Mohon tunggu...
Novita Maria
Novita Maria Mohon Tunggu... Penulis lepas -

infodanproduk.com http://gudanginfodanproduk.blogspot.co.id/ Email : novitamariagassner@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

KPAN vs AIDS Makin Maju Obatnya Makin Banyak Pengidapnya

30 Juli 2015   13:04 Diperbarui: 11 Agustus 2015   21:08 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah pengidap/pembawa/penyebar bertambah sebagai akibat dari terjadinya hubungan seksual dengan orang yang salah pada saat proses "Pesan Berantai", masing-masing suatu ketika akan kembali berhubungan seksual dengan pasangan resminya dirumah. Istri yang sebelumnya berselingkuh dengan seorang investor HIV cepat atau lambat akan berhubungan seks juga dengan suami resminya dan pada kasus lain, suami yang sebelumnya berinteraksi seksual dengan wanita seorang inkubator HIV suatu ketika akan kembali berhubungan seks dengan istrinya. Perlu diketahui, anak dari seorang pengidap HIV dipastikan juga akan menjadi pengidap HIV sebagaimana orang tuanya, bila tidak mengikuti serangkaian Program Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA). Keadaan satu orang anggota keluarga sebagai pengidap HIV kemudian menularkannya pada banyak anggota keluarga itu, umumnya dinamakan "Bunga BerBunga"

¤

***GALI LOBANG TUTUP LOBANG***

Penularan dapat terjadi karena transfusi darah dan juga pencangkokan organ tubuh. Medis tak dapat mengindentifikasikan pendonor darah atau organ donor orang yang terjangkit HIV, sementara masih dalam "Masa Jendela". Biasanya organ tubuh yang dicangkok berasal dari pendonor yang baru saja meninggal. Semisal mata, jantung dan ginjal. Organ-organ itu harus segera dicangkok sebelum membusuk. Keterbatasan waktu menyebabkan tindakan medis harus secepatnya dilakukan. Hal ini menutup kemungkinan dilakukan test kesehatan yang lebih detil dan komprehensif, khususnya HIV/AIDS. Walhasil, pembawa HIV berkurang satu karena meninggal dunia, tetapi virusnya tetap memiliki wadah berjalan yakni, si pemilik baru organ hasil percangkokan. Kasus inilah yang dikenal dengan istilah "Gali Lobang Tutup Lobang"

¤

***KREDITUR TETAP***

Secanggih apapun obat HIV/AIDS hanya bisa menghambat dan menurunkan laju pertambahan virus HIV. Tidak ada satupun obat yang bisa memusnahkan virus HIV yang sudah terlanjur menetap di tubuh. Sekalipun obat bisa membatasi jumlah virus HIV sampai ke tingkat tidak terdeteksi, tetap saja pasti masih ada virus yang tersisa. Sekali menjadi wadah HIV maka, seumur hidup akan selalu menyatu dengannya. Begitupun anak turunnya, sampai keturunan ke-1.001 sekalipun tetap akan mewarisi virus HIV, bila tidak mengikuti Program Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA). Konsumsi obatpun harus berlangsung seumur hidup. Jika tidak maka, perkembangan HIV yang tidak dihambat dipastikan akan merusak sistem kekebalan tubuh. Sedikit saja datang penyakit lain, semisal Influenza atau Batuk, pengidap AIDS bisa tamat riwayatnya karena sudah tak lagi memiliki sistem kekebalan tubuh. Keabadian keberadaan virus HIV dalam tubuh dan ketergantungan mengkonsumsi obat menjadikan pengidap HIV/AIDS disebut sebagai "Kreditur Tetap".

¤

***PENANGGUNG POLIS***

Sejak obat penghambat perkembangan HIV semakin canggih dan mudah didapatkan, semenjak itu pula virus HIV memasuki masa pensiun jadi momok. Virus HIV kini hanyalah mantan momok, tak lagi menakutkan. Cukup dengan pola asupan nutrisi yang tepat, senantiasa menjaga stamina tubuh dan pengobatan teratur, Pengidap HIV bisa hidup normal dan berumur panjang. Malahan Melalui berbagai program Jaminan Kesehatan, Pemerintah memberikan akses yang mudah, murah bahkan, gratis untuk pengobatan anggota masyarakat. Kebijakan untuk menanggung beban biaya pengobatan, termasuk pada HIV/AIDS, menyebabkan Pemerintah mendapat julukan, "Penanggung Polis".

¤

* **INFLASI***

Kemajuan ilmu pengobatan, kemudahan mendapatkan obat, pengratisan biaya berobat melalui Jaminan Kesehatan dan keberhasilan mengedukasi masyarakat tentang bagaimana pola therapi yang tepat guna membatasi perkembangan jumlah virus HIV agar tak sempat tubuh mengalami AIDS/Hilangnya kekebalan, menyebabkan lenyapnya rasa ketakutan tertular AIDS. Pada gilirannya berkurang pula tingkat kewaspadaan terhadap HIV, baik individu maupun komunal. Seiring dengan berkurangnya kewaspadaan maka, potensi penyebaran HIV dengan sendirinya akan semakin terbuka lebar. Terjadinya hal-hal baik dalam penanggulangan virus HIV tetapi malah menyebabkan meningkatnya potensi ancaman HIV, dikenal dengan istilah "Inflasi".

¤

***KOMISI***

Setiap wadah organisasi, Dokter, Ahli Kesehatan atau Aktivis yang berjuang untuk menanggulangi penyebaran epidemi HIV/AIDS seyogyanya tidak berbuat hanya karena ada uang lelah atas itu, termasuk KOMISI PENANGGULANGAN AIDS NASIONAL (KPAN).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun