Perubahan, ada sepanjang kehidupan itu ada, suka atau tidak suka, siap atau tidak siap, tetapi kata kehidupan atau sesuatu itu dikatakan hidup itu sendiri sejalan dengan kata berubah. Dalam hidup itu ada lahir, tumbuh, dan berkembang. Sehingga hidup itu sendiri adalah perubahan. Pilihannya hanya satu, untuk bisa survive menghadapi perubahan itu, kita bisa menjadi pemenang atau tergilas oleh perubahan itu sendiri.
Di kehidupan modern seperti sekarang, banyak kita lihat perubahan itu tampak dengan perkembangan teknologi yang demikian pesat. Di satu sisi, teknologi memudahkan kehidupan kita, di sisi lain, gempuran pengaruh budaya, ideologi, kebiasaan dari berbagai macam sumber demikian pesat mempengaruhi karakter masyarakat atau generasinya.Â
Bicara tentang generasi, sebagai guru SMA, dalam kesehariannya berhadapan dengan pelajar yang masuk kategori generasi Z, generasi yang lahir, tumbuh, dalam pesatnya perkembangan teknologi, tentu berbeda karakternya dengan generasi sebelumnya, terutama saat teknologi belum berkembang, saat gempuran internet belum sedahsyat sekarang.
Banyak tantangan yang dihadapi guru dalam mengajar siswa generasi Z ini. Gadget, dan internet bak nyawa yang tidak bisa lepas dari diri kehidupan mereka. Sehingga mempengaruhi motivasi belajar yang tentunya berimbas pada pemahaman dan prestasi  belajar mereka. Â
Kebanyakan generasi z gampang sekali bosan dengan metode pengajaran yang konvensional atau  cara mengajar yang caranya begitu-begitu saja. Karakter siswa pada generasi z ini lebih dinamis, mereka senang bergerak, senang segala sesuatu yang baru, tidak monoton, dan senang belajar dengan cara learning by doing, menyentuh, melihat, merasakan, dan mengalami sendiri adalah hal yang jauh lebih melekat sebagai pengalaman dalam ingatan mereka dibandingkan dengan cara belajar yang duduk dalam kelas berjam-jam, menghapal buku dan mendengar ceramah guru.Â
Hal tersebut ditunjang dengan perkembangan teknologi yang demikian pesat, khususnya internet, menjadikan guru bukan lagi sebagai satu-satunya sumber berlajar, mereka senang berselancar di internet untuk mencari sesuatu dan sebagainya, peran guru disini adalah lebih baik mengarahkan agar teknologi dapat dimanfaatkan untuk hal yang positif dalam proses belajar generasi z ini.
Di sekolah, kebetulan saya adalah pengajar mata pelajaran ekonomi untuk siswa SMA. Saat ini, di SMA sedang berjalan dua kurikulum, dimana untuk siswa kelas 11 dan 12 menggunakan kurikulum lama (Kurikumlum 2013), sedangkan siswa kelas 10, sudah menggunakan kurikulum baru, yaitu kurikulum merdeka.
Kurikulum merdeka, pas sekali digunakan dengan karakter siswa generasi Z saat ini, dimana kurikulum ini berpusat pada siswa, sehingga metode pengajaran guru hendaknya disesuaikan atau mengakomodasi keunikan siswanya. Seperti yang dijelaskan diatas, siswa generasi Z sangat suka  dan dekat dengan hal-hal yang berbau teknologi, senang dengan suasana belajar yang tidak monoton, dan senang dengan cara belajar yang memberikan mereka pengalaman untuk mencari dan mengalami sendiri hal-hal yang perlu dipelajari.Â
Diantara rumpun mata pelajaran ilmu sosial di SMA, mata pelajaran ekonomi seringkali dikeluhkan oleh siswa, mengingat selain banyaknya rumus-rumus matematis yang kurang disukai khususnya siswa dari jurusan IPS, juga berisi pemahaman akan definisi,  hukum dan  konsep yang dianggap sukar di mengerti maksudnya oleh siswa bila hanya sekedar dibaca, apalagi dihafal.
Ketika saya mengajarkan materi ekonomi dengan metode ceramah, belajar di kelas, siswa menghadapi buku diktat, hasilnya, dari obesrvasi pengamatan di kelas, rendah atensi mereka untuk fokus pada KBM, dan itu berdampak dari hasil evaluasi mereka.
Ketika saya menggunakan metode yang menantang mereka untuk berfikir kritis dan kreatif dalam menuangkan ide, seperti problem based learning, terutama project based learning, atau penggabungan keduanya, dengan mengamati masalah ekonomi di sekitar mereka, dan memberikan mereka kesempatan untuk melihat secara langsung apa yang terjadi dilapangan, dari hasil observasi yang saya lakukan terjadi peningkatan yang signifikan.
