Apakah anda mengetahui ikan guppy???
Kalau anda belum mengetahuinya, maka anda tidak sendiri.
Saya pun juga baru mengetahuinya, ketika menemani anak-anak saat menonton televisi di rumah.
Serial televisi itu bernama "Bubble Guppies" yang ditayangkan oleh stasiun TV Nick Jr (bukan bermaksud promosi ya..., serial ini diputar setiap pagi harinya pada pukul 09.00 wib).
Bubble Guppies yang diproduksi oleh Nicklodeon dan dibuat oleh Jonny Belt dan Robert Scull ini bercerita tentang pertualangan sekelompok anak-anak prasekolah di bawah laut yang bernama Molly, Gil, Goby, Deema, Oona, Nonny dan Zooli.
Awalnya serial ini ditayangkan di televisi anak-anak Kanada dan Amerika. Dan saat ini, serial tersebut juga dapat dinikmati oleh negara-negara lain, termasuk Indonesia.
Bagi anak-anak, serial ini pastinya sangat menarik, karena memadukan antara kombinasi sketsa, edutainment, dan gendre music yang apik.
Saya yakin, mungkin anak-anak Anda yang berusia kurang dari sepuluh tahun juga suka dengan serial yang menggambarkan tingkah polah lucu dari ikan yang super menggemaskan ini.
Tapi, bukan serial TV ini yang mau saya share kepada Anda!!!
Saya sebenarnya mau bercerita mengenai pengalaman saya dalam memanfaatkan waktu luang, karena adanya kebijakan pemerintah WFH (work from home), akibat semakin mewabahnya virus corona di Indonesia.
Eh, mana tau...., kegiatan yang semula diawali dengan iseng-iseng mengisi waktu luang ini, nantinya bisa menjadi bekal saya saat pensiun kali ya...
Terlebih dahulu perkenalkan, nama saya Novis Fouriandi, saya bekerja di Bank Indonesia sudah lebih dari 15 tahun.
Saat ini, saya ditempatkan di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Barat pada bagian Satuan Layanan dan Administrasi atau yang disingkat dengan SLA.
SLA itu gampangnya, kalau di kantor pemerintahan nich, merupakan bagian umumnya, yaitu bagian yang ngurusin semuanya, baik kelogistikan, kecukupan SDM pegawai, keprotokolan dan keamanan orang yang ada didalamnya maupun gedung kantor serta rumah dinas.
Kerjanya komplit buanget, deh...
Salah satunya, nich...!!!
Kebayang ngak sich, ketika lagi enak-enaknya tidur pada malam hari.
Tiba-tiba dibangunin oleh suara telepon yang kali ini bunyinya terdengar agak sumbang dari biasanya...
Dan dari balik gagang telephone terdengar suara yang memilukan dari seorang warga komplek yang sudah tidak asing lagi didengar.
"Bang, tolong donk, lampu di rumah mati nich, anak-anak pada bangun semua kepanasan, karena AC-nya nggak nyala. Kayaknya ada pohon yang tumbang, menimpa kabel listrik, dech bang. Abang bisa kesini kan ya?"Â
(Nah.., kalo kayak gini curhat nggak sich?)
Tapi, saya bangga lho bisa bekerja di Bank Indonesia dan ditempatkan pada bagian ini, karena menurut saya pekerjaannya sungguh mulia. Pekerjaan yang selalu membantu semua orang dan unit kerja lain (supporting) untuk mencapai prestasi kinerja yang ditargetkan oleh institusi.
Di samping itu,..
Alhamdulillah yaaa,...semenjak saya bergabung di SLA ini, saya merasakan menjadi lebih kreatif.
Salah satu bentuk kreatifitas yang dapat saya lakukan dalam memanfaatkan waktu luang di masa WFH saat ini adalah dengan mempelajari bagaimana membudidayakan ikan guppy di rumah.
Hal ini merupakan bentuk keisengan yang berawal dari ikutan menonton tayangan TV kesukaan anak-anak Bubble Guppies di televisi, yang membuat saya-pun menjadi keseringan ikut menonton dan mencari tau dengan cara mengooggling, apa itu ikan guppy.
Ternyata, ikan guppy adalah sejenis ikan air tawar yang berasal dari Amerika Selatan. Ikan ini berukuran sangat kecil, yang kira-kira ukurannya sepanjang 2,5-6 cm.
Meskipun mempunyai ukuran badan yang kecil, namun bentuk tubuhnya sangat indah dan menarik, serta memiliki pola dan warna ekor yang variatif. Oleh karena itu, ikan guppy ini sering menjadi incaran para kolektor ikan hias.
Harga ikan guppy-pun juga bervariasi mulai dari ribuan sampai dengan ratusan ribu Rupiah per ekor, tergantung jenisnya.
Saat ini, sudah ada sebanyak 56 jenis ikan guppy yang dikembang-biakan di seluruh dunia. Dan jenis ikan guppy young pair champion purple adalah jenis ikan guppy termahal di dunia, yang dihargai hingga Rp1 juta Rupiah per ekor.
Tingginya nilai tawar ikan guppy di pasaran, membuat para petani ikan di seluruh dunia berlomba-lomba untuk membudidayakan ikan hias ini, termasuk di Indonesia.
Berdasarkan informasi melalui media elektronik kompas.com pada tanggal 21 Juni 2019, saat ini sudah tercatat lebih dari 50 komunitas pencinta, penghobi dan pembudi daya ikan guppy dari 34 provinsi di seluruh Indonesia yang tergabung kedalam Indonesian Guppy Popularized Association (IGFA). Menurut Sahlan Rosyidi, Ketua IGFA, "dari keseluruhan provinsi, kemampuan skala produksi ikan guppy telah mencapai 110 ribu pasangan per 6 bulan. Sehingga nilai ekonomi nasional yang dapat disumbang dari penjualan ikan guppy dengan harga jual pasar dunia 100 dollar AS mencapai Rp162 Milyar selama enam bulan".
Wow..., nilai yang cukup fantastis bukan..., apalagi ditengah perekonomian dunia yang melambat beberapa tahun terakhir.
Untuk itu, saya akhirnya juga ikut nimbrung meramaikan pembudidayakan ikan guppy ini.
(hehehe..., semoga aja berhasil, mohon dibantu  dengan do'anya ya...)
Dan sekarang saya baru memiliki 1 jenis ikan guppy, yaitu ikan guppy Red Blonde dengan ciri-ciri; ekornya berwarna kemerahan dan tubuh berwarna lebih putih. Saya memilih jenis ini, karena paling banyak ditemukan di Indonesia, khususnya di daerah saya Kota Padang - Sumatera Barat. Di samping itu, harga jual ikan ini cukup bersaing dan menguntungkan dibandingkan dengan ikan hias lainnya. Untuk pemeliharaan dan pembudidayaan ikan ini tidak terlalu rumit, gampang, dan tidak membutuhkan lahan luas. Dan banyaknya pakan yang tersedia di alam menjadikan budidaya ikan guppy ini bisa menjadi usaha alternatif, terutama di masa pandemic covid-19.
Media yang saya gunakan dalam pembudidayaan ikan ini, hanya menggunakan jerigen bekas ukuran volume 10 liter, yang kemudian saya belah pada bagian tengahnya.
Setelah itu, semua media pembudidayaannya-pun saya tempatkan di pojok dapur rumah. Sehingga, tidak terlalu mengganggu semua aktivitas yang ada di dalam rumah.
Sangat sederhana khan!?!
Makanya saya menyarankan teman-teman mengikuti langkah saya agar mau membudidayakan ikan guppy ini. Dan mana tau kedepannya, saking banyaknya permintaan masyarakat terhadap ikan guppy di Indonesia, ikan hias jadi masuk kedalam basket perhitungan inflasi (mana tahu...hehehe).
Ayo,..tingkatkan kreatifitas-mu di waktu luang-mu!!!.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H