¤CROSS|OVER menantang kaum urban perkotaan untuk menuliskan pengalaman maupun keinginan berpetualang menjelajah dunia bahkan, kalau perlu hingga menembus pelosok terekstrem dari belahan bumi. "How far will you go? You Decide!" Demikian pekik tantangan CROSS|OVER yang langsung saja disambut dengan teriakan penuh antusias oleh urban ibukota yang memang, penuh semangat berkreasi dalam ritme cepat penuh vitalitas.
¤
Ada yang menulis betapa bangganya bila bisa menembus lorong ratusan meter di bawah tanah Xanzi, China guna menyelamatkan ratusan pekerja tambang Batu Bara Zhangjiawan yang terperangkap longsor dan banjir. Ada yang mengungkapkan keinginannya melintasi keganasan Padang Rumput Goby Mongolia. Ada pula yang ingin bisa meluncur dengan Paralayang berbendera Merah-Putih dari puncak Everest. Tetapi, yang ini, ya tulisan ini, hanya ingin memaparkan sebuah kisah nyata tentang rekaman kehidupan sederhana yang terjadi dan masih terus terjadi hingga kini. Tepatnya, di benua paling tersembunyi diatas permukaan Bumi yang diselimuti oleh hamparan tebal es abadi, Kutub Utara! Â
¤
Malangnya, menurut organisasi pecinta lingkungan dunia 'Green Peace', benua es Kutub Utara terancam musnah dan tidak lagi abadi (http://www.greenpeace.org/international/en/campaigns/climate-change/arctic-impacts/). Planet Bumi yang semakin tua semakin pula disesaki oleh Global Warming. Pemanasan Global adalah ancaman nyata terhadap keberlangsungan kehidupan! Suhu permukaan Bumi makin lama makin panas! Ozon menipis dan es Abadi di Kutub perlahan namun pasti mulai mencair!
¤
Saat ini saja, perubahan iklim telah terjadi di Indonesia yang sebelumnya selama dikenal dengan pergantian dua musim. Penghujan dan musim Kemarau. Satu dua dekade lalu, bergantinya musim setiap setengah tahun. Kini, Indonesia bisa mengalami musim Kemarau sepanjang tahun dan sebaliknya, di tahun depan mengalami musim Penghujan sepanjang tahun pula. Global Warming, selain perubahan iklim, pada gilirannya akan mendatangkan banjir bandang akibat naiknya permukaan air laut secara signifikan sebagai buah dari surplus milyaran Kubik es Kutub yang mencair.
¤
Setelah memantapkan niat menjawab tantangan dari CROSS|OVER, penulis mulai menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk segera bisa berpetualang. Kalau perlu, sebuah petualangan yang bisa menyelamatkan dunia dari kehancuran, khususnya dari ancaman Global Warming yang seolah semakin tak terkendali dan tak mungkin lagi diatasi. Inilah yang menjadi alasan bagi penulis pergi berpetualang ke Kutub Utara. Wilayah dalam radius garis lingkar imaginer pada lingkup 66.30• LU (Lintang Utara), jantung pertahanan terakhir ancaman Global Warming!
¤
Usai melakukan persiapan yang diperlukan, singkat cerita, di pertengahan Oktober ini, penulis telah berada di hadapan gugusan tebing es Kutub Utara yang terbentang tak bertepi yang siangnya sendiri berlangsung sekitar 8 jam. Dari Maret-September, Kutub Utara mengalami musim panas. Sebaliknya, kurun waktu September-Maret, matahari bergeser ke arah selatan, Kutub Utara dilingkupi musim dingin. Saat ini, wilayah Kutub Utara mulai mendaki puncak musim dingin yang akan jatuh pada bulan Desember. Dimana, malamnya akan jauh lebih panjang daripada siang.
¤
Garis merah Air Raksa dalam tabung kaca termometer Celcius yang dibawa penulis, seketika turun drastis dan berhenti pada strip angka 26• di bawah nol. Bila Suhu turun 14• lagi, dipastikan termometer Air Raksa tak lagi berguna. Air Raksa dalam tabung gelas akan membeku pada suhu minus 40•C! Otomatis, di bawah -40•C garis merah Air Raksa tak lagi bisa bergerak mengikuti suhu luar ruang, sudah beku! Memang, seharusnya penulis membawa termometer Alkohol yang memiliki titik beku hingga 144•C di bawah nol. Tetapi sayang, karena terlalu buru-buru menjawab tantangan CROSS|OVER di penghujung DEADLINE, termometer Alkoholnya belum sempat dibeli. Syukurlah, termometer Air Raksa milik penulis masih layak digunakan. Ohya hampir lupa, sekedar masukan bagi para pebisnis yang memang suka tantangan, meski menggandeng brand terlezat sekalipun, berbisnis es krim di Kutub Utara sama sekali tidak memiliki prospek!
¤
Salah satu sebab perlunya membawa termometer Air Raksa adalah, penulis dapat menentukan secara tepat jenis bahan dan pakaian yang harus dikenakan guna melindungi tubuh terhadap terpaan suhu dingin Kutub Utara yang sangat-sangat ekstrem, terlebih bagi orang Indonesia! Sebagai cerminan tanggung jawab moral, setibanya di Kutub Utara, penulis segera mendirikan papan peringatan yang berbunyi : "Perhatian! Sekalipun buatan Boutique Italia terkenal, pengunjung dilarang memakai bikini atau juga kaos oblong, apalagi model you can see!" Sebab, menurut para ahli Psikologi, bila ada pengunjung Kutub Utara yang bersliweran memakai bikini atau kaos oblong, sudah pasti mereka hanya sekedar mau berselfieria dengan harapan bisa jadi juara lomba foto dan bawa pulang kamera super canggih GoPro Hero4! Padahal resikonya, bisa mati beku seketika! Mungkin bagi mereka (Termasuk bagi penulis yang juga nekad berpetualang ke benua beku), "Apapun resikonya-kamera GoPro Hero4 terasa nendang heroiknya!"
¤
Pasca memasang papan peringatan, penulis dikejutkan dengan membekunya sebidang permukaan air laut secara cepat. Rupanya tanpa terasa, malam sudah mulai menjelang. Mentari menjingga dan suhu menurun dengan drastis. Luar biasanya, sekalipun tak memiliki arloji  mahal buatan Swiss, anjing-anjing laut tak lagi berenang. Seolah sudah hapal betul fluktuasi siklus suhu harian. Mereka dengan tubuh padat lemak santai bertelekan diatas es sebelum permukaan air laut berangsur membeku cepat. Saat tengah menyelam, insting memang kerap menyelamatkan mereka hingga, terhindar dari kehabisan oksigen karena terperangkap lapisan es yang sewaktu-waktu bisa mendadak terbentuk menutupi permukaan laut.
¤
Jika ingin berenang di Kutub Utara, haruslah cermat mengamati gerakan anjing laut. Ketika mereka naik ke permukaan es, petualang yang tengah berenang juga harus mengikuti naik. Sebab, hanya ada dua alasan mereka meninggalkan keasyikannya berenang sekaligus berburu ikan kecil. Pertama, permukaan air laut segera tertutup membeku. Kedua, datangnya predator teratas laut Kutub Utara yang paling disegani, paus pembunuh (Killer whale) sepanjang 10 meter! Predator yang dalam sekejap bisa menyantap 'Jaws' si hiu putih terganas sekalipun! Sesuai dengan namanya, Paus pembunuh merupakan mamalia laut yang mampu melahap anjing laut seberat lebih dari 200 Kg ataupun seorang pegulat Zumo hanya dengan sekali kunyah! Ngeri!
¤
Paus pembunuh yang biasa dipanggil Orca ini, di laut bebas memiliki harapan hidup hingga 50 tahun. Menurut IUCN lembaga PBB yang melindungi keberlangsungan hidup satwa, Orca sudah nyaris punah dan tidak lagi boleh diburu (http://www.iucnredlist.org/details/15421/0)! Orca, sebenarnya cukup bersahabat bila bertemu dengan manusia. Mereka termasuk keluarga besar lumba-lumba. Bisa dijinakan dan dilatih seperti yang selama ini kerap disaksikan di penangkaran SeaWorlds. Namun, sangat tidak disarankan bagi petualang untuk coba-coba bermain air dengan mereka yang memang terbiasa berkelompok membentuk formasi berburu. Bukan hanya deretan giginya yang berbahaya tetapi terus terang saja, saat mereka jumpalitan merayakan tarian kemenangan, tiada ampun lagi bagi orang yang kejatuhan tubuh Orca yang memang rata-rata berbobot lebih dari 5 ton. Mencret seketika adalah kondisi yang tepat untuk menggambarkan tubuh manusia yang tertimpa kawanan Orca.
¤
Begitu asyiknya menonton pertunjukan tarian alami armada Orca, tak terasa jam di tangan hampir menunjuk angka 8 malam. Bias sinar mentari baru saja tergeser oleh Konstelasi rasi bintang Ursa Minor (Beruang kecil) yang selalu setia muncul setiap Kutub Utara mendapatkan jatah malam. Puas melepas pandang ke seantero jagat raya khususnya, mengamati bintang Polaris yang terkenal paling terang di langit Kutub Utara, penulis siap-siap beristirahat. Kembali masuk ke dalam kabin hangat kapal pemecah es bertenaga nuklir terbesar di dunia milik Rusia, Yamal.
¤
Malam awal minggu ke-2 bulan Oktober di Kutub Utara berlangsung sekitar 16 jam. Malam sepanjang ini harus dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh penulis untuk memulihkan kembali tenaga dan stamina. Esok, penulis rencananya baru memulai petualangan darat menembus cakrawala putih hamparan padang es maha luas. Bila saja mengunjungi Kutub Utara di bulan Desember, niscaya penulis tak akan pernah melihat matahari karena malam di bulan itu bisa berlangsung 24 jam penuh selama bermingu-minggu! Â
¤
Tepat jam 09.37 pagi WKU (Waktu Kutub Utara), pintu kabin kamar penulis di gedor seorang awak kapal honorer bertubuh tinggi besar asal Siberia, Igor Bandeng Prestokov. Penulis yang masih mengantuk sama sekali tak bisa menangkap maksud kata-kata Igor. Rupanya, ia hanya bisa bahasa Inggris sepatah-patah. "Sunrise... Sunrise..," ujarnya berkali-kali. Oo, rupanya Igor ingin agar penulis tidak melewatkan keindahan panorama terbitnya fajar di Kutub Utara ini. Sebelum beranjak keluar kamar, penulis menyambar sweater wol tebal (Penulis telah bergabung dalam komunitas anti jaket dari kulit binatang). Selama tidak terlalu menghalangi pergerakan anggota tubuh, semakin tebal pakaian yang dikenakan akan semakin baik. Bagaimanapun suhu di dalam kabin kamar jauh lebih hangat daripada di atas geladak.
¤
Igor dengan penuh semangat menarik penulis untuk lebih cepat lagi tiba di geladak. Sepertinya dia takut, penulis kehilangan momen berharga, Sunrise musim dingin di Kutub Utara! Benar saja, setiba di geladak Yamal, penulis dibuat terkagum-kagum oleh lukisan sunrise di kanvas langit Kutub Utara. Sunrise kali ini berbeda dengan yang biasanya terjadi. Aurora Borealis (Bias cahaya mentari di Kutub Utara) menemani datangnya sunrise (http://www.telegraph.co.uk/news/science/space/11806004/Awesome-Northern-Lights-sunrise-display-captured-from-International-Space-Station.html). Indah dan dahsyat! Lukisan sunrise tiada dua, ciptaan Yang Maha Kuasa!
¤
Dasar Igor orang Siberia, saat penulis takjub terlongo-longo mendongak langit, ia malah tertawa-tawa sembari menenggak Vodka. Minuman tradisional Rusia beralkohol yang dibuat dari fermentasi gandum hitam, kentang dan biji-bijian lain. Perlahan, sunrise aurora Borealis memudar terhapus mentari benderang di ufuk. Terdengar gonggong serombongan Husky, anjing habitat Kutub Utara dari sebuah titik hitam yang bergerak cepat melintasi putihnya hamparan es. Tak berapa lama, titik hitam itu telah tiba dan berhenti seratus meteran dari samping lambung Yamal. Rupanya, Yupix Nicxoulai orang Eskimo (Suku Eskimo termasuk keluarga suku Indian) yang bertugas menjemput penulis, menghentikan laju kereta saljunya karena khawatir terperosok retakan salju, efek samping dari pelayaran Yamal.
¤
Usai mengepak bekal, Igor membantu penulis turun dari Yamal. Ternyata, walaupun berbeda kewarganegaraan, Igor dan Yupix cepat berteman akrab. Vodka dengan mudah mengakrabkan mereka. Penulis mengingatkan Yupix untuk tidak berlebihan meminum Vodka sebab, ia harus mengemudi kereta saljunya. Yupix tidak membantah, dalam bahasa Inggris yang fasih ia meminta penulis untuk tak khawatir. Sedikit Vodka akan menjalarinya tubuhnya rasa hangat hingga, ia dapat lebih berkosentrasi mengarahkan kereta saljunya yang ditarik oleh 12 ekor Husky secara berdampingan dua-dua. Husky memiliki sensor alami yang bisa memperkirakan ketebalan lapisan es hingga, kereta salju tidak terperosok dan dapat meluncur lebih aman. Untuk menjaga dan memulihkan stamina, husky selalu diberi hadiah ikan segar setiap kereta salju sampai tujuan.
¤
Perjalanan darat menembus Kutub Utara dengan kereta salju, membawa keseruan tersendiri. Terpaan butiran salju yang beterbangan mengenai wajah karena terpercik kaki-kaki husky serasa kita mengalami gerimis es. Yupix sengaja memilih jalan menghindari tebing-tebing es. Selain mewaspadai tipisnya lapisan es, Yupix juga khawatir kereta salju tertimpa longsoran tebing es yang bisa terjadi sewaktu-waktu karena peningkatan suhu yang telah beranjak siang. Dari kejauhan penulis bisa menyaksikan beberapa tebing es yang mulai mencair dan meluncur longsor dengan kecepatan tinggi. Selamat dari tebing es yang longsor hanya bisa diharapkan bila bisa bersembunyi di balik pepohonan ataupun tebing es lainnya yang masih kokoh.
¤
Menjelang siang, penulis telah sampai ke perkampungan terdekat suku eskimo, keluarga besar Yupix. Setelah berbasa basi dengan orang-orang yang dijumpai di tengah perkampungan, Yupix mengajak penulis beristirahat sejenak di lobby hotel yang tepat berada di tengah perkampungan. Rupanya, Yupix ingin menjamu penulis makan siang. Makanan suku eskimo berbahan dasar segala daging yang biasa diburu mereka, anjing laut, singa laut, kelinci kutub ataupun srigala. Yaiksszz!
¤
Menurut Yupix, seiring pemanasan global, jumlah binatang buruan semakin berkurang. Habitat hewan yang selama ini jadi cadangan makanan sukunya terancam hilang dan itu berarti, punahnya peradaban Eskimo sudah masuk dalam hitungan mundur.
¤
Setelah cukup kenyang, Yupix mengajak penulis untuk mengunjungi stasiun radio GreenPeace sebelum hari beranjak sore. Di tengah perjalanan, sekitar 30 Km meninggalkan perkampungan eskimo, penulis menyaksikan beruang kutub yang sedang berburu salmon di sebuah sungai, hanya beberapa kilo dari stasiun radio GreenPeace. Di bulan November atau Desember sungai di Kutub kebanyakan akan membeku. Oktober adalah bulan terakhir bagi beruang kutub untuk membuat tubuh sarat lemak, sebagai cadangan makanan saat Kutub Utara memasuki musim dingin yang ekstrem.
¤
¤
Puas mengambiol foto beruang kutub, penulis melanjutkan perjalanan. Sepanjang jalan Yupix selalu bercerita tentang indahnya tanah kelahirannya yang jauh dari polusi tekhnologi. Dua puluh menit menumpang kereta salju, stasiun radio GreenPeace telah terlihat. Tampak beberapa anak muda simpatisan GreenPeace sedang memasang sebuah papan yang mengisyaratkan bahwa, empu pembuatnya tengah tenggelam dirundung kesedihan dan kemasygulan. Penulispun segera mengabadikan bunyi dari isi papan itu (Gambar bawah) untuk dapat dibuat sebagai laporan setiba kembali di tanah air.
¤
Kadang penulis terpaksa harus menyeka air mata kala berbincang hangat dengan pemuda-pemuda GreenPeace yang kebanyakan berasal dari Amerika Serikat, Canada dan Eropa. Mereka menitipkan pesan agar dunia mendengar "Kutub Utara akan segera punah!" bila, tak ada kesungguhan bersama dari seluruh dunia untuk mengerem laju Global Warming. Mereka meminta pemuda-pemuda dari seluruh dunia untuk menyuarakan hal yang sama. Kalau perlu, langsung berkunjung ke Kutub Utara guna menyaksikan betapa milyaran kubik es telah mencair setiap tahun.
¤
Menjelang senja suhu mulai mendingin. Penulis berpamitan dengan Yupix si orang Eskimo dan anak-anak muda GreenPeace. Thomas anggota senior GreenPeace asal Canada akan mengantar penulis kembali ke Yumal dengan balon udara. Sesuai arah angin yang berhembus dari hawa dingin menuju tempat yang lebih hangat di pinggir laut Kutub Utara dimana Yumal menunggu penulis, balon udara akan terbang tanpa banyak mengeluarkan bahan bakar. Tentu saja, pakaian yang dikenakan penulis harus ditambah berlapis lagi karena, angin dingin berhembus lebih kencang menerpa tubuh kala menumpang balon udara.
¤
*******
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H