Mohon tunggu...
Bahas Sejarah
Bahas Sejarah Mohon Tunggu... Guru - Bangsa Yang Besar Adalah Bangsa Yang Menghargai Sejarah Bangsanya Sendiri

Berbagi kisah sejarah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Barisan Banteng Republik Indonesia di Balik Hancurnya PKI-Musso

27 Februari 2023   05:30 Diperbarui: 27 Februari 2023   06:35 1883
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kisah sejarah Indonesia kali dapat dibilang unik, lantaran berangkan dari konflik antar milisi bersenjata yang konon terjadi akibat kebijakan Pemerintah. Atau ada pandangan lain, bahwa konflik ini bersumber dari kondisi adu kuat antar ideologi. Dimana mereka yang adu kuat ini sama-sama berideologi sosialis-komunis.

Jadi semacam adu gengsi dan adu jago ditengah kancah revolusi fisik. Sedangkan, Indonesia kala itu tengah berada dalam politik diplomasi yang riskan untuk dipengaruhi gejolak dalam negeri.

Mungkin kita kerap mendengar, bahwa dibalik kehancuran Pemberontakan PKI-Musso di tahun 1948, semua berkat aksi dari pasukan Siliwangi dalam menumpasannya. Hal itu dapat dikatakan benar, karena pada kala itu, pasukan Siliwangi tengah dalam posisi hijrah dari Jawa Barat ke Jawa Tengah.

Adapun kisah huru-hara yang terjadi di Surakarta pada dasarnya berangkat dari berbagai sikap "ketidaksukaan", yang terjadi karena kehadiran pasukan Siliwangi. Bahkan beredar pula isu negatif yang dituduhkan terhadap Siliwangi, sebagai pasukan musuh yang dikirim oleh Belanda.

Hal ini terjadi lantaran peralatan perang yang dibawa dapat dikatakan sangat lengkap dan modern, pun dengan pakaian tempurnya yang konon sama dengan pasukan Belanda. Nah, ragam polemik inilah yang kemudian memicu terjadinya konflik bersenjata. Lain hal dengan persoalan ideologi yang berangkat dari persoalan politik.

Disebutkan adalah perihal Perjanjian Renville yang ditandatangai oleh Amir Syarifuddin. Dengan hasil yang mengecewakan bagi para pejuang Republik. Yap, termasuk dengan masalah hijrahnya Siliwangi tersebut. Dilain pihak, Amir Syarifuddin memiliki simpatisan dari para milisi bersenjata yang kelak diberi nama sebagai Front Demokrasi Rakyat (FDR).

Kelak kita ketahui, bahwa pasukan FDR ini colabs dengan milisi PKI yang melancarkan aksi Pemberontakan Madiun. Amir Syarifuddin bersama Musso yang berangkat dari golongan sosialis-komunis pun ternyata memiliki lawan tangguh lainnya. Bukan semata dari pasukan Siliwangi bersama Pemerintah, melainkan dari golongan komunis sendiri.

Ialah milisi pendukung Tan Malaka, yang berada dibawah payung Murba. Dimana milisi Barisan Banteng Republik Indonesia (BBRI) merasa sehaluan dengan ide perjuangan bersama Tan Malaka. Pada artikel sebelumnya, sempat diulas bagaimana kelompok komunis di Indonesia bermusuhan dengan Tan Malaka.

Terlebih ketika pimpinan dari BBRI diketahui telah diculik dan dibunuh oleh milisi dari PKI selama peristiwa huru-hara di Surakarta. Maka wajar, jika kosongnya pucuk pimpinan ini membuat milisi BBRI memusatkan perhatiannya terhadap Tan Malaka.

Endingnya adalah, pasukan BBRI bersama milisi Murba dari Tan Malaka pun bergabung menjadi satu kekuatan dengan nama Gerakan Revolusi Rakyat (GRR). Mereka mengincar pasukan FDR-PKI yang telah mengacau di Surakarta. Hal ini menjadi sumber kekuatan penting bagi Siliwangi ketika diperintahkan untuk menghancurkan para pemberontak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun