Mohon tunggu...
novita mustikaningrum
novita mustikaningrum Mohon Tunggu... Guru - Guru SMA

Ilmu Sosial dan Humaniora

Selanjutnya

Tutup

Film

Inspirasi dari Film "Anak Garuda"

18 Januari 2020   15:15 Diperbarui: 24 Januari 2020   16:38 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

-Raih impianmu, meski hidup tak selamanya mudah

Jujur saja, saat film Indonesia bisa dikatakan "Mati Suri" di tengah gempuran film produksi asing, saya jadi kembali antusias ketika film Indonesia bisa menggeliat, sampai jadi berkembang seperti sekarang ini di layar bioskop kita.

Cuma sayang, film Indonesia yang laris manis di bioskop kita tidak banyak variasi tema nya. Apalagi yang ditujukan buat kalangan remaja yang merupakan jumlah penonton terbesar di bioskop, temanya seputar itu-itu saja. Kalau tidak percintaan khas anak sekolah, action, atau horor. Nah, tema film yang disebut terakhir ini lah yang paling banyak dibuat dan ditonton. 

Sampai biasa saya dengar komentar dari kalangan anak sekolah, "Suka nonton film setan". Sah-sah saja gemar dengan tema horor, cuma sepertinya kalau terus-terusan. Apa tidak bosan, judulmya? Nah kalau pun ada tema sejarah, baru laku dipasaran anak muda kalau memasang bintang yang disukai anak remaja, (baca: seperti film bumi manusia, yang menarik buat anak muda karena memasang Iqbaal Ramadhan sebagai tokoh sentral) dan yang seperti itu jumlahnya tidak banyak. Padahal, film memiliki peran besar untuk mempengaruhi kehidupan remaja, terlepas dari pemainnya. Karenanya, perlu lebih banyak lagi membuat film yang dapat menginspirasi anak muda.

Nah, salah satunya film Anak Garuda, bagi saya, inti ceritanya cukup menginspirasi. Berisi sekelompok anak muda, mereka "Di pungut" dari jalanan atau memiliki latar belakang sejarah hidup masa lalu yang rata-rata kelam, seperti dunia hitam, keluarga broken home, kemiskinan, dan banyak lagi. Mereka juga berasal dari berbagai latar belakang etnis, agama yang beragam di Indonesia. Mereka cuma memiliki kesamaan satu: mencari kehidupan yang lebih baik, dengan meninggalkan kenangan buruk hidup masa lalu mereka, untuk ambisi meraih mimpi.

Adalah Koh Jul, pemimpin mereka yang memungut mereka untuk mengajak mereka bergabung di sekolah Selamat Pagi Indonesia, untuk mengembangkan bakat yang mereka punya di bidang seni, manajemen usaha, dan sebagainya, untuk bekal hidup lebih baik. Latar belakang kehidupan keras yang mereka jalani, membuat banyak terjadi konflik di antara anak muda ini ketika berkumpul bersama, kekerasan, bullying, mewarnai perjalanan pertemanan para anak muda ini, tentu, rawan membuat perpecahan organisasi. Yang paling suka adalah bagian yang bisa menjadi pelajaran dimana, langkah anak-anak muda ini nyaris terancam gagal meraih impian karena mereka masih belum berdamai dengan masa lalu mereka, yang sering kali menimbulkan bekas traumatis dalam langkah mereka selanjutnya dalam menjalani kehidupan.

Seperti kata psikolog, trauma itu harus dihadapi, bukan "Melarikan diri", tepat saat organisasi ini terancam bubar, dibawalah mereka oleh Koh Jul ke perjalanan yang manapak tilasi kehidupan masa lalu mereka, siapa mereka sebenarnya, siapa mereka dahulunya.Bukan untuk membuka luka lama, tetapi untuk menegaskan pada para anak muda ini, mereka tidak hanya mampu selamat dan menjadi "survivor" bagi hidup mereka  yang keras, tetapi mereka adalah "warior" , pejuang sejati bagi hidup mereka selanjutnya, untuk mencapai impian mereka. Lantas berhasilkah mereka meraih mimpi? 

Poin lagi yang saya suka dari pesan di film ini, digambarkan bagaimana para anak muda ini menyelesaikan konflik diantara mereka, mengingat bahwa di organisasi ini mereka bak saudara, karena saat ini, inilah keluarga yang mereka miliki, dan semangat untuk pantang menyerah untuk tetap berjuang sampai mimpi mereka tercapai. Satu persatu impian anak muda ini tercapai, karena akan selalu ada jalan bagi mereka yang tetap yakin dan percaya serta pantang menyerah.

Sungguh mengharukan. Namun sayang, "sedikit kekurangan" bagi saya adalah ada cukup banyak kata-kata makian kasar yang secara gamblang disajikan saat para anak muda ini berkonflik, buat beberapa orang mungkin bisa memaklumi, karena dari awal digambarkan bagaimana asal lingkungan anak-anak muda ini semula, namun, bagi beberapa orang, bisa saja hal tersebut dikhawatirkan jadi ditiru mengingat banyak juga anak remaja yang menonton film ini, namun tentu itu kembali ke pribadi masing-masing, namun bagi saya, dari tema film ini bisa menjadi penyegaran bagi siapapun penikmat film Indonesia, Sangat Inspiratif!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun