Mohon tunggu...
Novi Saptina
Novi Saptina Mohon Tunggu... Guru - Guru berprestasi di bidang bahasa dan menaruh perhatian pada kajian sosial dan budaya

Penulis adalah guru. Dalam bidang seni, dia juga menulis skenario drama musikal dan anggota paduan suara. Penulis juga sebagai pengurus lingkungan sekolah. Pada jurnalistik, penulis adalah alumni Akademi Pers dan Wartawan dan turut berpartisipasi sebagai kolumnis koran hingga saat ini

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Gerakan Mengantar Anak Hari Pertama Masuk Sekolah

10 Juli 2016   16:47 Diperbarui: 10 Juli 2016   16:54 590
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari pertama sekolah, menjadi masa yang tidak dapat dilupakan, baik oleh anak ataupun orang tua nya. Banyak cerita orang tua mengenai kesuksesan anak dengan kata "Ah anakku melihat kau sekarang menjadi orang seperti ini, ibu ingat ketika mengantarmu ke sekolah pertama kali.... Alhamdulillah kau sekarang sudah sukses nak...", begitulah yang sering diucapkan para orang tua yang mengomentari sukses anaknya.

Rupanya memang kuat sekali kenangan orang tua yang  mengantar anaknya di hari pertama sekolah. Begitu juga ketika anak sudah sukses dan biasanya makin tinggi suksesnya yang teringat adalah sekolah dasarnya. Biasanya mereka mengadakan reuni SD (Sekolah Dasar) tempat sejuta kenangan masa kecilnya. Biasanya pula mereka saling berbagi cerita "aku ingat dulu ketika pertama kali masuk sekolah ini diantar ayah dan ibuku."

Maka, Gerakan Mengantar Anak Hari Pertama Sekolah sangat perlu untuk disambut baik karena, menurut saya, gerakan ini adalah awal dari kehidupan sebuah keluarga.

Awal Yang Baik

Tidak dapat dipungkiri awal yang baik itu tidak serta-merta tercipta instan begitu saja. Sepasang insan yang menikah memulai hidup baru lalu meneruskan keturunan dengan mempunyai anak, kemudian membesarkannya dan kini memulainya dengan anaknya yang akan bersekolah dan kini pula akan diantarkannya pada hari pertama sekolah, adalah benar sebuah perjalanan baru yang nantinya anak akan menjadi siswa pandai, berbakat, dan penuh talenta; namun juga menikmati masa anak-anaknya dengan baik. Dan kelak pula mempunyai masa depan yang baik, bertakwa dan tangguh.

Tentulah semua itu tidak semudah membalikkan tangan. Perlu proses dan pengorbanan panjang untuk meraihnya dan dalam meraih sukses dunia akhirat itu apakah bisa dicapai dengan santai? Tentulah jawabannya tidak. Gerakan Mengantar Anak Di Hari Pertama Sekolah , adalah gebrakan penuh makna dari pemerintah di bidang pendidikan untuk menciptakan generasi paling diidamkan secara serentak.

Dari sinilah orang tua sudah mulai melepas semua egonya untuk rela melebur diri merajut dan menenun benang untuk anaknya.Yang terutama adalah Siswa yang masuk dan memulai di Sekolah Dasar.

Tempat Nyaman

Apakah di sekolah akan sama nyamannya dengan dirumah? Pernah pernyataan itu keluar dari seorang siswa kecil yang menyatakan bahwa di rumah lebih enak daripada di sekolah. Ketika ditanya kenapa, dia tidak bisa menjawab. Namun setelah dengan segala bentuk komunikasi dikerahkan akhirnya dia bisa menyatakan bahwa siswa kecil ini khawatir dengan segala sesuatu yang ditinggalkan di rumah, bagaimana dia harus ke kamar kecil yang bukan kamar mandi di rumah, bagaimana dia harus berada di sekolah dalam waktu yang lama, dan lain-lain, yang semua itu memang sebuah kewajaran bahwa seorang siswa kecil mempertahankan diri. Maka, perlulah memang calon siswa kecil ini diberi bekal bagaimana membawa diri dalam usia dan masa sekolah itu. Tentu saja dengan bahasa yang indah dan optimis serta membahagiakan.

Proses

Ketika buah hati sudah mulai bersekolah di TK (Taman Kanak-kanak), entah Ayah atau Ibu, mulai mulai mengenalkan kelak nanti dia akan seperti kakak sepupunya yaitu atau saudaranya yang lain yang bisa dicontohkan yaitu Sekolah SD.

“Sekolah ini adalah sekolah yang akan membuatmu jadi besar, cantik atau ganteng”, begitu ibu itu memperkenalkan dengan visual imajinasi dan contoh dari saudaranya. “Seperti Mbak Tia, nanti kau juga akan sebesar itu”, begitu lanjut ibunya.

"Kau akan senang, karena umurmu tambah, pengalamanmu akan tambah. Kau juga menjadi bintang, misalnya kau pentas piano di sekolahmu. Nanti tersenyumlah selalu pada guru dan teman-teman. Tidak ada yang perlu di khawatirkan. Begitulah sedikit demi sedikit situasi di SD diperkenalkan dengan bahasa anak yang riang penuh optimisme. Dengan begitu, anak tidak akan kaget dengan situasi yang baru.

Dan yang paling penting adalah, cara memberikan pengertian itu dengan cara yang baik dan tidak menyinggung perasaannya dan bersifat men-support-nya. Memang tidak mudah memikirkan kata-kata untuk tujuan ini, perlu perencanaan matang. Tapi nanti kita berfikir ke depan yaitu produk anak yang wkan menjadi penerus kita itu. Yang utama adalah perasaan bahagia maka akan bersinergi kepada anak yang pada hari pertama  sekolah.

Gerakan mengantar anak di hari pertama sekolah adalah memberi kenangan indah dalam memori kebahagiaan.

Hari Pertama harus Oke

Sebenarnya dua belah fihak baik itu sekolah ataupun orang tua sudah banyak persiapan mengawali saat bersejarah ini (first moment action). Pihak sekolah sendiri sudah ditata dengan komitmen bahwa hari pertama sekolah harus oke. Hal ini akan menjadi sugesti besar bahwa saat inilah awal dari sebuah masa membahagiakan bagi semua. Menyambut ilmu pengetahuan dengan bahagia Ilmu itu indah, seindah dunia yang dikuak dalam ilmu pengetahuan dengan alam ciptaan Allah Yang Maha Mengetahui. Maka, bukan saja siswa kecil yang bahagia, semua siswa pengabdi Ilmu bahagia dengan hari Pertamanya yang ditapaki. Selamat memasuki kelas baru, selamat menjadi ilmuwan hakiki.

Dra. Novi Saptina

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun