Mohon tunggu...
Novita Mandasari
Novita Mandasari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pembelajar

Seorang istri sekaligus pengajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Membangun Indonesia melalui Pembangunan Keluarga

28 Mei 2018   17:27 Diperbarui: 28 Mei 2018   17:56 1009
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto:Infomadura.com

Indonesia dikenal sebagai negara yang sangat kuat menjunjung budaya timur yaitu ramah tamah, suka menolong, gotong royong, dan tenggang rasa. Karakter budaya ini melekat dalam diri masyarakat Indonesia sejak masa Kerajaan Hindu-Buddha hingga masa kerajaan Islam. Kemerdekaan Indonesia juga diraih dengan semangat kerjasama tanpa memandang suku, agama, ataupun golongan.

Namun akhir-akhir ini nilai-nilai luhur karakter masyarakat Indonesia mulai dirusak oleh perbuatan-perbuatan radikalisme, kekerasan, dan kebencian. Hampir setiap hari kita mendengar tindakan kekerasan, radikalisme terjadi di Indonesia.

Hingga puncaknya terjadi teror bom bunuh diri yang dilakukan satu keluarga inti di Surabaya. Peristiwa ini menunjukkan kepada seluruh masyarakat bahwa nilai-nilai luhur karakter bangsa mulai luntur.

Keluarga 

Keluarga merupakan bagian terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari ayah sebagai pemimpin, ibu sebagai pendamping, serta anak. Di dalam keluargalah nilai-nilai luhur budaya Indonesia diajarkan oleh kedua orangtua kepada anak.

Keluarga menjadi sekolah seumur hidup bagi seluruh anggota keluarga. Orangtua menjadi guru yang mengajarkan, memahamkan nilai-nilai moral, etika yang ada di masyarakat. Orangtua juga berperan dalam pembentukan karakter setiap anak.

Oleh sebab itu membangun keluarga bukan sekedar masalah finansial saja tetapi yang paling penting adalah kesiapan mental, emosi dalam membangun keluarga.

Ibarat membangun sebuah rumah yang membutuhkan tukang/arsitek yang cakap untuk membuat rumah yang indah, maka dalam pembangunan keluarga dibutuhkan suami serta istri yang sehat secara jasmani dan rohani agar dihasilkan keluarga Indonesia yang harmonis. 

Tugas dan tanggung jawab ayah sebagai seorang pemimpin adalah menghasilkan anggota-anggota keluarga yang berkualitas bagi bangsa dan Negara serta memiliki akhlak yang mulia.

Kemudian sebagai seorang pendamping dari ayah, maka tugas seorang ibu adalah menjadi penolong bagi ayah dalam mendidik, membesarkan anggota keluarga.

Bila fungsi seorang suami dan istri sebagai ayah dan ibu dilakukan dengan benar maka tentu saja anak-anak sebagai anggota keluarga akan menjadi generasi bangsa yang kuat dan cerdas.

Oleh sebab itu disarankan kepada calon pasangan suami istri hendaknya sebelum menikah membicarakan visi dan misi dalam membangun keluarga. Jumlah anak, rasio penghasilan dan pengeluaran dan hal lainnya.

Perencanaan ini diperlukan agar keluarga yang dibentuk nantinya pun adalah keluarga yang sehat, mandiri, dan sejahtera. Untuk itu sangat penting bagi calon pasangan suami istri mengetahui apa tujuan pembangunan keluarga.

Pembangunan keluarga memiliki tujuan membentuk setiap anggota keluarga memiliki sikap dan semangat kemandirian serta ketahanan yang tinggi dan memiliki kemampuan fisik materiil, psikis, mental spiritual untuk mengembangkan diri dan keluarganya dapat hidup layak dan harmonis baik lahir maupun batin.

Banyaknya konflik sosial yang terjadi di masyarakat bisa jadi akibat dari pembangunan keluarga yang tidak dilakukan dengan benar, yang kemudian mengakibatkan anggota keluarga tidak memiliki rasa cinta kasih kepada sesama anggota keluarga maupun sesama anggota masyarakat.

Aksi teror bom bunuh diri yang dilakukan satu keluarga inti di Surabaya bisa dikatakan sebagai bentuk nyata kegagalan pembangunan keluarga. Kegagalan pembangunan keluarga tidak saja berdampak buruk kepada anggota keluarga inti saja, tetapi juga berdampak kepada pembangunan masyarakat secara nasional. Kegagalan pembangunan keluarga dapat merusak kedaulatan sebuah Negara dan dapat merusak tatanan hidup bermasyarakat.

Oleh sebab itu sangat penting setiap anggota keluarga paham akan fungsi dari keluarga, yaitu fungsi keagamaan, sosial budaya, cinta kasih melindungi, reproduksi, sosialisasi dan pendidikan, ekonomi dan pembinaan lingkungan.

Kedelapan fungsi keluarga tersebut menjadi senjata atau kekuatan dalam melawan radikalisme dan kekerasan di Indonesia saat ini. Sehingga tidak ada lagi keluarga-keluarga yang melakukan aksi teror bom bunuh diri dan tidak adalagi kekerasan dalam keluarga.

Keluarga adalah media tempat membentuk seseorang memiliki budi pekerti, akhlak yang mulia, taat beragama, serta memiliki cinta kasih. Pembangunan keluarga yang optimal akan menciptakan kehidupan bermasyarakat yang harmonis, saling bergotong royong, memiliki tenggang rasa yang tinggi, dan kehidupan ekonomi yang sejahtera. Keluarga adalah miniatur masyarakat Indonesia, bila keluarga Indonesia sehat secara lahir dan batin maka Indonesia akan menjadi bangsa yang besar di mata dunia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun