Mohon tunggu...
Novi Touristiani Susan
Novi Touristiani Susan Mohon Tunggu... -

Wirausaha dibidang makanan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Alfamart dan Perubahan Pola Belanja Masyarakat Perkotaan

2 November 2011   12:58 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:08 490
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_146052" align="aligncenter" width="238" caption="(Logo Alfamart, Sumber?: megapolitan.kompas.com)"][/caption]

Karena kepuasan belanja bagi saya dan bagi banyak kawan yang lain, bukanlah dari banyaknya barang yang bisa dibeli. Menurut kami yang merupakan ibu-ibu rumah tangga pemegang kendali "perekonomian rumah tangga", kepuasan yang seperti itu adalah pemborosan.

Kepuasan yang saya inginkan adalah belanja sesuai dengan apa yang saya butuhkan, dengan kualitas seperti yang saya harapkan, dan dengan harga yang bersaing dengan produk serupa yang dijajakan oleh pihak lain.

Dan hal itu bisa saya dapatkan di Alfamart!.

Terulang lagi, kini kehadiran Alfamart kembali di polemikkan, karena dianggap mematikan keberadaan pasar tradisional.

Dari pengalaman saya selama ini, setiap ada perubahan dalam peta dunia belanja di perkotaan, selalu menempatkan pasar tradisional seolah-olah sebagai pihak yang terdzolimi. Menurut hemat saya, hal tersebut seharusnya tidak dipandang hanya dari sudut pandang seperti itu semata.

Jika kita terus menerus membela pasar tradisional, sementara pasar tradisional tidak diberdayakan secara maksimal, tidak diperbaiki, tidak diperbaharui, tidak diremajakan, maka hal itu justru akan "membunuh" pasar tradisional secara pelan-pelan. Sama seperti menjaga habis-habisan seorang bayi, tapi bayi tersebut tidak diberikan makanan dan minuman. Tunggu saja kematian bayi tersebut!.

Kehadiran pasar Modern yang merupakan perubahan penampilan pasar tradisional yang lebih tertata rapi, merupakan sebuah contoh bagaimana seharusnya sebuah pasar tradisional sebaiknya dikelola.

Daripada berteriak-teriak minta dikasihani, pengelola pasar modern melihat bahwa memang sudah waktunya pasar  becek merubah bentuknya. Terbukti, pasar modern kini mulai digandrungi oleh berbagai lapisan masyarakat.

Di era persaingan bebas seperti sekarang, konsumen ingin lebih leluasa dalam menentukan pilihannya.

Yang saya lihat, walaupun Hypermarket bertebaran di seantero kota, Toko Gudang Rabat juga masih banyak yang berdiri, ditambah beberapa Supermarket yang tetap ada, dan bertebarannya mini market di berbagai pelosok daerah, mereka semua tetap bisa hidup berdampingan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun