Mohon tunggu...
Bahas Sejarah
Bahas Sejarah Mohon Tunggu... Guru - Bangsa Yang Besar Adalah Bangsa Yang Menghargai Sejarah Bangsanya Sendiri

Berbagi kisah sejarah

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Jangan Sampai Terulang Kisah Ramadan Berdarah di Indonesia

5 April 2023   16:30 Diperbarui: 5 April 2023   16:26 1206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Peristiwa ini merupakan serangkaian dari persoalan yang dihadapi pasca reformasi tahun 1998 silam. Ketidakstabilan politik dan ekonomi yang tengah terjadi, telah memantik berbagai macam konflik horizontal yang melibatkan massa berlatar SARA. Di beberapa daerah, konflik ini memakan banyak korban jiwa. Dimana pada beberapa kasus justru terjadi di bulan Ramadan.

Melambungnya harga kebutuhan pokok disebut-sebut sebagai salah satu pemantik kerusuhan besar yang disertai aksi penjarahan. Ambon, pada tahun 1999 memang telah menjadi area pertikaian yang sangat terbuka. Pertikaian berlatar belakang agama pun kerap disebut dalam berbagai media kala itu.

Bukan serta merta meletus akibat perseteruan secara sosial, namun ada persoalan yang lebih bersifat politis kala itu. Diantaranya adalah rencana pemekaran Maluku menjadi dua provinsi, yakni Maluku dan Maluku Utara. Hingga membuat kelompok-kelompok milisi agama banyak bermunculan sejak beberapa bulan sebelum peristiwa ini meletus.

Konflik yang melibatkan kelompok Islam dan Kristen di Ambon sudah mulai tampak sejak tersebarnya desas-desus penyingkiran umat Islam dari Ambon. Isu inilah yang kemudian membuat resah orang-orang Makasar, Buton, dan Bugis yang ada disana. Hingga mereka memobilisasi diri untuk mengungsi keluar Ambon.

Namun, beberapa kelompok justru memanfaatkan suasana kacau ini sebagai ajang bentrokan fisik. Lantaran memang, sejak akhir tahun 1998 sudah ada mobilisasi orang-orang Ambon yang ada diberbagai wilayah untuk kembali ke kampungnya. Dimana mereka yang memobilisasi diri ini adalah orang-orang rantau yang terkelompok dalam berbagai organisasi.

Pertikaian berlatar agama pun meletus di desa Wailete pada 13 Desember 1998. Bentrokan antar suku pun tidak dapat terelakkan. Hal ini karena mayoritas warga desa berasal dari Makasar, Bugis, dan Buton. Tercatat, selama bulan Ramadan telah banyak terjadi aksi pembakaran yang mengakibatkan kerugian jiwa dan materil karena konflik tersebut.

Pada tanggal 27 Desember 1998, kerusuhan pun menjalar ke beberapa desa lainnya. Diantaranya terjadi di desa Air Bak, yang disebut berlatar dari konflik agama. Di Maluku Utara juga pecah pertikaian yang berlatar SARA, sesaat usai sholat Ied berlangsung di Dobo, Pulau Aru tahun 1999. Dalam peristiwa ini banyak korban yang berjatuhan, akibat pertikaian yang terjadi dilakukan secara terbuka.

Apa yang terjadi pada kala itu, kelak akan terjadi lagi pada tahun 2011 silam. Sama halnya dengan peristiwa sebelumnya, karena ada isu SARA yang berhembus di masyarakat dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Berbagai sumber tidak menjelaskan secara rinci perihal korban yang berjatuhan. Berikut dengan kerugian materiil selama konflik di Ambon terjadi.

Pemerintah secara bertahap pun mengupayakan perdamaian antar sesama kelompok yang bertikai. Bukan soal menjadi perkara yang dapat diungkit kembali kini, melainkan untuk pembelajaran bagi kita semua. Karena konflik bukanlah akhir dari penyelesaian persoalan yang ada. Kiranya kita dapat kembali dengan konsepsi musyawarah mufakat yang sesuai dengan Pancasila.

Tentu kita tidak ingin peristiwa serupa terjadi kembali saat ini bukan? Berangkat dari dari kisah di masa lalu, kiranya kita kini dapat semakin toleran terhadap beragam perbedaan yang ada. Ada banyak hal yang kiranya dapat diambil hikmahnya, khususnya ketika kita tengah menjalankan ibadah puasa. Makna memupuk kesabaran tentu menjadi hal utama dalam menjalankan ibadah ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun