Menilik rupa yang menawan sambutan hati yang terus saja membanding-bandingkan. Wanita itu tak percaya diri,sisi buruk selalu menghantui,layaknya manusia tak ada yang sempurna namun masih saja tak terucap syukur. Rasa khawatir berkecambuk,aku gagal.
Terus saja meratap wanita itu enggan di kasihani,pelik melesapkan kesan di masa lalu. Wanita yang tangguh kini lumpuh. Tersisa satu harapan yang harus di pegang teguh "pesan ibu" .Â
"Hari ini mungkin kamu merasakan sakit yang sesungguhnya tetapi tidak untuk masa depan yang kamu inginkan,teruslah berikhtiar iringi dengan usaha dan panjatkan do'a"
Wanita itu menghela nafas,rasa yakin itu ada namun diselimuti keraguan yang kian menggebu."bagaimana nasibku,apakah ini takdirku?"
Banyak sekali ukiran usang wanita itu,seperti sedang menunggu waktu. Tak banyak yang mampu memahami bagaimana keadaan sesungguhnya,ia terus mengutarakan lewat literasi.
Menerai memulihkan kembali,sisa rasa ragu yang harus bangkit seperti dulu lagi. Tak ada yang tak mungkin,sedari hati yang menjadi penggerak untuk wanita itu bisa berpijak kembali.
Sang pencipta penentu dari rencana terbaik. (Semenjana)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H