Mohon tunggu...
Novi Saptina
Novi Saptina Mohon Tunggu... Guru - Guru berprestasi di bidang bahasa dan menaruh perhatian pada kajian sosial dan budaya

Penulis adalah guru. Dalam bidang seni, dia juga menulis skenario drama musikal dan anggota paduan suara. Penulis juga sebagai pengurus lingkungan sekolah. Pada jurnalistik, penulis adalah alumni Akademi Pers dan Wartawan dan turut berpartisipasi sebagai kolumnis koran hingga saat ini

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Aktivitas Idul Fitri

14 Juni 2018   21:14 Diperbarui: 14 Juni 2018   22:12 1029
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berkumpul bersama keluarga

Idul Fitri secara Umum diartikan sebagai suatu hari raya umat muslim untuk merayakan kemenangan setelah selama sebulan penuh menunaikan ibadah puasa, yaitu menahan makan dan minum dari terbitnya fajar hingga terbenam matahari. Selain menahan makan dan minum, juga diharuskan menahan perbuatan-perbuatan yang melanggar norma. Bahkan, perilaku yang buruk tidak diperbolehkan selama sebulan berpuasa, seperti berbohong, mengingkari janji, atau berkata menyakitkan.

 Semua itu jika berhasil dilaksanakan, Allah akan menggantikan dengan pahala yang berlipat-lipat. Bisa berlipat 10 atau bahkan sampai 700 kali lipat, semua atas kehendak Allah, karena Allah Maha Mengetahui manusia ciptaannya itu sampai seniat-niatnya dalam hati manusia tersebut.

Rekam jejak selama satu bulan itu, Allah juga menghadiahi "Lailatul Qadar " kepada hamba-Nya yang dikehendakinya, yaitu satu malam penghargaan yang pahalanya setara dengan pahala Seribu Bulan. Begitulah Maha Besarnya Allah (Akbar) serta kasih dan sayangnya (Rahman dan Rahim) nya Allah, sehingga apa saja Allah berikan kepada hambanya yang baik.

 Idul Fitri adalah kemenangan memperingati itu semua. Selain itu, ada yang mengartikan Idul Fitri adalah kembali kepada kesucian (fitrah). Fitrah manusia adalah hanif, yaitu manusia yang suci. Dimaksudkan, setelah berpuasa sebulan penuh dengan serangkaian persyaratan dari Allah, tentunya manusia menjadi suci atau menjadi manusia yang hanif (baik) maka itulah yang dimaksudkan kembali menjadi suci. Kadar kesuciannya, Allah yang bisa mengukur, namun semua itu manusia sudah berusaha, dalam puasanya selama sebulan penuh itu.

  Setelah arti kata menjadi suci, lalu apa yang akan diperbuat manusia, hamba Allah yang sudah menjalankan puasa selama sebulan tersebut? Ibaratnya memang seperti sang begawan yang baru turun dari gunung persamadinya. Dia sudah meningkat ilmunya dan tidak mau menurun lagi ilmunya. 

Maka sang begawan tidak mau melakukan dosa lagi, ingin selalu bersih agar peningkatan ilmu dikdayanya tidak "badar" (hilang). Seorang begawan bila bersamadi untuk meningkatkan ilmu dikdayanya maka dipesan oleh gurunya bahwa ilmunya sudah meningkat, namun ada syaratnya bila berbuat sesuatu yang melanggar aturan maka "badar" lah dikdayanya atau hilang sudah ilmunya. Begitu juga hamba yang berpuasa sebulan penuh, bila kembali berbuat seperti hari sebelumnya, maka ia ya akan menjadi manusia seperti sebelum lagi. Namun bila bisa menjaganya, hamba itu sudah meningkat taqwanya selama sebulan berpuasa.

Untuk menjaga hal itu, para hamba itu harus menjadi pemaaf, memaafkan siapa saja dan juga meminta maaf apabila ada kesalahan, sehingga dengan demikian terjagalah kesuciannya. Bertakbir sejak awal penghabisan bulan ramadhan, mengagungkan nama Allah. "Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar."

Lalu salat Idul Fitri, berkumpul dengan masyarakat di lapangan, tua-muda, kaya-miskin, semua sama dihadapan Allah. Memakai mukena, sarung ,dan peci, tidak ada bedanya. Semua bergembira. Puasa sudah usai, sudah meraih kemenangannya.

Dalam salat Idul Fitri yang dilaksanakan di waktu pagi, disunnahkan untuk makan dulu karena sudah tidak puasa lagi. Semuanya harus terlihat bersih, baju juga harus bersih, tidak perlu baru tetapi bersih. Memakai wangi-wangian, dan berjalan ke lapangan berangkat dan pulang dengan jalan yang berbeda agar bertemu lebih banyak orang dan saling tersenyum menebarkan salam.

Di rumah, dipentingkan untuk mengadakan upacara kecil saling bermaaf-maafan. Sambil makan  lontong opor, sang ayah atau ibu bisa memberi pernyataan bahwa  hari ini puasa telah usai, Allah telah mengizinkan menjalani puasa hingga akhir. Kalau Allah tidak menghendaki, itu gampang saja bagi Allah. Namun Allah masih memberi kesempatan menyelesaikan puasa dan melihat sinar matahari Idul  Fitri 1 Syawal. 

Semua harus disyukuri, berterimakasih pada Allah, dan mempertahankan semua kebaikan yang telah diperoleh selama berpuasa, dan meningkatkannya di bulan Syawal. Bulan syawal adalah bulan peningkatan, hingga akhirnya bisa menjadi hamba yang bertaqwa dimanapun berada. Dan meningkat terus hingga hari yang datang selalu lebih baik dari hari yang berlalu.

 Dra. Novi Saptina

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun