Mohon tunggu...
Bahas Sejarah
Bahas Sejarah Mohon Tunggu... Guru - Bangsa Yang Besar Adalah Bangsa Yang Menghargai Sejarah Bangsanya Sendiri

Berbagi kisah sejarah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kereta Api Indonesia: Kisah Stasiun Tua Gundih

17 Februari 2023   17:00 Diperbarui: 17 Februari 2023   17:18 2110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Stasiun Purwodadi (sumber: istimewa-Gedenkboek SJS)

Jika sebelumnya telah diulas mengenai Stasiun Kedungjati, maka selanjutnya adalah Stasiun Gundih yang masih menjadi bagian dari kelanjutan proyek kereta api Semarang-Tanggung. Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NISM) Semarang, memang terus mengembangkan moda transportasi massal (kereta api) sejak tahun 1860an.

Khusus untuk Stasiun Gundih, yang mulai dioperasikan pada tanggal 10 Agustus 1867. Percepatan pembangunan rel menuju Surabaya pun mulai dikerjakan. Jadi percabangan rel menuju Surabaya, secara bertahap dibuka melaui arah utara, menuju Stasiun Gambringan. Dari Gambringan inilah kemudian rel menuju Randublatung dan Bojonegoro pun dibuka.

Walau ada track langsung dari Stasiun Ngrombo yang juga dibuka dari Semarang, via Stasiun Brumbung dan Stasiun Gubug. Hal inilah yang menjadikan Stasiun Gundih memiliki konstruksi bangunan unik. Posisi stasiun berada diantara dua jalur kereta api, satu sisi menuju Jogjakarta, sedangkan sisi lainnya menuju Surabaya.

Sedangkan untuk ukuran rel, Stasiun Gundih telah melengkapinya dengan membuat rel ganda. Untuk keperluan lokomotif yang beda ukuran dan daya angkut. Namun, ada yang lebih menarik dari stasiun ini, yakni adanya emplasemen trem uap yang terhubung dengan Stasiun Purwodadi (non-aktif) sepanjang 17 km.

Stasiun Purwodadi (sumber: istimewa-Gedenkboek SJS)
Stasiun Purwodadi (sumber: istimewa-Gedenkboek SJS)

Di sini NISM bekerjasama dengan perusahaan Semarang Joanna Stoomtram-maatschappij (SJS) untuk melayani kebutuhan penumpang lokal. Aktivasi trem dengan rute Gundih-Purwodadi ini dibuka sejak tahun 1884. Kala itu SJS sempat membuka track hingga daerah Blora dan Demak di utara.

Maka, tak heran jika Stasiun Gundih banyak disinggahi lokomotif beragam ukuran hingga trem uap yang juga kerap dipergunakan sebagai angkutan penumpang dan hasil bumi. Menurut Oliver Johannes Raap, terminal trem Gundih-Purwodadi dioperasikan oleh Poerwodadi Goendih Stoomtram Maatschappij (PGSM), pada bulan November 1884.

Selain itu, wilayah Grobogan yang didominasi oleh hutan jati, sangat memungkinkan bagi pengoperasian kereta uap dengan ragam jenis yang berbeda-beda. Ada semacam perbedaan dalam pengoperasian lokomotif keluaran Inggris (Beyer Peacock) dengan Belanda (Werkspoor), walau dengan bahan bakar yang sama, yakni kayu jati.

Lok uap penarik trem (kiri) lok uap penarik gerbong (kanan) yang berbeda jenis (sumber: indonesiana.id)
Lok uap penarik trem (kiri) lok uap penarik gerbong (kanan) yang berbeda jenis (sumber: indonesiana.id)

PGSM kala itu memang tengah dilanda kesulitan anggaran dalam pengoperasiannya, maka PGSM pun melebur menjadi satu dengan SJS yang bekerjasama dengan NISM. Walaupun untuk moda transportasi trem banyak peminatnya, hanya saja dalam urusan piutang dan persoalan administrasi, PGSM akhirnya tidak dapat berkembang lebih besar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun