidak hanya sebuah cerita masa lampau tanpa memiliki makna. Belajar sejarah berarti belajar masa lampau, masa sekarang, dan masa yang akan datang. Menurut Hamid Hasan, pengalaman sejarah menjadi suatu milik bersama dan menjadi ingatan bersama (collective memory). Memori kolektif adalah ingatan yang dihayati dan dimiliki bersama oleh suatu bangsa mengenai suatu peristiwa sejarah di wilayah bangsa itu berada.

Bagi bangsa Indonesia, pengalaman sejarah  akan perjuangan merebut kemerdekaan dari Kolonial Belanda dan Jepang adalah memori kolektif seluruh rakyat Indonesia. Memori kolektif ini haruslah terus diceritakan dan diwariskan kepada anak cucu kita, sehingga generasi bangsa hidup dalam persatuan dan kesatuan NKRI.

Belajar sejarah bangsa adalah cara untuk menceritakan dan mewariskan perjuangan para pendiri bangsa merebut kemerdekaan dari penjajahan. Dengan belajar sejarah generasi bangsa akan menghargai perjuangan para pendiri bangsa dan mengisi kemerdekaan dengan hal-hal yang membawa bangsa Indonesia menjadi bangsa yang besar.

Kini telah 73 tahun Indonesia merdeka, saatnya seluruh rakyat Indonesia berkontribusi membangun bangsa ini. Fakta sejarah mencatat perbedaan suku, golongan, warna kulit, atau agama tidaklah menjadi penghalang bagi para pendiri bangsa untuk bersatu merebut kemerdekaan. Oleh sebab itu saat ini kemerdekaan Indonesia jangan sampai dinodai oleh pertentangan kepentingan kelompok politik, suku, golongan, atau agama.

Seluruh rakyat Indonesia harus bersatu menjadikan Indonesia menjadi negara yang disegani di mata dunia. Seperti halnya pesan pidato kenegaraan Presiden Jokowidodo hari ini yang mengatakan " kita harus melanjutkan elan semangat para pejuang kemerdekaan itu untuk bekerja nyata mengisi kemerdekaan, untuk bekerja nyata memenuhi janji-janji kemerdekaan, dan untuk bekerja nyata mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia".

Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak melupakan sejarahnya. Soekarno pernah mengatakan "JASMERAH, Jangan sekali-sekali melupakan sejarah". Mengingat sejarah berarti belajar terus dan terus untuk mewujudkan negara Indonesia yang adil, makmur, dan sejahtera (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun