Mohon tunggu...
Bahas Sejarah
Bahas Sejarah Mohon Tunggu... Guru - Bangsa Yang Besar Adalah Bangsa Yang Menghargai Sejarah Bangsanya Sendiri

Berbagi kisah sejarah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Alimin Tokoh PKI yang Ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional

24 Februari 2023   07:30 Diperbarui: 24 Februari 2023   11:06 999
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Alimin (sumber: wikipedia)

Siapa sangka, tokoh komunis Indonesia yang bernama lengkap Mas Alimin Prawirodirjo ini ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia. Sebagai seorang komunis yang aktif sejak masa Kebangkitan Nasional, ia malang melintang di dunia pergerakan. Kisah petualangannya dimulai dari Surakarta, kota kelahirannya pada tahun 1889.

Sejak masa remaja, ia sempat bergabung dengan Budi Utomo dengan latar belakang sebagai seorang wartawan. Karena ia senang dalam dunia jurnalisme, sejak diangkat sebagai anak oleh G.A.J. Hazeu. Melalui Hazeu inilah, pendidikan Alimin dijamin dengan baik.

Tetapi, keterlibatannya dengan Budi Utomo tidak berlangsung lama. Garis kebijakan Budi Utomo yang lebih bersikap kooperatif dengan Belanda yang membuatnya hengkang. Sedangkan, di masa yang sama berdiri organisasi yang lebih revolusoner kala itu, yakni Sarekat Islam. Nah, di Sarekat Islam inilah kisah petualangan Alimin dalam dunia politik dimulai.

Alimin sempat tinggal beberapa waktu bersama H.O.S. Cokroaminoto. Ia belajar banyak soal politik dan pergerakan dengan tujuan kemerdekaan. Bahkan bersama dengan Dr. Tjipto Mangunkusumo, ia bahu membahu bergerak di dalam Insulinde, organisasi yang awalnya bernama Indische Partij.

Sejarah mencatat, selama terlibat dalam dunia pergerakan, Alimin memiliki andil dalam pembentukan organisasi buruh di pelabuhan (Sarekat Buruh Pelabuhan). Sejak Indische Sociaal Democratische Vereniging (ISDV) dibentuk oleh Henk Snevliet pada tahun 1914, Alimin memilih untuk bergabung bersama organisasi berideologi komunis tersebut.

Sebagai seorang organisator kaum buruh pelabuhan, Alimin kerap bersinggungan dengan pemerintah kolonial Belanda. Baik dalam urusan demonstrasi menentang sikap Belanda atau membentuk kelompok militan yang kerap menyabotase aset-aset Pemerintah. Hal inilah yang membuat dirinya kemudian didaulat menjadi pimpinan Partai Komuni Indonesia (PKI).

Atas aktivitasnya ini kemudian ia menjadi buronan polisi Belanda. Hingga pada awal tahun 1926, PKI yang kala itu hendak melakukan pemberontakan memutuskan untuk membangun aliansi secara internasional. Sesaat sebelum pemberontakan 1926 meletus, Alimin meminta persetujuan Tan Malaka yang kala itu tengah berada di Singapura.

Tujuannya meminta dukungan, lantaran Tan Malaka memiliki jaringan komunis internasional. Tetapi, Tan Malaka menolak rencana tersebut, karena dianggap belum siap dalam berbagai aspek. Apa lacur, sebelum Alimin dapat kembali ke Indonesia, pemberontakan justru telah meletus.

Biang keladinya adalah Semaun, salah seorang pimpinan PKI lainnya. Tentu saja apa yang diprediksi oleh Tan Malaka terjadi. Para pemimpin pemberontakan dapat segera ditangkap, bersama dengan aksi mereka yang seketika mudah dikalahkan oleh Belanda. Begitupun dengan Alimin dan Musso, yang akhirnya diringkus oleh polisi Inggris.

Tak lama usai dipenjara, Alimin memutuskan untuk pergi ke Moskow, dan bergabung bersama Komintern disana. Bahkan bersama dengan Ho Chi Minh (tokoh komunis Vietnam), ia terlibat dalam pelatihan kader-kader komunis di Vietnam, Laos, dan Kamboja. Tentunya dengan tujuan membangun perlawanan rakyat terhadap segala penjajahan bangsa asing.

Pun ketika Alimin menghadapi Jepang bersama dengan pasukan Tentara Merah, pengalaman tempurnya secara langsung terasah bersama pasukan perlawanan di Yenan, China. Hingga masa akhir Perang Dunia II, Alimin akhirnya kembali ke Indonesia pada tahun 1946. Dimana ia didaulat untuk membangun kembali PKI pada masa itu.

Pemberontakan PKI Madiun yang terjadi pada tahun 1948 juga menyeret dirinya dalam pusaran pertikaian politik antara Presiden Soekarno dengan Musso. Walau ia tidak memiliki kebijakan langsung saat pemberontakan itu terjadi. Konon, Musso sengaja tidak melibatkan Alimin yang antipati terhadap rencana pemberontakan.

Juga dengan Tan Malaka, yang kala itu telah kembali ke Indonesia. Dimana justru para pasukan pemberontak dihantam oleh kekuatan milisi "didikan" Tan Malaka bersama pasukan Siliwangi. Nah, dalam konteks ini tentu dapat kita lihat, bahwa sikap para pemimpin komunis kala itu terbagi dua jalan, walau memiliki argumentasinya masing-masing.

Hingga akhirnya PKI berhasil membangun kekuatan kembali pada tahun 1950. Dimana pada kala itu, Presiden Soekarno tengah menjalankan konsep perjuangan Nasakom. Revolusioner dan berani menentang upaya-upaya kapitalisme menjajah Indonesia kembali.

Jadi, senada dengan kebijakan Pemerintah kala itu, maka diangkatlah para pemimpin komunis tua yang berhaluan moderat, seperti Alimin dan Tan Malaka. Lantaran Presiden Soekarno membutuhkan sosok atau figur dari golongan komunis untuk merealisasikan konsep Nasakomisasinya. Tetapi, pada masa ini Alimin sudah tidak aktif lagi menjadi pengurus PKI.

Aktivitasnya secara total dihentikan bersama dengan lahirnya para pemimpin baru PKI, seperti D.N. Aidit, Nyoto, dan Lukman. Selama masa 60an, diketahui ia secara perlahan melepas keterikatannya dengan politik.

Setahun sebelum PKI melancarkan pemberontakannya di tahun 1965, Alimin dikabarkan meninggal dunia. Tepatnya pada tanggal 24 Juni 1964 di Jakarta. Ia kemudian diangkat sebagai Pahlawan Nasional oleh Presiden Soekarno melalui Kepres No. 163 tanggal 26 Juni 1964 dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata.

Alimin meninggalkan seorang istri bernama Hajjah Mariah, bersama dua orang anak bernama Tjipto dan Lilo. Semoga kisah ini bermanfaat bagi kita yang bertanya-tanya, mengapa ada tokoh komunis yang menjadi Pahlawan Nasional. Khususnya dalam ragam kisah sejarah Indonesia yang penuh dengan kontroversi. Terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun