Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NISM) adalah sebuah maskapai Belanda yang menaungi moda transportasi kereta api di Indonesia. NISM didirikan pada tanggal 27 Agustus 1863 dan berkantor pusat di Semarang, kini Lawang Sewu. Dimana NISM diberi kewenangan untuk melayani rute Semarang hingga Jogjakarta.
Awalnya pembukaan jalur kereta NISM dilakukan secara bertahap, pertama pada tahun 1867 dengan rute Semarang hingga Tanggung. Kemudian pada tahun 1873 rute Semarang hingga Jogjakarta dapat dioperasikan. Sedangkan di tahun yang sama, rute menuju stasiun Ambarawa (Willem I) dibuka melalui percabangan di stasiun Kedungjati.
Rute yang ditempuh dari Semarang menuju Jogjakarta kurang lebih sekitar 205 km. Lantaran stasiun Semarang yang berada di wilayah Kemijen kerap terendam air pasang, maka sejak pendudukan Jepang stasiun ini tidak lagi dioperasikan. Sebelum berhenti beroperasi, NISM Semarang telah memindahkan lokasi stasiun ke Tawang.
Dari stasiun Tawang inilah kemudian geliat transportasi massal, barang dan industri dikembangkan oleh NISM. Seperti yang dilansir dari laman heritage.kai.id, stasiun Tawang ini mulai beroperasi pada tanggal 1 Juni 1914. Serta diperuntukkan khusus untuk ukuran spoor 1.435 mm, dengan daya angkut yang besar.
Sedangkan untuk lokomotif yang dipergunakan berasal dari pabrikan Inggris, Belanda, dan Jerman. Ada sekitar 160 unit didatangkan untuk berbagai urusan transportasi NISM. Walau pada perkembangannya, akan banyak diketemukan ukuran rel yang berbeda, dengan lebar 1.067 mm di beberapa lokasi. Tentu dengan lokomotif yang berbeda pula.
Seperti yang ditulis oleh Olivier Johannes Raap, dalam "Sepoer Oeap di Djawa Tempo Doeloe", perbedaan ukuran rel tersebut terjadi karena kontur dan kondisi alam Indonesia tidak sama dengan di Eropa. Maka perlu adanya penyesuaian dengan ukuran lebar spoor. Tetapi untuk area Semarang, hal itu tidak menjadi soal dalam perkembangan NISM.
Hanya sayangnya, untuk lokomotif era pertama kini nyaris tidak diketemukan peninggalannya. Hanya beberapa saja mungkin yang tersisa dan menjadi monumen di beberapa tempat. Seperti yang pernah dipajang di halaman SMK N 2 Jogjakarta beberapa tahun silam.
Walau NIS dapat dikatakan sebagai perusahaan cikal bakal perkeretaapian Indonesia, perusahaan ini juga menjalin kerjasama dengan perusahaan lain dalam sejarah perkembangannya. Seperti NITM, SJS, PGSM, ataupun SS, dimana kadangkala mereka menggunakan stasiun yang sama dalam menjalankan kegiatannya.
Stasiun Semarang Tawang tentu memiliki kisah panjang dalam dunia kereta api Indonesia. Tidak semata-mata memiliki tujuan mencari keuntungan bagi Belanda. Melainkan juga demi kepentingan rakyat Indonesia yang kala itu kerap terkendala dalam urusan transportasi massal.
Tetapi tidak menutup peran moda transportasi terbatas lainnya, yang turut berkembang pada masa selanjutnya, seperti trem ataupun lori. Jika trem memiliki kapasitas yang terbatas dalam daya angkut, maka tidak dengan lokomotif uap. Sama halnya dengan lori, yang sedianya hanya dipergunakan untuk menarik hasil tebu atau pertanian lainnya.
Maka tidak dipungkiri, moda kereta api uap kala itu menjadi moda terfavorit rakyat Indonesia. Mungkin hingga kini, dengan ragam perkembangan dari segi fasilitas ataupun teknologinya. Semoga selalu jaya kereta api Indonesia, dengan ragam kisah besar dan luar biasa bagi sejarah perkeretaapian Indonesia. Terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H