Telah menjadi rahasia umum bahwa Indonesia dikenal dengan kekayaan alamnya. Berdasarkan jurnal Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan, keanekaragaman flora di wilayah Indonesia termasuk ke dalam bagian dari flora Malesiana. Mencakup sekitar 25% dengan total 20.000 spesies, Indonesia menjadi negara terbesar ketujuh dari kategori spesies tumbuhan berbunga yang ada di dunia. Dengan banyaknya keanekaragaman flora ini, akan sangat disayangkan jika anak-anak di Indonesia justru tidak banyak mengenal jenis-jenis flora yang ada.
Tak dapat dimungkiri pembelajaran pada anak-anak terutama anak usia dini memerlukan cara yang berbeda agar tujuan tersampaikannya ilmu tak hanya sekadar diketahui sesaat, tapi juga dapat menjadi pemahaman yang melekat. Melalui kegiatan yang interaktif dan mengasyikkan, pembelajaran akan lebih diterima oleh anak-anak. Karena pada umumnya, anak-anak lebih suka bermain daripada belajar. Maka dari itu, bermain adalah cara terbaik untuk melakukan kegiatan pembelajaran pada anak-anak usia dini. Agar anak tertarik untuk belajar, mereka memerlukan metode atau sarana yang sesuai dengan pengetahuan yang  akan disampaikan. Salah satu sarana yang cocok digunakan untuk mempelajari jenis-jenis flora adalah kegiatan eco print.
Eco print adalah sebuah teknik cetak dengan pewarnaan kain alami yang cukup sederhana namun dapat menghasilkan motif unik dan otentik. Teknik eco print merupakan hasil perkembangan dari teknik eco dyeing yang dikembangkan oleh Iriana Flint pada tahun 2006. Dalam proses eco print ini dikenal dua teknik pewarnaan, yaitu teknik iron blanket dan teknik pounding.Â
Dalam teknik iron blanket, langkah awal yang perlu dilakukan adalah mordanting, atau membersihkan kain dari kotoran, prosesnya mirip dengan mencuci pakaian. Setelah itu, rendam dedaunan atau bunga dalam larutan cuka untuk membuat pewarna alami. Tujuannya adalah untuk mengeluarkan zat warna yang paling banyak dari dedaunan. Sedangkan, teknik pounding hanya meletakan daun di atas kain, kemudian daun tersebut akan dipukul atau diketuk menggunakan palu kayu. Dilihat dari tingkat kesulitan dan waktu pengerjaan, teknik pounding jauh lebih mungkin untuk dilakukan oleh anak-anak.Â
Prinsip pembuatan eco print yang melakukan kontak langsung dengan daun, bunga, batang atau bagian tubuh lain dari tumbuhan, akan meningkatkan perkembangan kognitif anak dalam proses pembelajaran. Anak-anak akan diminta untuk menentukan bagian tumbuhan mana saja yang mengandung pigmen warna dan dapat memberikan motif pada kain.
Pembelajaran interaktif menggunakan sarana eco print ini juga dilakukan oleh komunitas Indonesian Youth Volunteer Association di daerah Saung Diajar, Bandung pada 29 Juni 2024. Kelompok sukarelawan yang berisikan muda-mudi ini melakukan kegiatan eco print bersama anak-anak usia dini, sebagai sarana pembelajaran bagi pengenalan flora. Kegiatan eco print dipilih karena selain pengerjaannya dan pencarian bahan bakunya yang mudah, juga memiliki berbagai keunggulan lain seperti ramah lingkungan, estetikanya yang unik, dan memberikan kenyamanan serta kebermanfaatan bagi anak-anak.
Kegiatan pembelajaran interaktif ini berjalan selama 2 jam dan melibatkan 60 anak. Dalam prosesnya, setiap dua orang anak akan melakukan teknik eco print bersama pada satu kain tote bag yang terbuat dari serat linen. Anak-anak melakukan teknik pounding dengan berbagai jenis daun yang memiliki berbagai warna pigmen. Dalam kegiatan eco print, tak sembarang tumbuhan dapat digunakan sebagai bahan baku utama. Hanya tanaman dengan kandungan air tinggi saja yang dapat memberikan pigmen warna pada kain. Daun-daun yang dipakai antara lain; daun jarak, daun ketapang, daun mangga, daun jambu, daun belimbing, dan berbagai daun lainnya yang mudah ditemukan di lingkungan sekitar. Kegiatan eco print ini selain mengenalkan berbagai jenis flora di Indonesia, juga meningkatkan kemampuan kerja sama dan kreativitas bagi anak-anak. Anak-anak juga diedukasi tentang keunggulan eco print yang ramah lingkungan.Â