Sebagian kalangan mungkin tidak terlalu familiar dengan pahlawan berikut ini. Bernama asli Gatot Mangkoepradja (ejaan lama), dan berasal dari Sumedang, Jawa Barat. Padahal, dari balik diplomasinya, buah karya kesatuan militer sipil pertama dan terorganisir demi tujuan Indonesia dapat dibentuk. Jadi bukan semacam pasukan Marsose ataupun KNIL yang dibentuk demi kepentingan Belanda.
Melainkan untuk mempertahankan tanah air Indonesia, semasa pendudukan Jepang berlangsung. Dari segala macam bahaya yang kelak terjadi sebagai dampak dari kemunduran pasukan Jepang pada perang Pasifik. Tentu saja, Jepang di Indonesia pun berpikir keras untuk mendapatkan dukungannya dalam menghadapi Sekutu.
Sama halnya dengan tokoh-tokoh nasionalis Indonesia, yang kerap mendiskusikan pembentukan suatu kesatuan militer yang kelak berguna untuk Indonesia kelak. Hal inilah yang membuat Gatot Mangkupraja bergerak untuk merealisasikan ide pembentukan milisi bersenjata. Karena prinsipnya saling membutuhkan, dan dapat saling menguntungkan terhadap kedua belah pihak.
Nah, melihat peluang tersebut, Gatot Mangkupraja berinisiatif untuk melakukan dialog dengan pimpinan militer Jepang, seperti Letjen Kumashiki Harada. Ialah kesatuan tentara Pembela Tanah Air (PETA), sebagai wadah bagi kesatuan militer cadangan guna menghadapi serangan Sekutu di Indonesia.
Melihat adanya peluang untuk menambah kekuatan Jepang, maka berdasarkan Osamu Seirei No. 44 diputuskanlah pembentukan tentara sukarela untuk membela tanah jawa. Dimana keanggotaan tentara PETA bersumber dari para pemuda dan pelajar yang memiliki jiwa patriotisme tinggi. Tujuannya ya tentu saja membangkitkan semangat juang para pemuda Indonesia kala itu.
Tidak lain demi kemerdekaan yang telah dijanjikan oleh Jepang, jika sewaktu-waktu kemerdekaan itu datang. Semua anggota PETA memang diberikan pelatihan bertempur dan mengatur strategi perlawanan. Langsung dari para instruktur militer Jepang, dengan pangkat perwira bagi para komandan regunya. Tentunya agar sewaktu-waktu dapat pula dipergunakan untuk kepentingan Jepang.
Jadi, pembentukan PETA ini berbeda dengan Heiho ataupun Seinendan dan Keibondan ya. Hal ini dikarenakan pasukan PETA sedianya dibentuk untuk kepentingan Indonesia sendiri dalam tujuannya mempertahankan tanah airnya. Sebagai salah satu doktrin nasionalis yang mengedepankan cita-cita kemerdekaan Indonesia. Demikian yang sekiranya menjadi konsep Gatot Mangkupraja.
Sedangkan Heiho, tugasnya adalah membantu secara langsung pasukan Jepang di berbagai front pertempuran. Baik di Indonesia atau di berbagai front pertempuran di Asia. Nah, kalau Seinendan, tugasnya adalah sebagai tentara cadangan Jepang, yang sewaktu-waktu dapat dipergunakan Jepang untuk membantu perang. Lain dengan Keibondan, yang diperbantukan dalam kesatuan kepolisian Jepang.
Nah, seperti itulah perbedaannya yang dapat diterangkan secara ringkas. Gatot Mangkupraja tentu saja tidak bergerak sendiri dalam merealisasikan pembentukan PETA. Dukungan dari para tokoh nasional seperti Bung Karno dan Bung Hatta hingga Sutan Syahrir pun sedianya memberi kontribusi dalam penetapan pembentukan kesatuan PETA ini.
Tentu banyak tokoh dari kalangan pejuang yang langsung telibat di dalam PETA. Semisal ada Soedirman (kelak Panglima Besar), Soeharto (kelak Presiden Indonesia II), Supriyadi, hingga Ahmad Yani. Hingga pada pertengahan tahun 1944, pihak Jepang mulai menyadari bahwa pasukan PETA lebih memihak kepada kepentingan Indonesia.