Dalam sekejap, dia merasa seperti semua petunjuk telah menyusun puzzle yang hilang. Dia tidak tahu apa yang mendorong pria itu untuk melarikan diri dari rumah sakit jiwa, tetapi tiba-tiba segalanya terasa jelas. Pria itu menciptakan cerita fiksi tentang konspirasi dan makhluk-makhluk gaib untuk menarik perhatiannya dan menghindari pengejaran pihak berwenang.
Dia berkata pada dirinya sendiri, "Dia menciptakan dunianya sendiri untuk melarikan diri dari kenyataan yang mengerikan."
Namun, walaupun dia telah menemukan jawaban, dia masih merasa terkejut dan ketakutan. Dengan hati-hati, dia menghubungi polisi untuk memberi tahu mereka tentang pria itu dan keberadaannya.
Kemudian tanpa disadari, pria itu tengah berdiri tepat di belakangnya dengan seringai yang mengerikan. “Kau sudah mengetahui semuanya ya?”
Dia tersentak, lalu membalikkan tubuhnya. Pria gila bernama John Doe menarik keluar pisau lipat dari dalam sakunya dan menyerang dia dengan mata yang memancarkan amarah. Pria itu berubah menjadi agresif.
Dia, awalnya adalah seorang penulis tidak berpengalaman dalam pertarungan, harus dengan cepat menemukan kekuatan dalam dirinya yang tak pernah dia tahu.
Sebagai penulis tak berpengalaman, dia hanya bisa bertarung menggunakan kata-katanya untuk melabui pria gila di depannya. Dengan cara tersebut, akhirnya pria gila itu berhasil dia kelabui. Tak lama pihak berwenang tiba di sana, mengembalikan John Doe si pria gila ke rumah sakit jiwa.
Malam itu, ketika dia kembali ke rumahnya yang sunyi, dia merasa lega. Dia duduk di depan komputer, melihat layar kosong yang menyambutnya. Hatinya dipenuhi oleh campuran perasaan ketakutan dan penasaran yang dia alami sepanjang malam.
"Benar-benar malam yang gila," dia bergumam pada dirinya sendiri, mencoba merangkum secara detail apa yang terjadi. Pria misterius, rumah tua yang terlupakan, dan kisah tak terduga.
Kemudian, dia memandangi layar komputer yang masih kosong. Dia mulai mengetik, menggali kata-kata untuk menggambarkan malam menakutkan itu.
"Kadang-kadang, cerita terbaik adalah yang ada di balik tirai malam." dia berbisik, membiarkan kata-kata itu menemukan tempat dalam ceritanya.