Mohon tunggu...
Novi Saptina
Novi Saptina Mohon Tunggu... Guru - Guru berprestasi di bidang bahasa dan menaruh perhatian pada kajian sosial dan budaya

Penulis adalah guru. Dalam bidang seni, dia juga menulis skenario drama musikal dan anggota paduan suara. Penulis juga sebagai pengurus lingkungan sekolah. Pada jurnalistik, penulis adalah alumni Akademi Pers dan Wartawan dan turut berpartisipasi sebagai kolumnis koran hingga saat ini

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kebhinnekaan Indonesiaku

1 Juni 2017   10:33 Diperbarui: 1 Juni 2017   10:44 683
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak-anak melukiskan kebhinnekaan Indonesia

Memang  kedatangan penjajah inilah yang mengubah sejarah Indonesia hingga saat ini. Kenyataan pahit penjajahan harus kita terima sebagai pelajaran yang harus dicari segi positifnya agar bangsa kita menjadi bangsa yang kuat tidak terpuruk dan tetap tegak dan berbudaya tinggi dimata bangsa lain.

Dan dengan perjuangan para pendahulu kita, para pahlawan yang akhirnya bisa mengusir penjajah dari muka bumi Indonesia dan merdeka tanggal 17 Agustus 1945. Dan selanjutnya, semua unsur dan elemen pemuda Jong Java artinya Pemuda Jawa, Jong Sumatra, Jong Ambon, Jong Celebes, dan semuanya mengikrarkan Sumpah Pemuda yang berbunyi:

Kami, putra-putri Indonesia mengaku

  1. Bertanah air satu, tanah air Indonesia
  2. Berbangsa satu , bangsa Indonesia
  3. Berbahasa satu , bahasa Indonesia

Nah, perbedaan dalam kemajemukan Indonesia yang bermacam-macam dari unsur yang ada sudah terselesaikan dengan sumpah pemuda itu.

Jadi, cara merawat keberagaman yang ada di Indonesia adalah dari teladan sejarah pemuda itu, yaitu mendahulukan kepentingan Indonesia daripada kepentingan kelompok. Mengikatkan diri dalam persatuan tanah air Indonesia, juga berbahasa Indonesia sebagai pengikat dari unsur daerah yang bermacam-macam. Juga tak kalah pentingnya seperti  dalam berteman itu tadi saling menghargai sesama, tidak memaksakan kehendak, bermusyawarah, menghargai kepentingan umum daripada kepentingan pribadi atau kelompok.

Maka dengan begitu seperti kenyataan sejarah, membuktikan persatuan keberagaman terjadi dengan damai.

Sekarang semua harus menyadari bahwa kemerdekaan didapat dengan susah oleh para pendahulu bagsa. Bila sekarang persatuan dirusak oleh anak bangsanya sendiri, sungguh anak bangsa itu tidak layak menjadi keturunan para pahlawan agung.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun