Sudah diketahui khalayak bahwa bulan Ramadhan atau yang disebut banyak orang sebagai bulan Puasa adalah bulan Istimewa, penuh berkah, dan banyak lagi sebutan lainnya. Tentunya sesuai dengan sebutannya yang istimewa itu didapatkannya juga tidak gampang atau tidak mudah, namun perjuangannya penuh dengan cucuran air mata. "Wong pahalanya banyak sekali", kata orang jawa saking tidak bisa menggambarkan dengan kata-kata.
Sesuatu yang tidak bisa digambarkan dengan kata-kata pasti tidak bisa dicapai sambil tidur-tiduran, duduk santai, gampang jalannya. Hal itu tentu tidak masuk akal, duduk santai lalu ada lailatul qadar datang. Harus diupayakan dengan sungguh --sungguh.
Saking sungguh-sungguh banyak orang yang ingin tujuan target puasa yang maksimal tercapai. Khusuk dan khikmat manjalankannya. Namun negara Indonesia itu sudah terbiasa bertenggang rasa dan saling menghormati sejak dahulu, sehingga saling menghormati sesama agama  juga berlaku di Indonesia. Para wali mengajarkan untuk menghormati sesama dengan sangat damai sekali.
Bagi yang tidak berpuasa untuk menghormati yang berpuasa dengan tidak membuat yang berpuasa itu teraduk emosinya karena sedang menjalankan puasa. Tidak mengejek orang berpuasa dengan tingkah laku yang menusuk mata, misalnya makan di depan orang yang sedang berpuasa, memakai pakaian yang tidak sopan, atau berkata-kata yang tidak baik.
Namun agama juga memaklumi hati orang yang berpuasa. Bila orang yang berpuasa itu menghadapi godaan itu semua dan tidak bisa mengatasinya, disarankan untuk berkata "ini shaimun" yang artinya "saya sedang berpuasa". Diharapkan dengan kata-kata itu, para penggodanya akan malu terhadap kelakuannya yang telah menusuk mata orang yang berpuasa dan sudah mengganggu orang yang berpuasa itu.
Bila ditilik dari itu semua adalah tenggang rasa, Â dari yang berpuasa juga tenggang rasa, dari pengganggunya, Â dari yang tidak berpuasa juga tenggang rasa menghadapi orang yang berpuasa.
Dari sini muncullah persoalan, bagaimana tentang warung yang buka pada saat bulan puasa seperti ini. Warung yang mestinya menebarkan bau wangi masakan, juga terlihat orang-orang yang tidak berpuasa sedang makan di warung itu. Tentu saja bila orang yang sedang berpuasa akan terganggu dengan ini semua. Bisa-bisa juga orang itu bisa membatalkan puasanya karena tergoda dan ikut makan di warung itu.
Warung ini bila dilihat dari pekerjaanya, tidaklah salah dan tidak ada kesengajaan dia membuka warungnya karena itu memang pekerjaannya. Bahkan, ia juga bisa membantu orang yang bukan muslim yang memang tidak diwajibkan puasa, sehingga ia membutuhkan makanan untuk dikonsumsinya.
Ada warung yang menghormati bulan puasa dengan mengambil jalan tengah yaitu membuka warungnya dengan hanya setengah saja. Jadi warung itu memberi tanda bahwa dia masih melayani pembeli namun tidak menyolok mata. Sehingga tidak terlalu menusuk perasaan orang yang sedang berpuasa.
Namun ada yang berpendapat bahwa, mau dibuka separo atau tidak , kalau orang itu mau puasa ya puasa, kalau mau tidak meneruskan puasanya ya makan, artinya bila orang itu mentalnya kuat, niatnya sungguh-sungguh maka dia akan tetap berpuasa sampai batas waktu yang ditentukan.
Meraih Kemenangan Bersama
Tuhan Allah berpikirnya tentu tidaklah seperti yang diciptakan yaitu manusia. Allah pasti rencananya spektakuler. Di bulan istimewa ini pasti Allah memberikan Kemenangan, bukan saja bagi yang berpuasa tapi bagi semuanya. Allah Maha Pengasih dan Penyayang bagi semua yang diciptakan. Bagi yang berpuasa Allah memberikan Kemenangan dari godaan yang ada disekitarnya.
Allah juga akan membantu bagi hambanya yang sungguh-sungguh mengatasi godaanya. Entah dengan cara Allah tidak memperlihatkannya atau Allah mengganti dengan acara yang lebih asyik, sehingga bisa melupakan godaan itu. Itu semua mudah bagi Allah. "Wong menciptakan manusia saja mudah, apalagi membolak --balikkan hatinya. Ya tentu lebih mudah lagi", kata orang jawa lagi dengan kata yang medok.
Orang berpuasa tidak usah menghawatirkan semua. Allah besertanya untuk mendampingi dengan kesungguhannya. Tidak usah memarahi orang makan ketika kita sedang berpuasa. Tidak usah memarahi orang tidur ketika kita bangun malam mendirikan shalat malam, semua sudah ada reward-nya sendiri-sendiri. Anggap saja semua itu rintangan. Bila bisa melewati rintangan, kita akan puas dan kemenangan besar sudah kita raih.
Bagi yang mempunyai warung, Allah juga akan memberikan kemenangan bagi yang menghormati orang yang berpuasa. Allah tentu akan memberikan rezekinya karena ia menghormati bulan Allah itu, entah bagaimana caranya.
Dengan buka sore hari akan lebih banyak yang membeli karena kebutuhan berbuka. Atau mendapatkan order yang banyak dengan pesanan berbuka puasa dan lain-lain. Allah Maha Kaya. Tidak diperbolehkan hambanya khawatir tidak diberi rezeki.
Bila semua itu terjadi dan memasyarakat, alangkah uniknya Indonesia pada saat puasa. Tenang dan damai yang tumbuh dari hatinya sendiri-sendiri. Khas sekali Indonesia waktu bulan Puasa. Semua meraih Kemenangan, baik yang berpuasa maupun tidak. Indonesia menjadi contoh surga di dunia. Aman, tentram, dan damai. Barangkali itulah contoh negeri yang ditaburi berkah, yang banyak dikenal dengan kata-kata Negeri yang Baldatun Thoyyibatun Wa Robbun Ghafur
Dra. Novi Saptina
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI