Sejarah pesebaran Islam di Nusa Tenggara Barat (NTB) sudah ada sejak akhir abad ke 15. Jejak-jejak peninggalan Islam disini dapat kita ketahui melalui pusaka yang disimpan oleh Pemangku Adat Bayan. Walau tidak diketahui secara pasti siapa yang pertama kali menyebarkan dakwah Islam disini, namun konon Sunan Prapen anak dari Sunan Giri adalah sosok dibalik syiar Islam di NTB.
Dalam Babad Lombok pun dijelaskan, bahwa Sunan Prepen mendapatkan perintah dari ayahnya (Sunan Giri) untuk melakukan dakwah Islam di pulau Lombok. Hal itu dapat dipastikan usai Kesultanan Demak berhasil menaklukkan Kerajaan Majapahit sekitar tahun 1527. Sedangkan, Sunan Prepen diperkirakan datang pada tahun 1545.
Masjid tertua yang ada di Lombok diketahui berada di daerah Bayan, Lombok utara. Bernama Masjid Bayan Baleq, yang konon telah berdiri sejak awal abad ke 17. Tetapi, Kesultanan Lombok yang justru berkembang kala itu adalah Selaparang, di Lombok timur. Jadi, wilayah utara Lombok dapat dikatakan sebagai area utama Islamisasi melalui jalur laut.
Proses Islamisasi disini dapat dikatakan berjalan dengan mudah dan damai. Karena pada masa itu, masyarakat NTB sudah mulai bersentuhan dengan Kesultanan Demak, melalui kegiatan perdagangan. Pada beberapa peninggalan Islam disini juga diberitakan banyak yang beraksara Jawa Kuno. Demikian kiranya kisah singkat yang dapat diceritakan dari penuturan warga setempat.
Lantaran, kesempatan mengunjungi daerah Lombok utara belum tercapai. Namun, di kota Mataram juga tak kalah hebat proses Islamisasinya. Disini juga diketahui ada sebuah makam kuno dari seorang ulama Islam bernama Sayid Duhri Haddad al Hadrami dari Baghdad. Tepatnya di desa Batu Layar, sebelah utara kota Mataram, sebelum masuk ke wilayah Gili Trawangan.
Sedangkan untuk Masjid Raya Hubbul Wathan memang menjadi destinasi religi yang tengah dikembangkan oleh Pemprov NTB bagi para wisatawan. Masjid Raya ini terletak di pusat kota Mataram, dengan berbagai kisah filosofis dalam bentuk struktur bangunannya. Lantaran satu dari lima menaranya (utama) ada yang setinggi 99 meter, sebagai lambang dari Asma'ul husna.
Desain kubahnya juga identik dengan batik khas Sasambo, ikon dari budaya suku Sasak, Samawa, dan Mbojo. Jadi, jika hendak berpetualang ke NTB, jangan sampai melewatkan Masjid Hubbul Wathan untuk dikunjungi. Selain untuk beribadah, ada berbagai macam kuliner menarik khas NTB yang tersedia di sekitar lokasi masjid.
Masjid Raya Hubbul Wathan atau dikenal sebagai Islamic Center Mataram ini, juga pernah meraih penghargaan sebagai masjid terbaik DMI Awards tahun 2022. Sebagai bentuk penghargaan terhadap konsep wisata religi yang sarat edukasi di pulau Lombok.
Bahkan di setiap bulan puasa, selalu ada bazar yang didominasi oleh UMKM lokal. Sebagai sarana membangun ekonomi bagi masyarakat sekitar. Selain dari ragam pagelaran lomba yang bernuansa religi dari Pemprov NTB. Disamping kegiatan berbagi takjil yang rutin dilakukan oleh berbagai elemen masyarakat. Nampak meriah bukan?
Sebenarnya masih ada lagi wisata religi lainnya, seperti Makam Keramat Cemare yang berada di tengah laut. Disebutkan bahwa Makam Cemare adalah pusara seorang ulama Islam dari Baghdad, yang bernama Syeikh Alwi Al Bagdadi.
Kiranya demikian kisah singkat mengenai Masjid Raya Hubbul Wathan dapat disajikan. Melalui pendekatan sejarah serta pariwisata yang sarat akan unsur religi dan budaya dalam bingkai pesona Indonesia.
Salam Ramadan dalam damai, dan terima kasih.
Dokumentasi mengenai Masjid Raya Hubbul Wathan dapat dilihat disini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H