Mohon tunggu...
Novita Maria
Novita Maria Mohon Tunggu... Penulis lepas -

infodanproduk.com http://gudanginfodanproduk.blogspot.co.id/ Email : novitamariagassner@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Student Job Indonesia Dukung Mendiknas Usung 19tahun Wajib Belajar

6 Desember 2015   19:59 Diperbarui: 6 Desember 2015   19:59 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Awal Agustus 1945, Kaisar Hirohito mencermati transkrip Proposal Potsdam yang ditujukan pada Kekaisaran yang disadur oleh NHK stasiun siar Jepang yang berisi : 

  • Telah tiba waktunya bagi Jepang untuk memutuskan apakah akan membiarkan dirinya dikendalikan oleh penasihat-penasihat militernya yang mengikuti keinginannya sendiri dan dengan perhitungan-perhitungan yang tidak realistis, yang telah membawa KEKAISARAN Jepang ke ambang kemusnahan, ataukah ia akan memilih jalan yang berdasarkan akal yang sehat. Berikut ini adalah syarat syarat kami. Kami tidak akan menyimpang dari syarat-syarat itu. Tidak pula ada pilihan lain. Kami tidak akan menerima penguluran waktu. Kekuasaan dan pengaruh dari mereka yang menyesatkan rakyat Jepang untuk berusaha menaklukkan dunia harus dilenyapkan selama-lamanya, karena kami berkeyakinan bahwa orde-baru yang cinta damai, aman dan berkeadilan tidak mungkin terbentuk tanpa militerisme yang tidak bertanggungjawab tidak dilenyapkan dari muka bumi. Kami tidak bermaksud memperbudak bangsa Jepang atau memusnahkannya sebagai bangsa, tetapi semua penjahat perang harus diadili secara keras, termasuk mereka yang melakukan kekejaman terhadap para tawanan.  Pemerintah Jepang harus menghilangkan halangan bagi bangunnya kebebasan dan demokrasi dan harus memperkuatnya di antara rakyat Jepang. Kebebasan untuk mengemukakan pendapat, beragama dan berfikir harus ditegakkan seperti halnya penghormatan atas hak-hak asasi manusia. Kami menghimbau pemerintah Jepang untuk sekarang juga menyatakan bahwa semua angkatan bersenjatanya menyerah tanpa syarat. Pilihan lain bagi Jepang berarti kerusakan total dalam waktu segera. (sumber, wikipedia) 

¤ 

Sebelumnya, Potsdam, 26 Juli 1945, usai German menyerah tanpa syarat (7 Mei 1945), para pemimpin Sekutu bertemu di Potsdam, German (mulai 17 Juli 1945) untuk merumuskan penyelesaian total Perang Dunia II. Pada 26 Juli 1945, disiarkanlah Proposal Potsdam hasil pertemuan Presiden AS, H.S. Truman, Perdana Menteri UK, W.L. Churcill dan Pemimpin Uni Soviet, Stalin. Setelah berunding berhari-hari, para pemimpin itu tiba pada kesimpulan bahwa Jepang harus diberi kesempatan untuk mengakhiri perang Asia Timur Raya dengan menyerah tanpa syarat kepada Sekutu sebagaimana German!

¤

Sayangnya, beberapa hari kemudian PM Jepang Kantaro Suzuki menjawab Proposal Potsdam dengan kata yang bersifat ambigu, "mokusatsu" (yang berarti mengendapkan/mendiamkan dahulu namun juga memiliki arti barang yang tidak berharga). Sialnya, ketika kata "mokusatsu" diterjemahkan oleh seorang ahli bahasa dihadapan Presiden Amerika Serikat Harry S. Truman, "mokusatsu" diterjemahkan sebagai barang yang tidak berharga. Presiden Truman akhirnya berkesimpulan bahwa Jepang tidak berniat menghentikan peperangan dan perlu dihentikan dengan menggunakan bom Atom.

¤

6 Agustus 1945 kota Nagasaki hancur luluh lantak, bom Atom telah dijatuhkan. 9 Agustus 1945 giliran kota Hiroshima mengalami nasib serupa. Bersamaan dengan itu, negeri besar dari Utara Jepang, Uni Sovyet menyatakan dimulainya kampanye perang total melawan Jepang dengan menyerbu daratan Manchuria. 10 Agustus 1945, Dewan Tinggi Militer menghadap Hirohito setelah gagal mencapai mufakat menyerah atau terus berperang sampai tetes darah putera Jepang terakhir. Sekali lagi, transkrip Proposal Potsdam ada di tangan Hirohito.

¤

Sebagai seorang yang pernah dijejali pendidikan khusus bagi keluarga istana sejak berusia 7 tahun, Hirohito tahu, untuk menyerah dan menjalani keseluruhan isi proposal yang telah dicermatinya berhari-hari, Jepang perlu mereformasi PENDIDIKAN! Jepang harus menghapus budaya ultra nasionalis, sejarah kepahlawanan perang dan semangat Bushido yang merusak bangsa-bangsa sekitar. Sebaliknya Jepang wajib mengembangkan nilai-nilai baru seperti, demokrasi, hak asasi manusia, kebebasan berpendapat, kebebasan berpikir dan kebebasan beragama. Dan sekaligus juga, untuk membangun kembali Jepang dari puing-puing kehancuran, diperlukan banyak tenaga guru. Membangun Bangsa Jepang yang baru, mustahil tanpa melibatkan peran guru dalam pendidikan bangsa!     

¤

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun