"Elok Nagari dek panghulu, elok tapian dek nan mudo, elok masajik dek tuanku, elok rumah dek bundo kanduang".
Pepatah ini mengandung makna, bahwa baiknya suatu negeri karena pemimpinnya, baik tepian karena pemuda dan pemudi yang tinggi budinya, begitupun masjid oleh Alim Ulamanya, dan baiknya suatu tatanan rumah tangga karena Ibu kandungnya".Â
Pepatah Orang Minang (Sumatera Barat)..
Apa jadinya jika suatu Negara tidak memiliki Bank Sentral?
Ternyata, dibelahan dunia sana ada lho,... Dua Negara yang tidak memiliki Bank Sentralnya yaitu : Negara Monaco dan Andorra.
Kedua Negara ini merupakan Negara kecil di Eropa yang memiliki luas wilayah kurang dari 1000 KM2 dan tidak memiliki mata uangnya sendiri. Negara Monaco dan Andorra menggunakan Euro sebagai alat tukarnya.
Walaupun kedua Negara ini tergolong maju dalam hal ekonomi. Namun disisi lain, Monaco dan Andorra kehilangan satu identitas penting sebagai Negara yaitu "Mata Uang". Â Warganya kehilangan sebagian wajah sebagai bangsa dan juga sebagian kedaulatan Negaranya. Nasib ekonomi mereka menjadi tergantung kepada mata uang yang digunakannya.
Keberadaan Bank Sentral di Suatu Negara
Sejatinya, keberadaan Bank Sentral di suatu Negara sangat penting. Karena keberadaannya pada umumnya adalah bertanggung jawab atas kebijakan moneter di wilayah Negara tersebut dan sebagai sirkulasi dari mata uang.
Bank Sentral akan berusaha untuk selalu menjaga stabilitas nilai mata uang, stabilitas sektor perbankan dan sistem finasial secara keseluruhan.
Di Indonesia, fungsi Bank Sentral diselenggarakan oleh Bank Indonesia dengan satu tujuan utama (single objective) adalah untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai Rupiah.
Dalam memelihara kestabilan nilai Rupiah ini, Bank Indonesia akan menjaga dua aspek penting yaitu kestabilan terhadap barang dan jasa yang digambarkan dalam tingkat inflasi (stabilitas harga barang akan menentukan apakah nilai dari Rupiah terhadap barang dan jasa meningkat atau menurun dari waktu ke waktu) dan kestabilan nilai tukar terhadap mata uang Negara lain.
Sejak diresmikannya Bank Indonesia sebagai Bank Sentral di Republik Indonesia pada tahun 1953, sampai dengan sekarang Bank Indonesia telah memiliki 46 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Dalam Negeri dan Lima Kantor Perwakilan Luar Negeri (Tokyo-Jepang, Singapura, London-Inggris, New York-Amerika Serikat dan Beijing- China) serta memiliki 1 Kantor Pusat di Jakarta.
Â
Â
Harapan Baru Untuk Indonesia
Â
Saat ini (2018-sekarang), Bapak Perry Warjiyo menjadi Gubernur Bank Indonesia yang ke-16.
Menurut Bapak Darmin Nasution yang pernah menjadi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian dan pernah juga menjadi Gubernur  Bank Indonesia, "Figur Bapak Perry Warjiyo merupakan sosok yang sangat tepat menjadi Gubernur Bank Indonesia, karena beliau memiliki latar belakang yang kuat dalam bidang ekonomi moneter, tentunya sangat memahami seluk beluk ekonomi dan kebijkaan moneter, isu-isu internasional, transformasi organisasi dan strategi kebijakan moneter, dan perdagangan elektronik e-commerrce, maka tentu ini menjadi harapan baru bagi Indonesia untuk mengatasi berbagai permasalahan ekonomi di negeri ini".
Â
BI Peka Terhadap PerubahanÂ
Berbagai penghargaan dan keberhasilan yang diperoleh Bank Indonesia tentunya memberikan harapan positif kebangkitan perekonomian Indonesia. Namun tahun ini juga merupakan tahun yang penuh tantangan bagi Bank Indonesia dalam menjalankan fungsinya yang strategis dalam otoritas moneter, yaitu: adanya perubahan lanskap ekonomi global yang tumbuh tidak merata dan penuh ketidakpastian dan normalisasi moneter serta perkembangan ekonomi dan keuangan digital.
Di samping itu, tantangan yang berasal dari internal Bank Indonesia juga tengah disikapi dengan bijak seperti : pengelolaan SDM, desain organisasi untuk mendukung strategi, proses bisnis efisien dan aligned dan infrastruktur sistem informasi yang resilien dan mengadopsi teknologi terkini.
Untuk itu, Bank Indonesia melakukan perubahan yang menyeluruh dengan mengubah arah strategis Bank Indonesia agar dapat mengatasi berbagai tantangan yang dihadapi baik internal maupun eksternal.
Perubahan Visi dan Misi ini merupakan dasar yang sangat penting atau menjadi kunci utama dalam menjalankan semua kegiatan program kerja di Bank Indonesia.
Semua proses transformasi memerlukan visi dan misi tentang masa depan, visi dan misi bukanlah mimpi. Mimpi merupakan bunga tidur, yang ketika terbagun semua menjadi fatamorgana. Realitas tetap tak berubah. Visi dan Misi berkebalikan dari mimpi, ia merupakan bayangan konfigurasi masa depan yang dibayangkan akan terjadi. Suatu gambaran riil dari tujuan yang hendak dicapai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H