Mengingat saat ini semester ganjil hampir berakhir, maka saya ambil sebagai contoh adalah hasil observasi materi ekonomi kelas 10 akhir semester ganjil  kurikulum merdeka, yaitu  Pasar, Permintaan dan Penawaran. Untuk memahamkan antara hubungan harga, jumlah permintaan, dan penawaran , fenomena kenaikan harga kebutuhan pokok pada momen-momen tertentu, saya memberikan metode pembelajaran berbasis proyek, untuk siswa kelas 10-7, SMA Negeri 1 Surabaya.
 Saya minta mereka membentuk kelompok, dan mengamati pasar tradisional di dekat tempat tinggal mereka. Sebelumnya, saya meminta mereka melihat sumber dari internet harga beberapa kebutuhan pokok, saya beri batasan harga sembako, lalu mereka saya minta terjun ke pasar tradisional, membandingkan harga sembako secara realita dengan yang mereka dapatkan informasi di internet.Â
Saya juga meminta mereka mewawancarai pedagang, pemasok atau pembeli yang mereka temui di pasar tersebut, tentang jumlah permintaan atau banyaknya barang-barang yang di beli konsumen di pasar tersebut serta jumlah barang yang ditawarkan pedagang di sana pada tingkat harga tertentu. Artinya, saat harga barang tersebut mahal atau naik, bagaimana jumlah minat pembeli untuk membeli barang tersebut, bagaimana minat pedagang dalam menyediakan jumlah barang tersebut saat harga naik atau turun.
Bagaimana solusi yang dilakukan pedagang dalam mengatasi harga barang yang meroket akibat kelangkaan ketersediaan barang, dan beberapa pertanyaan lain.
Lalu hasil pengamatan tersebut saya minta untuk didiskusikan bersama kelompoknya, lalu saya minta mereka membuat video pendek saat kunjungan ke pasar dan wawancara pedagang menjadi sebuah film, yang proses editingnya sesuai kreasi mereka pribadi, lalu hasil dari video pengamatan tersebut diunggah ke sosial media serta hasil diskusi pemikiran kelompok di presentasikan untuk mendapat tanggapan dari kelompok lain.
Hasilnya, kecepatan mereka dalam memahami konsep hubungan harga, permintaan dan penawaran sangat memuaskan, mereka mampu menyimpulkan dengan tepat , bahkan mengemukakan ide-ide serta solusi dalam permasalahan yang ditemukan di lapangan, yang lebih menarik lagi mereka demikian antusias dalam membuat video, karena merangsang kreativitas mereka, dimana disinilah kelebihan generasi Z, mereka sangat paham teknologi, dekat dan senang dengan teknologi melebihi kita yang berada pada generasi sebelum mereka, hasil kreativitas mereka dalam membuat editing video tampak dalam keceriaan siswa dalam memamerkan karya kreativitas mereka.
 Pemahaman akan materi dari hasil metode pembelajaran berbasis proyek dengan pengamatan langsung tersebut, jauh lebih lama mereka ingat, karena pengalaman yang melekat dalam benak mereka ketika melakukan pengamatan, terjun sendiri, dan melatih kemandirian mereka dalam belajar, lebih berkesan bagi mereka, para peserta didik, dan hasil evaluasi atau tes tertulisnya sangat jauh lebih baik daripada sekedar menghafalkan konsep.
     Dari hasil pengamatan tersebut, dapat kita simpulkan, bahwa guru perlu kreatif dalam memberikan metode pengajaran. Guru sebaiknya tidak berpegang pada zona nyaman mengajar dengan cara yg sama yang sudah dilakukan bertahun-tahun.
     Terutama di kurikulum merdeka ini, dengan siswa sebagai pusat pembelajaran, mereka bukan hanya sebagai obyek  namun juga subyek dalam kegiatan belajar, sehingga perlu pengajarnya yang merubah cara disesuaikan dengan minat, karakter dan cara belajar efektif siswa yang tentu memiliki keunikan caranya sendiri, untuk itu sebelum melakukan pembelajaran dapat dilakukan survey kepada peserta didik tentang metode belajar yang pas bagi mereka agar materi yang disampaikan dapat terserap optimal.
      Selain itu penting juga bagi guru untuk memahami perkembangan teknologi, karena pembelajaran berbasis teknologi dirasa menarik minat belajar bagi generasi z ini.Â
     Memang benar teknologi adalah suatu alat bantu, peran guru tidak serta merta bisa diganti dengan teknologi, namun guru yang tidak mau mengikuti perubahan seperti penguasaan teknologi itu sendiri, akan tergantikan oleh mereka yang mampu mengikuti perubahan.
Nah, itulah sedikit hasil pengamatan yang bisa saya share tidak hanya bagi bapak dan ibu guru pengajar saja, tetapi untuk Anda sekalian, siswa, masyarakat para pembaca, untuk bisa saling berbagi pengalaman tentang metode pembelajaran untuk menjadikan para siswa menjadi lebih berprestasi, saya mengharapkan umpan balik dari Anda sekalian untuk berpendapat atas artikel ini, terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H