Peluang dan Tantangan Industri Jagung
Oleh : Nupita Diwi
Mahasiswi Agroindustri politeknik negeri tanah laut
Jagung (Zea mays ssp. mays) adalah salah satu tanaman pangan penghasil karbohidrat yang terpenting di dunia, selain gandum dan padi. Bagi penduduk Amerika Tengah dan Selatan, bulir jagung adalah pangan pokok, sebagaimana bagi sebagian penduduk Afrika dan beberapa daerah di Indonesia. Pada masa kini, jagung juga sudah menjadi komponen penting pakan ternak. Penggunaan lainnya adalah sebagai sumber minyak pangan dan bahan dasar tepung maizena. Berbagai produk turunan hasil jagung menjadi bahan baku berbagai produk industri farmasi, kosmetika, dan kimia.
a. Peluang Usaha Industri Jagung
Ditinjau dari sumberdaya lahan dan ketersediaan teknologi, Indonesia sebenarnya memiliki peluang untuk berswasembada jagung dan bahkan berpeluang pula menjadi pemasok di pasar dunia mengingat makin meningkatnya permintaan dan makin menipisnya volume jagung di pasar internasonal. Upaya peningkatan produksi jagung di dalam negeri dapat ditempuh melalui perluasan areal tanam dan peningkatan produk- tivitas. Perluasan areal dapat diarahkan pada lahan-lahan potensial seperti lahan sawah irigasi, lahan sawah tadah hujan, dan lahan kering yang belum dimanfaatkan untuk pertanian. Berdasarkan penyebaran luas sawah dan tipe irigasinya, diperkirakan terdapat 457.163 ha yang potensial untuk peningkatan indeks pertanaman.
 Di luar Jawa terdapat 20,5 juta ha lahan kering yang dapat di-kembangkan untuk usahatani jagung. Selain melalu perluasan areal tanam dan peningkatan produk-tivitas, upaya pengembangan jagung juga memerlukan peningkatan efisiensi produksi, penguatan kelembagaan petani, peningkatan kualitas produk, peningkatan nilai tambah, perbaikan akses pasar, pengembangan unit usaha bersama, perbaikan sistem per-modalan, pengembangan infrastruktur, serta pengaturan tataniaga dan insentif usaha. Dalam kaitan ini diperlukan berbagai dukungan, termasuk dukungan kebijakan pemerintah.
Dari aspek teknis, teknologi yang diperlukan untuk mendukung pengembangan jagung antara lain adalah varietas hibrida dan komposit yang lebih unggul (termasuk penggunaan bioteknologi), di antaranya memiliki sifat toleran kemasaman tanah dan ke-keringan, teknologi produksi benih sumber dan sistem perbenihan-nya, teknologi budidaya yang efisien dengan pendekatan pengelolaan tanaman terpadu (PTT), dan teknologi pascapanen untuk meningkatkan kualitas dan nilai tambah produk.
Investasi yang diperlukan untuk pengembangan jagung bergantung kepada pencapaian target yang diinginkan. Berkaitan dengan hal ini, ada dua skenario pengembangan jagung nasional dalam periode 2005-2025. Skenario 1 atau skenario moderat, laju pertumbuhan produksi 4,24%/tahun. Skenario 2 atau skenario optimis, volume ekspor meningkat menjadi 15%. Kebutuhan investasi untuk pengembangan jagung melalui skenario 1 dan 2 dalam kurun waktu 2005-2025 masing-masing adalah Rp 29,0 trilyun, dan Rp 33,7 trilyun. Biaya investasi mencakup perluasan areal tanam pada lahan sawah, pembukaan lahan baru (lahan kering) dan infrastruktur, perbenihan, penyuluhan, penelitian dan pengembangan. Proporsi investasi yang menjadi tanggung jawab masyarakat 4%, sedangkan yang bersumber dari pemerintah dan swasta masing-masing dengan proporsi 74% dan 22%.
Kebijakan yang diperlukan dalam pengembangan jagung adalah kebijakan pengembangan insentif investasi, kelembagaan keuangan dan permodalan, peningkatan dukungan teknologi yang siap diterapkan di lapang, peningkatan kualitas sumberdaya manusia, kelembagaan agribisnis, dukungan pemasaran, serta dukungan peraturan dan perundangan.
b. Tantangan pada industri jagung
Tantangan dalam industri jagung antara lain yaitu pada proses budidaya tanaman jagung tidak dapat terhindarkan dari serangan hama dan penyakit. Apabila hama dan penyakit tersebut tidak segera diatasi dapat menyebabkan kegagalan panenHama yang sering menyerang tanaman jagung  yaitu ulat tanah, ulat grayak, belalang, lalat bibit,dan ngengat. Penyakit yang sering menyerang tanaman jagung yaitu hawar daun, busuk pelepah, busuk batang, karat daun, bercak daun, bulai, busuk tongkol fusarium, dan busuk tongkol diplodia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H