Kau mainkan untukku....
Sebuah lagu tentang negri di awan
Dimana kedamaian menjadi istananya
Yang kini kau bawa daku pergi menuju kesana...
(Negeri Di Atas Awan, oleh Katon Bagaskara)
Penggalan lagu itu seolah mewakili mimpi kedamaian yang diusung guru-guru dan siswa yang menggelar pentas akhirussanah yang diberi tema "Tapak Ibu Pertiwi". Dalam pementasan itu dilukiskan makna yang tersirat bahwa pertikaian yang ada di dunia, kacau balau yang ada di negri, akan berpengaruh pula pada generasi penerusnya yang sedang belajar dan akan terganggu.
Negeri yang damai aman tentram akan dirindukan setiap orang. Dan menjadikan iri negara lain di belahan dunia.
Dalam pementasan Tapak Ibu Pertiwi itu dilukiskan kehidupan budaya yang asri dengan tarian air yang sejuk sukacita anak-anak dengan pengenalan budaya dari belahan bumi, kegiatan bersekolah siswa-siswi yang menyenangkan, dan pesan (message) tentang harapan (hope) yang divisualkan dengan transfer knowledge tentang kebijaksanaan (wisdom) yaitu petuah seorang kakek dan cucunya.
Dan keadaan ketidakseimbangan muncul dengan sedikit kekacauan dan kekawatiran serta kecemasan bahwa "kenapa manusia tidak mau mudah berdamai?" Dan sang kakek pun berpesan bahwa dari manusia itulah awal dari kebaikan itu yang harus diupayakan tetap "Mikul Dhuwur Mendhem Jero" semua kebajikan dari nenek moyangnya untuk negerinya
Akhirusanah adalah resepsi akhir tahun pada siswa yang diadakan oleh sekolah. Disebutkan oleh kepala sekolah, bahwa ini adalah puncak dari semua kegiatan ekstra kurikuler yang ada di sekolah tersebut, yaitu di SD Muhammadiyah ini seperti tari, pencak silat ( tapak suci), drum band, karawitan, dan vokal atau musik.
"Semua itu dikemas dalam pementasan tersebut. Tariannya, pencak silatnya, musiknya, vokalnya, semua dikemas melalui cerita itu", ketua panitia mengiyakan.
Ciri Utama
Yang menjadi ciri utama adalah hafalan Quran juz 30, sehingga ketika akhirrussanah itu, genap pulalah hafalan siswa. Penghafal - penghafal itu ditampilkan sebagai acara utama diletakkan paling depan sehingga tamu undangan akan melihat dan menyaksikan para penghafal itu melantunkan Surat Annaba. Melalui mulut-mulut kecil inilah tebaran ayat suci ini berkumandang. Dari tebaran ini melayang- layang hidayah yang akan jatuh pada mereka yang dikehendaki Allah dan akan terbuka hatinya untuk membentangkan kemajuan lebih dalam lagi untuk kemajuan pendidikan di negeri Indonesia tercinta.
Sedang dari vokal para siswa terpekik lugu dan lugas
Hidup tiada mungkin....
Tanpa perjuangan, tanpa pengorbanan
Mulia adanya....
Berpegangan tangan dalam satu jiwa
Demi masa depan Indonesia Jaya
( Indonesia Jaya, oleh Harvey Malaiholo)
Penulis dan Pewawancara
Dra.Novi Saptina
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H