Mohon tunggu...
Novi Saptina
Novi Saptina Mohon Tunggu... Guru - Guru berprestasi di bidang bahasa dan menaruh perhatian pada kajian sosial dan budaya

Penulis adalah guru. Dalam bidang seni, dia juga menulis skenario drama musikal dan anggota paduan suara. Penulis juga sebagai pengurus lingkungan sekolah. Pada jurnalistik, penulis adalah alumni Akademi Pers dan Wartawan dan turut berpartisipasi sebagai kolumnis koran hingga saat ini

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

2 Jam Bersama Tokoh The Indonesian Keroncong Center (IKC) di Solo

12 Juni 2016   20:24 Diperbarui: 12 Juni 2016   20:36 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

3. drg. Moh Tejowongso, Drg lulusan Jerman dan Universitas Indonesia

4. Moh. Akbar Nurpatria, bergerak di bidang agama dan Ekonomi Syariah

5. dr. Nugraheni Irda, DsPD, M. Kes, bergerak di bidang Kedokteran Penyakit Dalam

“Syukur Alhamdulillah, pada Allah yang sudah memberikan penerus saya.” begitu katanya ketika ditanya perasaannya disela-sela makan bersama usai wisuda di suatu rumah makan yang sudah tidak asing lagi di tengah kota Solo.

Dr. Sotomo dan istri menerima ucapan selamat dari tamu-tamu dengan senyum cerah dan ketulusan serta bahagia yang terpancar di wajahnya.

Makam Orang Tua

Ternyata acara terakhir adalah terpusat di makam orang tua. Suatu yang mengagetkan namun membuat orang harus menyadarinya yaitu harus belajar dari peristiwa ini, bagaimana manusia harus mengingat asal–usulnya. Manusia diciptakan Tuhannya melalui orang tuanya yang membesarkan dengan susah payah.

Dokter ini beserta istri mengajak semua anaknya untuk mengenang ini semua dengan menutup acara berkunjung ke makam orang tuanya di Pajang, Solo. Makam dari Eyang dr. Nugraheni Irda dan drg. Mohammad Tejowongso.

Semuanya bersimpuh di makam orang tuanya, meskipun masih memakai pakaian wisuda, harus tetap bersimpuh untuk orang yang menghadirkannya ke muka bumi dan mengantarkan sukses pada kariernya yaitu eyangnya.

Ajaran dan tauladan yang haru dipelajari manusia sekarang agar tidak terlambat sebuah generasi memaknai secara mendarah mendaging (internalized) bahwa setinggi apapun kesuksesan harus kembali bersimpuh menghargai jasa orang tua yang menghadirkan ke bumi.

Kelak anak-anaknya akan menularkan kembali tauladan ini pada anak-anaknya lagi sebagaimana sekarang orang tua mereka memberikan tauladan padanya saat ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun