Mohon tunggu...
Novita Bayuarti
Novita Bayuarti Mohon Tunggu... Penulis - penyuka dunia sastra, seni dan budaya

penyuka dunia sastra, seni dan budaya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bambang dan Hantu Komunis

19 September 2020   14:07 Diperbarui: 19 September 2020   14:13 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Alkisah, Bambang adalah seorang pemuja Komunisme, penganut aliran kiri garis absurd. Kiri itu seksi, itu saja alasannya. Apanya yang seksi? Hanya teori yang sudah gagal di mana-mana, batinku. Sebagai penikmat genre musik grunge, Internationale menjadi satu-satunya aransemen klasik yang membuat Bambang hikmat. Maka kusarankan padanya untuk hijrah ke Tiongkok, Korut, Vietnam atau Kuba. Siapa tahu masih ada kedai kopi tua yang memutar lagu itu.

Tentu saja dengan skill yang cukup kalau tak mau jadi gembel di sana. Jangan mimpi negara-negara itu akan memberimu makan dan tidur gratis hanya karena kau seorang komunis.Tapi paling tidak dia akan sedikit merasakan kebahagiaan ideologis hidup di negara  penganut sistem politis yang sepaham dengannya.

Sebab apa? Kalau Bambang tetap bersikukuh menganut, menyebarkan, bahkan ingin menarik simpatisan di Indonesia, paling-paling kalau tidak berakhir di penjara, ya di rumah sakit jiwa karena depresi menahun.

Indonesia bukan habitat yang cocok untuk Komunisme. Dulu mungkin hampir...tapi toh sejarah mencatat kegagalan Komunisme juga pada akhirnya. Masih ditambah dengan latar belakang sejarah pemberontakan yang kelam, stigma yang berlumur darah dan bahkan anti Tuhan. UU pelarangan sudah ada, artinya jerat hukum telah menanti. Mau apalagi?

Kan konyol kalau masih ada saja isu-isu waspada bahaya laten komunis. Seolah-olah mereka muncul seperti hantu bulan September dengan palu dan arit di tangan dan siap menteror, menghantam, menebas, menyukil, menyilet siapa saja lawan politik mereka. Nggak gitu juga astagaah..!

Begitu tembok Berlin runtuh, Soviet ambyar, Komunisme divonis mati. Kalau pun ada sisanya kembang kempis untuk menjadi idealis. Ideologi ini sudah terseok-seok, seperti macan ompong, kata Buya Syafii Ma'arif. Tidak ada prasyarat Komunisme bisa bangkit kembali di Indonesia. Isu-isu tersebut mentok sebatas komoditas politik belaka.

Yang perlu ditelisik justru mereka yang masih gencar mengusung bahkan membesar-besarkan isu kebangkitan PKI tersebut. Apalagi disangkutpautkan dengan negara maupun etnis sebagai bumbu. Mengaitkan sebuah konteks negara dengan etnis tertentu pun sudah keliru. Opini-opini usang semacam itu terus saja diusung para pengasong politik yang justru punya agenda tersendiri. Polanya terbaca jelas. Orang-orangnya? Ya mereka yang selalu mengulang-ngulang cerita hantu bulan September.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun