Upacara kematian disetiap daerah pasti berbeda- beda, ada yang mengadakan upacara dan ada yang tidak sama sekali melakukan upacara kematian. Kemudian jika ada upacara kematian ini biasanya dilakukan oleh tetua di desa tersebut. Perbedaan dalam melakukan upacara kematian bisa disebakan karena banyaknya daerah di Indonesia sehingga kepercayaan pada upacara kematian membuat keragaman ini bermunculan. Pada kesempatan kali ini kita akan membahas salah satu upacara kematian yang dilakukan di desa Kalijoho, Argosari, Sedayu, Bantul, Yogyakarta yang dimana membuat ciri khas tersendiri. Ciri khas tersebut ialah melakukan kegiatan yang dinamakan Tlusuban dan dilanjut dengan menyapu bagian depan jalan yang akan dilalui jenazah tersebut. Tlusuban ini tentu menjadikan hal asing yang didengar oleh masyarakat luar desa ini, mereka mungkin bertanya- tanya mengapa perlu melakukan hal tersebut?
  Pada dasarnya Tlusuban ini menjadikan hal yang dimana dijadikan sebuah warisan budaya, karena Tlusuban ini sudah ada sejak zaman dahulu. Sehingga tetua di desa ini sudah tidak asing dengan kegiatan tlusuban dan menyapu ini. Orang yang akan mengajarkan tata cara Tlusuban dan menyapu saat ada orang meninggal adalah tetua di desa tersebut. Tlusuban dan menyapu tentu dilakukan dengan maksud dan tujuan yang baik sehingga memiliki filosofi tersendiri.
  Tlusuban tentu memiliki aturan dalam melakukannya. Aturan tersebut yaitu hanya dilakukan oleh orang- orang yang masih berhubungan darah dengan si jenazah contohnya anak dan cucu. Berbeda lagi dengan orang yang menyapu biasanya dilakukan oleh tetua yang tentu masih memegang teguh budaya ini. Tata cara melakukan Tlusuban ini dilakukan dengan berjalan melalui bawah keranda jenazah, dengan maksud dan tujuan orang yang berjalan dibawah keranda jenazah berpamitan untuk terakhir kalinya dengan jenazah ataupun dapat dikatakan dengan maksud ucapan selamat jalan kepada jenazah. Untuk menyapu sendiri dilakukan dengan menyapu didepan keranda yang akan dijalankan, hal ini dimaksudkan suapaya jenazah mendapatkan jalan yang cerah.
   Upacara ini tentu terdengar unik bagi orang- orang yang belum mengetahuinya. Namun beda lagi jika di desa Kalijoho, tentu sangat bermakna. Dengan adanya perbedaan upacara kematian ini diharapkan Masyarakat yang satu dengan yang lain dapat menghargainya dan menghormatinya. Sehinggga akan tercipta persatuan dan kerukunan dalam kehidupan bermasyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H