Sosok fenomenal ini dikenal sebagai seorang pemimpin dari organisasi besar bernama Sarekat Islam. Haji Oemar Said Cokroaminoto adalah nama lengkapnya. Selain terkenal melalui Sarekat Islam, HOS Cokroaminoto dikenal juga sebagai Bapak Bangsa Indonesia. Lantaran banyak diantara tokoh-tokoh pergerakan yang pernah berguru dengan beliau.
Seperti Soekarno, Semaun, Alimin, Musso, Kartosoewiryo, bahkan Tan Malaka yang kerap berdiskusi dengannya. Sebagai tokoh utama dalam organisasi Sarekat Islam, HOS Cokroaminoto kerap memberikan sekolah politik terhadap murid-muridnya. Khususnya Soekarno, yang mempelajari teknik dan metode berorasi langsung dibawah bimbingan beliau.
Orientasi politik Sarekat Islam kala itu memang lebih keras dibandingkan Sarekat Dagang Islam, organisasi pendahulunya. Nah, setelah SDI dipimpin oleh HOS Cokroaminoto, dirubahlah namanya menjadi Sarekat Islam. Tujuannya tentu saja agar dapat mencapai massa yang lebih banyak, dan tidak hanya bergerak dalam konteks perdagangan.
Maka wajar, jika Belanda kala itu mewaspadai Sarekat Islam daripada organisasi-organisasi lainnya, yang lebih kooperatif dalam bergerak. Berbeda dengan Sarekat Islam, yang identik dengan unsur "radikal" dalam menentang kolonialisme di Indonesia. Arti dari radikal disini adalah, dengan keras menentang kolonialisme dalam wujud gerakan massa.
Seperti membangkitkan semangat nasionalisme dalam berbagai mimbar politis pada setiap kegiatan yang dilakukan oleh Sarekat Islam. HOS Cokroaminoto tidak segan dan takut ketika memberikan pandangan atau orasinya terkait nasionalisme bangsa Indonesia. Walau pada akhirnya kampanye Sarekat Islam kerap dibubarkan paksa oleh polisi-polisi Belanda kala itu.
Sebagai pelopor pergerakan Indonesia, beliau pun dijuluki dengan gelar "Raja Tanpa Mahkota". Dari pemikirannya, kelak akan melahirkan berbagai ideologi yang menjadi landasan perjuangan para tokoh-tokoh Indonesia. Walau ada diantaranya yang kemudian justru melancarkan pemberontakan, seperti Musso dan Kartosoewiryo.
Tetapi jika tanpa ada eksistensinya dalam dunia pergerakan, tentu saja masa kebangkitan nasional tidak akan ada yang bergerak dalam konsep perjuangan "radikal". Artinya bahwa, apa yang telah dilakukan oleh HOS Cokroaminoto seluruhnya hanya untuk membangkitkan semangat kaum intelektual Indonesia bergerak menuju perubahan bangsanya.
Selain itu ada pesan yang mendalam bagi para aktivis perjuangan lainnya, yakni: "Jika kalian ingin menjadi pemimpin besar, maka menulislah seperti wartawan, dan bicaralah seperti orator". Dalam setiap moment kebersamaan dengan murid-muridnya, HOS Cokroaminoto sudah menganggap kehadiran mereka sebagai saudara sendiri.
Kedekatannya dengan Soekarno, kelak dibuktikan dengan mewujudkan keinginan Soekarno untuk menikahi anaknya Siti Oetari. Hal tersebut sedianya dilakukan demi menghargai semangat juang murid kesayangan beliau.
Sebagai tokoh yang dikenal memiliki darah Ponorogo, HOS Cokroaminoto kerap disandingkan dengan nama besar Warok Brotodirjo III. Seorang warok yang terkenal tegas dalam menentang Belanda bersama dengan pasukan Pangeran Diponegoro. Hal ini tertulis lantaran HOS Cokroaminoto adalah seorang tokoh kelahiran 16 Agustus 1883 di Ponorogo.
Kata-kata yang sedianya kerap dijadikan wejangan olehnya adalah; "setinggi-tinggi ilmu, semurni-murni tauhid, sepintar-pintar siasat", adalah pegangan bagi para tokoh nasional yang pernah berguru dengan beliau.
Sepak terjangnya sudah tidak dapat dipandang sebelah mata sebagai pendiri Sarekat Islam yang lengendaris. Semoga ulasan singkat ini dapat memberi informasi bagi pengembangan khasanah sejarah bangsa Indonesia. Terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H