KALAU BISA MEMILIH KENAPA HARUS GOLPUT
Hay hay di era milenial dan serba kemajuan ada saja permasalahan yang mengandung unsur unsur politik, pemilu misal nya. Â Pemilu atau Pemilihan Umum merupakan prose memilih orang untuk dijadikan pengisi jabatan-jabatan politik tertentu, mulai dari presiden, wakil rakyat di berbagai tingkat pemerintahan sampai dengan kepala desa.
Pengertian lain Pemilu adalah salah satu upaya dalam mempengaruhi rakyat secara persuasif (tidak memaksa) dengan melaksanakan aktivitas retorika, hubungan politik, komunikasi massa, lobi dan aktivitas lainnya.
Tapi, yang jadi permasalahan sekarang bukan pemilu nya tapi golput.
Apa itu golput? Kenapa golput masih saja sering terjadi di setiap pemilu?
Pertanyaan itu akan kita bahas di artikel ini.
Pengertian golput
Golput (Golongan Putih) adalah sikap untuk tidak memilih calon yang ditawarkan dalam Pemilu. Caranya macam-macam mulai dari tidak datang ke Tempat Pemungutan Suara (TPS) sampai membuat kertas suara tidak sah. Istilah golput ini diciptakan aktivis mahasiswa pada 1971 sebagai gerakan boikot terhadap Pemilu yang tidak demokratis dan korup karena didikte rezim orde baru. Pasca reformasi, Pemilu dianggap lebih demokratis dan golput direduksi maknanya menjadi apatisme politik. Golput merupakan senjata pamungkas yang di anggap sebagian orang untuk mengelak dari pemilihan yang tidak sesuai ideologi mereka
Istilah golput (golongan putih) merupakan istilah yang sering digunakan pada politik untuk orang atau kelompok yang menolak menggunakan hak pilihnya dalam pemilihan umum. Penolakan menggunakan hak pilih mereka dapat disebabkan beberapa alasan ideologi seperti krisis kepercayaan terhadap institusi negara, janji-janji dan idealisme nasionalisme, partai politik, dan lain sebagainya. Hal hal ini menyebabkan ketidak percayaan sebagian orang , dari pada saya memilih orang yang salah mending saya tidak memili begitu pikir sebagian orang.
Kaum milenial adalah subjek yang sangat rentan dengan adanya golput .Kaum muda seringkali dikategorikan sebagai kelompok usia yang terpisah dari politik dan kondisi ini berkontribusi terhadap timbulnya rasa apatis hingga keterasingan terhadap politik.
Rasa apatis ini muncul di kalangan muda karena mereka yakin bahwa politikus sebenarnya tidak peduli dan mereka akan segera melupakan janji-janji yang mereka sampaikan pada saat kampanye. Rasa apatisme terhadap politik ini muncul kuat di kalangan muda Indonesia.