Dysmenorrhea atau nyeri haid sering menjadi masalah yang mengganggu aktivitas harian remaja perempuan. Berbagai upaya dilakukan untuk mengatasi rasa sakit ini, termasuk penggunaan obat-obatan. Namun, sebuah kajian literatur yang dilakukan oleh dua dosen keperawatan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), ibu Lilis Setyowati dan ibu Erma Wahyu Mashfufa, menemukan bahwa olahraga tertentu mampu secara signifikan mengurangi rasa nyeri pada remaja dengan dysmenorrhea.
Dalam kajian yang berlangsung antara Maret hingga Juni 2022 ini, mereka meneliti berbagai jurnal dari database PubMed, ResearchGate, ScienceDirect, dan ProQuest. Penelitian ini secara khusus berfokus pada remaja sebagai populasi utama dan menggunakan desain penelitian Randomized Controlled Trial (RCT) serta Quasi-Experiment untuk mengevaluasi efektivitas olahraga dalam menurunkan skala nyeri.
Beragam jenis olahraga seperti stretching, Zumba, FITT (Frequency, Intensity, Time, Type), yoga, aerobik, hingga aktivitas fisik lainnya dianalisis dalam penelitian ini. Para peneliti menggunakan beberapa skala nyeri seperti Visual Analogue Scale for Pain (VASP), Visual Analog Scale (VAS), MCGILL Pain, dan Numeric Rating Scale (NRS) untuk mengukur intensitas nyeri sebelum dan setelah melakukan olahraga. Dari analisis terhadap 10 jurnal, ditemukan bahwa olahraga memiliki dampak yang signifikan dalam mengurangi intensitas nyeri.
Hasilnya menunjukkan bahwa dari lima jenis olahraga yang dianalisis, tingkat penurunan nyeri paling tinggi mencapai skor 5,62. Artinya, olahraga terbukti menjadi solusi alami dan aman untuk mengatasi nyeri haid tanpa efek samping seperti yang mungkin ditimbulkan oleh obat-obatan. Jenis olahraga yang lebih dinamis seperti Zumba dan aerobik, serta yang lebih fokus pada pernapasan seperti yoga, menjadi pilihan yang efektif bagi para remaja.
“Melalui kajian ini, kami berharap para remaja dan orang tua lebih memahami pentingnya olahraga sebagai cara yang sederhana namun efektif untuk mengurangi nyeri haid. Selain itu, olahraga juga membawa manfaat kesehatan lainnya bagi tubuh,” ujar ibu Lilis Setyowati, salah satu peneliti.
ibu Erma Wahyu Mashfufa menambahkan bahwa penting untuk memilih jenis olahraga yang sesuai dengan preferensi dan kemampuan individu. “Tidak perlu memaksakan diri. Mulailah dengan gerakan yang ringan seperti stretching atau yoga, dan lakukan secara rutin untuk mendapatkan hasil yang optimal,” jelasnya.
Dengan adanya temuan ini, para peneliti berharap masyarakat, khususnya remaja perempuan, dapat lebih terbuka terhadap olahraga sebagai solusi alami untuk mengatasi nyeri haid. Selain itu, institusi pendidikan juga diharapkan dapat mendukung dengan menyediakan fasilitas atau program olahraga yang mudah diakses oleh siswa perempuan.
Melalui penelitian ini, ibu Lilis Setyowati dan ibu Erma Wahyu Mashfufa mengajak kita semua untuk mulai menjalani pola hidup sehat melalui aktivitas fisik. “Dengan tubuh yang sehat dan rasa nyeri yang berkurang, para remaja bisa lebih fokus menjalani aktivitas dan meraih cita-cita mereka tanpa terganggu oleh nyeri haid yang selama ini dianggap sebagai hal biasa namun mengganggu,” tutur mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H