Mohon tunggu...
Novita Anggraini
Novita Anggraini Mohon Tunggu... Jurnalis - Tokoh Publik

Saya terlahir dengan berjuta mimpi,bagi saya menulis itu sebuah ketenangan yang mampu mengantarkan saya kemana saja untuk menggapai mimpi saya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Berselimut dalam Asa

29 Maret 2023   20:53 Diperbarui: 29 Maret 2023   20:59 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri : Novita Anggraini 

Aaah ... rasanya tidak wajar jika aku selalu memikirkan tentangmu Bagaskara! Kamu yang pernah menjadi bagian penting dalam perjalanan panjangku meskipun kini tinggal kepingan kenangan manis yang tersisa dalam ruang di hatiku.

Bagaskara bagaimana kabarmu sekarang? Aku merindukanmu tanpa kamu tau, aku disini selalu menanti kabarmu. Aku tak akan mungkin bisa membersamaimu dengan kondisiku yang sekarang semakin tak menentu, saat ini aku mencoba untuk mangasuh rasa.


Karena aku sangat tau, kamu adalah sosok lelaki yang selalu memperhatikan wanita dari parasnya dan aku tau kenapa kamu bisa jatuh hati, pada saat pertama kali kita bertemu. Aku ingat sekali, kata-katamu yang menghanyutkanku di malam itu "kamu manis, lesung pipimu sungguh menawan. "Sulit rasanya untuk aku melupakan semua tentangmu yang di kala itu sangat menggilaiku.


Andai saja waktu bisa berputar dan aku memilih untuk berhenti. Sampai detik ini tak akan lesap dalam ingatanku ikrar yang mengikat aku dan kamu saat kita menikmati secangkir teh hangat di teras rumahmu, sore itu. Harumi terpaku melihat foto Bagaskara di galeri handphonenya. Tepat hari ini tanggal 15 Februari 2020, aku dan kamu sudah lima tahun bersama, walaupun berakhir dengan menghilang tanpa kabar, sebercanda itu hubungan kita di mata kamu, kamu yang selalu aku banggakan, kamu yang selalu aku prioritaskan dan kamu yang mendewasakan aku karena rasa sakit ini.


 Tiba-tiba teriakan Ibu mengacaukan lamunan Harumi.
"Apa Buu?" Sahut Harumi.
"Ayolah! makan malam sudah waktunya Rumi, nantik asam lambung kamu kambuh sayang, besok kamu harus cek up kembali ke dokter ortopedi!" Seru Ibu kepada Harumi.


Sembari mendorong kursi roda ke arah Harumi. Ibu menatap wajah Harumi dan bertanya ada apa sayang? Apa yang kamu pikirkan?


Harumi hanya terdiam dan menggelengkan kepala.


"Rumi, Ibu sangat tau bagaimana perasaanmu saat ini! bukan hal yang mudah untuk sebuah penerimaan tapi kamu harus yakin bahwa apa yang saat ini kamu jalani adalah takdir terbaik dari sang pencipta untukmu sayang, Rumi anak yang kuat Ibu yakin kamu bisa melewatinya, Ibu akan selalu ada untukmu." tutur lirih wanita paruh baya itu sambil mengusap pipi Harumi.


Harumi meneteskan air mata lalu mengusapnya, perasaannya begitu pilu, bayang-bayang Bagaskara terus menghantuinya. Harumi tidak mampu lagi menahannya, tangisnya pecah. Ibu memeluk erat Harumi dan menenangkannya, Ibu sayang Rumi.


Rumi berkata "aku takut bu tidak ada lagi orang yang bisa menerimaku."


Sontak Ibu menjawab ada Ibu! Saat ini Rumi hanya butuh ketenangan biar waktu yang menjawab semua tanyamu karena Ibu tak pantas menjawabnya sekarang, hanya do'a yang mampu mengubah takdir, gantung asamu pada Tuhan dan jangan pernah menyalahkan keadaan.


Seketika Harumi terdiam dan kembali meratapi kedua kakinya. Ibu yang melihat Harumi tak tenang dan bergegas menyiapkan makan malam.
"Kamu makan ya, ini ibu sudah siapkan nasi goreng udang kesukaanmu." Ucap Ibu.


Harumi hanya menganggukan kepalanya.
Harumi menyantap nasi goreng itu hanya sesuap lalu memutar  Lagu Aku Tenang -- Fourtwnty.


Aku tau lagu ini dari kamu Bagaskara! Liriknya memantik semangatku saat aku sendiri, saat aku tidak punya siapa-siapa lagi dan kamu yang ada di saat itu. Kamu adalah pelindung rasa kekhawatiranku untuk melangkah lebih jauh. Tak lagi terfikir kejamnya dunia ini dan itu semua karenamu. Bahkan saat ini hanya imajinasi tentangmu yang bisa menenangkanku.


Harumi tak tahan lagi jika harus menyembunyikan rasa ini. Harumi mencoba kembali menghubungi Bagaskara, walau pada akhirnya Harumi tau hanya berlari-lari dalam harapan yang tak berujung. Ntah sudah berapa banyak panggilan masuk dan nyatanya benar Harumi lagi-lagi di abaikan. Bagaskara!

 Kamu tidak berubah sedikitpun, tidak pernah mengerti perasaanku yang tak kan pernah hilang, walau saat ini kamu memilih pergi. Namun aku sendiri tak bisa memungkiri tentang rasa ini yang terlanjur dalam mencintaimu sampai di ujung waktuku.


Jika pun kamu tidak bersamaku Bagaskara! Aku hanya ingin kamu tau kalau sudah satu tahun keadaanku tidak baik-baik saja. Aku hanya kamu bisa kembali menggengamku untuk menegarkanku karena sampai saat ini belum ada seseorang yang bisa menggantikan posisimu dalam hatiku.

 Harapku masih tentangmu walau itu hanya halusinasiku. Harumi mengirimkan pesan singkat kepada Bagaskara.


"Hai Bagaskara, happy anniversary walaupun kamu dan aku sudah tidak lagi bersama, tapi aku yakin kamu pasti ingat hari ini, karena kamu yang selalu bilang setiap tanggal 15 Februari kita harus membuat selebrasi agar hubungan kita tetap terjaga, yaa kan. Aku tau kamu sekarang sudah bahagia dengan pilihanmu, walaupun saat ini aku begitu hancur. Aku hanya ingin kamu tau kalau sekarang, aku sedang sakit dan tidak bisa berjalan lagi, aku tidak seperti dulu, aku bukan Harumi yang semanis kamu kenal, mungkin kamu tau kalau kondisiku sekarang seperti ini, makanya kamu semakin menjauh, semoga kamu bisa mengerti ketakutanku saat ini."


Harumi memberanikan diri untuk mengirim pesan itu di sertai foto kondisinya saat ini. Harumi tidak akan memaksa untuk Bagaskara merespon perasaannya. Harumi hanya tidak ingin di hantui oleh bayangan masa lalunya, sehingga bisa sedikit lebih tenang menjani hari walaupun perih. Tak lama ada pesan masuk dari nomor tidak di kenal.


"Ini aku, aku tau bagaimana keadaanmu sejak lama, tapi aku tidak bisa menghubungimu, aku selalu mencari tau tentangmu, tapi saat ini aku di dalam bui. Rasa aku ke kamu masih seperti yang dulu walaupun aku sudah terlanjur menyakiti dan menggeores luka di hatimu. Happy anniversary kekasih masa laluku." Harumi terisak  membaca pesan singkat itu. Aku tenang, Bagaskara!


Mulai sekarang hari demi hari aku siap menjalaninya, aku akan selalu mendo'akanmu, maafkan aku yang selalu merindu. Aku percaya bahwa mencintaimu bukanlah kesalahan.

 Mungkin kau dan aku tak bisa bersama namun biarlah kita menjadi kenangan yang tak sirna, aku bisa tersenyum melepaskanmu pergi walau tak segampang itu. Karena harapku untuk bersamamu hanya tentang waktu, kini biarlah aku berselimut dalam asaku dan aku percaya akan harap yang bergantung pada takdir terbaik sang pencipta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun