Mohon tunggu...
Novita Ekawati
Novita Ekawati Mohon Tunggu... Guru - Pengajar
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pengajar dan aktivis muslimah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berakal tapi Tak Berpikir

10 September 2020   05:56 Diperbarui: 10 September 2020   05:54 570
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh : Novita Ekawati

________________

Ungkapan "Berakal tapi tak berpikir" layak untuk disandang bagi mereka yang menggunakan akalnya hanya untuk menuruti hawa nafsunya. Tidak menjalankan syariatNya, malah mencaci para pendakwah agamaNya.

Sungguh kemurkaan bagi Allah swt. yang telah memberikan manusia potensi berupa akal yang sempurna untuk bisa membedakan mana yang salah (batil) dengan yang benar (haq).

Semua dilanggar tanpa lagi menerima norma-norma yang ditetapkan agama, apakah itu halal ataukah haram semua dijalankan. Manusia menjadi budak nafsu, sebagaimana firmanNya,

"Maka apakah orang yang berpegang pada keterangan yang datang dari Tuhannya sama dengan orang yang syaitan menjadikan dia memandang baik perbuatannya dan mengikuti hawa nafsunya?". (QS. Muhammad : 14)

Mereka tenggelam dalam kebijakan yang mereka putuskan dalam relung-relung jiwa yang terkungkung nafsu, sehingga tidak bisa melihat kebenaran yang datang kepadanya.

Setidaknya Allah swt., memberikan kesempatan manusia untuk memilih jalan yang akan diambil dalam hidupnya. Apakah dirinya akan taat kepada Allah swt, ataukah ia membangkang setiap perintah Rabb-nya yang sudah termaktub dalam al Qur'an dan as Sunnah.

-----------------

Berpikir adalah jalan menuju iman yang teguh. Berpikir yang menyeluruh (kulliyah) tentang manusia, kehidupan dan alam semesta, serta hubungan ketiganya dengan sesuatu yang ada sebelum alam kehidupan dan sesudah kehidupan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun