Mohon tunggu...
Novita Depuri
Novita Depuri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Saya menikmati belajar hal-hal baru yang memperkaya wawasan dan membantu saya berkembang menjadi versi terbaik diri saya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Kisah Tiko: Rawat Ibu ODGJ di Rumah Mewah Terbengkalai, Ini Cara Tiko Pakai Uang Donasi dengan Amanah

15 Desember 2024   16:33 Diperbarui: 15 Desember 2024   17:48 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto : Rumah Ibu Eny. (Ilham/detikcom)


Subang-Pulung Mustika Abimanyu atau yang sering dipanggil Tiko, kembali menarik perhatian publik. Pria yang pernah menghebohkan jagad maya pada tahun 2022 ini sempat mencuri perhatian banyak orang berkat kisahnya yang penuh perjuangan dalam merawat ibunya, Ibu Eny, di sebuah rumah mewah yang terbengkalai di Jatinegara, Jakarta Timur.

Langkah yang Tak Selalu MudahDi tengah

 kesederhanaan hidupnya, Tiko menjalani perjuangan besar. Merawat ibunya pada tahun 2010 dengan Tiko yang baru berumur 12 tahun, dengan kesehariannya tanpa listrik dan air. Ibu Eny, yang punya gangguan kesehatan mental, jadi tanggung jawab Tiko yang ia pikul seorang diri. Diketahui, Ibu Eny mengalami guncangan mental parah setelah perceraian, yang membuatnya tertutup dan enggan berinteraksi. Perjuangan Tiko akhirnya menarik perhatian selebriti seperti Jhon LBF,Baim Wong danTeh Novi, seorang donatur yang membawa harapan baru untuk kehidupan mereka.

Ungkap Sosok Tiko dan Ibu Eny, Dulu Kaya Raya Punya Profesi Terpandang Kini Rawat Ibu Depresi

Sumber foto : YouTube Bang Brew TVInput 
Sumber foto : YouTube Bang Brew TVInput 

 Diketahui kehidupan Tiko dan Ibu Eny yang semula kaya raya, berubah drastis saat ayahnya Herman Moedji Susanto yang diduga sebagai penjabat pergi meninggalkannya dan menetap di kampung halamannya di Madiun, tanpa pernah kembali. Usai ditinggal sang suami ibu eny dilanda depresi, Tiko menguak pekerjaan sang ibu sebelum dilanda depresi. "Papa sama mama dulu rekanan di suatu departemen keuangan." Ucap Tiko dikutip dari Youtube Intenss Investigasi. Tiko, yang hidupnya penuh teka-teki, merasa kehilangan sejak ayahnya pergi saat dia masih SD. Dia hanya tahu bahwa dia punya banyak saudara, tapi soal mereka, dia bener-bener clueless. Setiap kali dia nanya ke ibunya, tentang keluarga, jawabannya selalu marah. "Kalau nanya, pasti marah. Jadi, ya udah lah, aku pasrah aja," kata Tiko dengan nada yangmencerminkan kebingungannya. Sejak ditinggal ayahnya ibunya bertingkah layaknya orang dengan gangguan jiwa (ODGJ). "Sejak papa pergi, ibu kurang sehat kejiwaannya. Jadi ibu suka marah-marah sendiri, ngomong sendiri. Kalau dibilang ODGJ lah. Cuma tetap saya urus. Ibu enggak pernah keluar, ngurung diri di rumah." Ujar Tiko dikutip Tribun Jakarta, Senin (2/2/2023). 

Perjuangan Tiko Merawat Ibu

Sumber : Youtube Bang Brew TV
Sumber : Youtube Bang Brew TV

Bertahun-tahun, Tiko merawat Ibu Eny di rumah yang kondisinya memprihatinkan. Rumah itu hampir roboh, dengan dinding-dinding yang lapuk dan atap yang bocor. Meski ekonominya serba pas-pasan, ia tetap menjalankan tanggung jawab dengan tulus. Ia rela bekerja serabutan demi memastikan Ibu Eny tetap makan dan hidup nyaman. "Saya nggak mau Ibu merasa ditinggalkan," katanya dengan mata berkaca-kaca saat diwawancarai.Ketika kisahnya viral di media sosial, masyarakat mulai memberikan perhatian. Ada yang memberikan donasi uang, ada pula yang menawarkan bantuan logistik seperti makanan dan pakaian. Dukungan ini memberikan harapan baru, tetapi Tiko tetap berhati-hati dalam menggunakannya. Ia sadar betul bahwa dana ini adalah amanah yang harus dikelola dengan bijak.

Perbedaan Tiko dan Agus yang Sama- sama di Bantu Oleh Pratiwi Noviyanthi

Sumber : Kolase tvOnenews
Sumber : Kolase tvOnenews

Berita tentang Tiko dan Ibu Eny menyentuh hati banyak orang. Di sinilah Teh Novi hadir dengan tangan terbuka. Pertemuan itu jadi titik balik buat Tiko dan ibunya. Tapi cerita mereka beda banget sama pengalaman Agus, korban penyiraman air keras, yang kesulitan mengelola uang donasi.

Bantuan dari Teh Novi

Teh Novi nggak cuma memberikan bantuan uang. Ia juga berpikir jauh ke depan. "Saya nggak mau mereka cuma bertahan untuk beberapa bulan saja. Saya ingin mereka benar-benar bangkit," kata Teh Novi. Dengan bantuan yang ia berikan, rumah Tiko dan Ibu Eny direnovasi. Kini rumah mereka sudah layak huni, dengan dinding yang kokoh dan atap yang tidak lagi bocor.Selain itu, Teh Novi memastikan Ibu Eny mendapatkan akses ke perawatan medis. Ia bekerja sama dengan dokter spesialis untuk memeriksa kondisi Ibu Eny secara rutin. Perubahan kondisi kesehatan Ibu Eny perlahan mulai terlihat. "Dulu, Ibu sering murung dan bicara sendiri. Sekarang, beliau sudah lebih tenang dan bisa diajak ngobrol," ujar Tiko dengan senyuman.Teh Novi juga membantu Tiko mendapatkan pekerjaan tetap di sebuah perusahaan lokal. Dengan penghasilan ini, Tiko bisa mandiri dan tidak bergantung sepenuhnya pada bantuan orang lain. "Saya belajar banyak dari Teh Novi. Beliau mengajarkan saya untuk memanfaatkan kesempatan sebaik mungkin," kata Tiko. Setelah 2 tahun kini kehidupan tiko selain merawat ibunya, Tiko mulai aktifmembuat konten di Tiktok dan Youtube, Tiko juga sedang menjalani usaha sampingan yaitu berdagang kue basah di sekitar rumah. "selai ngonten, aku punya kesibukan dengan tambahan pendapatan dari situ, sambil jual-beli mobil bekas." Ucap Tiko di channel youtube BANG BREW TV.

Nasib Donasi Agus Salim 

Sementara itu, pengalaman Agus menjadi kontras yang menarik. Sebagai korban penyiraman air keras, Agus juga mendapatkan simpati besar dari masyarakat. Dana donasi yang terkumpul untuknya mencapai 1,5 miliar. Namun, tanpa perencanaan yang matang, Agus kesulitan mengelola uang tersebut.Sebagian besar dana digunakan untuk membeli barang-barang konsumtif, seperti gadget terbaru, membayar hutang dan kendaraan pribadi yang dijelas menyalahgunakan uang donasi. Sayangnya, hal ini tidak memberikan dampak jangka panjang bagi kehidupannya. Ketika dana mulai menipis, Agus kembali ke titik awal, tanpa perbaikan berarti dalam hidupnya. Pengalaman ini menjadi pengingat bahwa mengelola donasi bukan hanya soal menerima, tetapi juga bagaimana memanfaatkannya dengan bijak.

Sama-Sama Dapat Donasi Adab Tiko Dibandingkan Dengan Sikap Agus 'Sedih'

Kisah Tiko dan Agus menunjukkan bahwa bantuan masyarakat memiliki dampak yang besar, tetapi perencanaan dan bimbingan sangat penting. Bagi pemberi donasi, memilih cara membantu yang tepat adalah hal yang krusial. Bantuan langsung berupa uang memang penting, tetapi bantuan berupa bimbingan dan pendampingan juga tidak kalah bernilai.Teh Novi memberikan contoh nyata bagaimana bantuan bisa dikelola dengan bijak. Ia tidak hanya memberikan uang, tetapi juga waktu dan pikirannya untuk membantu Tiko dan Ibu Eny bangkit dari kesulitan. Pendekatan ini memastikan bahwa bantuan yang diberikan membawa perubahan yang berkelanjutan.

Mengapa Literasi Keuangan Penting?

Pengelolaan uang, terutama dari donasi, membutuhkan literasi keuangan. Literasi ini mencakup kemampuan untuk menyusun anggaran, menentukan prioritas pengeluaran, dan menabung untuk masa depan. Dalam kasus Tiko, ia belajar banyak dari Teh Novi tentang cara mengatur uang. "Setiap rupiah yang saya terima punya tujuan. Saya harus memastikan itu benar-benar berguna untuk Ibu dan kehidupan kami," katanya.Sebaliknya, kasus Agus menunjukkan pentingnya bimbingan dari orang-orang di sekitarnya. Tanpa bimbingan tersebut, bahkan dana yang besar sekalipun bisa habis tanpa memberikan manfaat jangka panjang.

Kesimpulan

Kisah Tiko dan Ibu Eny menunjukkan bahwa kasih sayang, ketulusan, dan bantuan yang dikelola dengan baik bisa mengubah hidup. Sebaliknya, pengalaman Agus jadi pengingat bahwa tanpa perencanaan yang matang, bantuan besar sekalipun bisa sia-sia.Bantuan dari masyarakat nggak cuma tentang uang, tapi juga tanggung jawab. Dengan pengelolaan yang tepat, bantuan bisa memberi dampak yang luar biasa dan berkelanjutan. Kisah ini mengajarkan kita bahwa perjuangan dan kepedulian, jika dilakukan dengan baik, bisa membawa harapan baru bagi siapa saja.Lebih dari itu, kisah ini juga menyentuh soal kemanusiaan. Kita diingatkan bahwa di balik setiap bantuan yang kita berikan, ada kesempatan untuk mengubah hidup seseorang. Dan, seperti Tiko yang terus berjuang untuk ibunya, kita semua bisa belajar bahwa cinta dan ketulusan adalah dasar dari segala perubahan besar dalam hidup.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun