Sebagai salah seorang pendiri Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI), nama Soerjadi Soerjadarma mungkin tidak populer di kalangan generasi saat ini. Padahal, beliau adalah salah satu legenda dirgantara Indonesia, yang memiliki pandangan jauh mengenai kedirgantaraan bangsa ini. Khususnya sejak bergabung ia dengan sekolah penerbangan Kalijati yang pernah didirikan oleh Belanda.
Soerjadi Soerjadarma memiliki nama lengkap, Elang Soeriadi Soeriadarma, yang berlatar belakang seorang bangsawan Cirebon. Fyi, beliau ini memiliki garis keturunan langsung dengan Sunan Gunung Jati. Sejak bergabung bersama kesatuan KMA Breda, sikap nasionalisme beliau tidak surut sedikitpun. Motivasinya untuk mempelajari seluk beluk pesawat, kelak menjadikannya sebagai salah satu tokoh utama dalam perjuangan Angkatan Udara Indonesia.
Pada masa awal invasi Jepang ke Indonesia pada Januari 1942, beliau turut terlibat dalam serangkaian serangan terhadap armada pendudukan Jepang di Tarakan. Dengan pesawat Martin B-10 ia berhasil menorehkan catatan terbaiknya, yakni merusak dua kapal penjelajah Jepang dalam komando Laksamana Kurita yang terkenal dengan strategi "guritanya", seperti dalam buku P.K. Ojong yang berjudul Perang Pasifik.
Walau pada akhirnya selama masa pendudukan Jepang, beliau lebih memilih "menjaga diri" dengan mengikuti berbagai kebijakan yang ditetapkan, seperti menjadi bagian dari polisi Jepang. Hal ini dilakukannya tentu dengan pertimbangan yang matang, karena pada masa Jepang, segala bentuk upaya perlawanan langsung ditindak tegas. Tetapi, komunikasi dengan para pejuang Republik terus dibinanya bersama rekan seperjuangannya.
Seketika Proklamasi Kemerdekaan Indonesia diproklamirkan, Soerjadi Soerjadarma langsung mengambil peran-perang penting dalam barisan perjuangan. Termasuk dengan pelibatan dirinya bersama Barisan Keamanan Rakyat (BKR), dengan tujuan merebut pangkalan-pangkalan udara bekas Jepang yang ada di Jawa.
Sebagai bagian dari BKR Udara, beliau secara langsung diminta oleh Mayjen Oerip Soemoharjdo untuk membentuk kesatuan pejuang udara Republik Indonesia. Dengan keadaan tanpa alutsista ataupun pesawat udara yang dapat dipergunakan, tekadnya untuk membangun kesatuan udara tetap berkobar. Maka, pada tanggal 12 November 1945 sejarah Indonesia, mencatat beliau sebagai Kepala TKR Bagian Penerbangan yang pertama atau kini dikenal dengan Kepala Staf Angkatan Udara (KASAU).
Ketajaman mata "elang"nya seolah tak luput dari upaya membangun Angkatan Udara sejak awal didirikannya. Yakni dengan mengupayakan pendirian pasukan payung yang dikenal dengan nama Pasukan Gerak Tjepat (PGT). Hal ini menjadi penting, karena secara geografis, Indonesia kala itu memiliki medan tempur luas, yang belum banyak dieksplorasi sebagai basis kekuatan perjuangan.
Selain itu, agenda penting lainnya adalah upaya menembus blokade udara Belanda. Bersama Agustinus Adisucipto, beliau secara bertahap berhasil menyusun kekuatan tempur berbasis armada udara peninggalan Jepang di Salatiga dan Maguwo. Sebuah peristiwa heroik yang kelak dapat diulas dalam artikel lainnya tatkala para kadet muda Indonesia berhasil menggempur Belanda di Jawa Tengah pada tahun 1947.
Sekiranya demikian ulasan kiprah punggawa dan tokoh AURI pada masa mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Tak lain hanya demi ulas sejarah bangsa yang mulai terlupakan oleh zaman. Soerjadi Soerjadarma mungkin bukanlah tokoh yang familiar. Tetapi setidaknya dapat kita ketahui, bahwa kiprah beliau sebagai seorang pahlawan di masa lalu adalah kisah yang tidak boleh terlupakan.
Kebanggaan tentunya bagi Angkatan Udara Republik Indonesia dengan torehan sejarah yang luar biasa. Terimakasih.