[caption caption="Pakaian adat dari Makassar. Sebuah alternatif pilihan untuk memperingati Hari Kartini tahun ini. | Dokpri"][/caption]Bulan April sudah tiba, salon-salon sudah mulai banyak memasang spanduk menyewakan pakaian adat serta meriasnya. Bagaimanapun hal ini juga menggembirakan karena masyarakat telah dibudayakan untuk membanggakan dengan keIndonesiaannya yaitu mencintai pakaian adatnya. Ny Iriana Jokowi juga dalam kesempatan menganjurkan agar ibu- ibu pejabat membiasakan diri untuk mengenakan baju adat agar kecintaan ini ditiru semua wanita.
Hal ini menggembirakan karena tampilan luar dari KeIndonesiaan sudah akan tampak. Sesudah itu akan bisa diisi jiwa nasional nya.
Â
Sejarah Pergerakan
Menilik kegembiraan ini wanita bisa memulai dengan mempelajari lembaran-lembaran sejarah pergerakan wanita di Indonesia. Dengan mempelajari sejarahnya maka bobot pemikiran keIndonesiaannya akan sangat bagus.
Cut Nya'Dien, Nyi Ageng Serang, Dewi Sartika, adalah wanita-wanita yang mewarnai sejarah, kiprahnya bisa didalami dalam pembacaan sejarahnya. Yang penting lagi adalah pemikirannya, cita-citanya, ini yang akan sangat menentukan produk dari wanita.
Cut Nya' Dien adalah wanita Aceh, berjuang mengikuti jejek suaminya, keberaniannya mengagumkan. Beliau konsisten dengan perjuangan besar membebaskan dari cengkeraman kolonial, meskipun akhirnya mengalami kegagalan namun perjuangan yang indah itu dikenang oleh kawan dan lawannya. Penjemputan dari tentara Belanda mengiringinya dengan amat sopan dan elegan, seperti mahasiswa yg menjemput Profesornya untuk memberikan perkuliahan. Sangat anggun sekali, karena kewibawaan besar yg berasal dari dalam. Nyi Ageng Serang, wanita berkuda yang hebat. Nyi Ageng Serang adalah tipikal perempuan pejuang dan pertapa yang begitu dihormati oleh pengikut pangeran Diponegoro. Dewi Sartika wanita organisatoris yang pandai. Nyi Achmad Dahlan, wanita tegar yang mendirikan organisasi wanita Muhammadiyah, agar bisa bersama laki-laki berjuang bersama memajukan bangsa.
Penulis barat selalu menuliskan bahwa kekuatan perempuan Raden Ayu adalah suatu kekuatan yang muncul dari dalam istana. Adalah fenomena tersendiri yang memerlukan kemampuan tersendiri untuk diteliti lebih dalam. Banyak kemungkinan karena lingkungan istana dan priyayi mempunyai hubungan yang baik dengan pemerintah yang bisa dimanfaatkan dalam pendidikan atau organisasi
Dalam tarian Matahati, digambarkan para wanita prajurit dengan kuda dan memegang senjata. Hal ini menggambarkan bahwa para wanita juga bergerak dalam perjuangan melawan kolonial; dorongan kebangsaan  yang sangat kuat. Meskipun itu diciptakan secara kondisional pada waktu itu, dimana semua elemen pemuda bergerak untuk kemerdekaan bangsanya. Namun, keberanian untuk mendobrak dari sisi jendernya itu yang perlu dicermati oleh para pengkaji wanita.
Banyak peneliti barat yang mengupas isu wanita pada masa penjajahan yang tersembunyi namun bukan menjadi rahasia, yaitu para wanita yang menjadi Nyai , yaitu wanita yang diperlakukan secara terhormat oleh Belanda namun tidak mempunyai hak apapun termasuk pada anak yang dilahirkannya.
Suatu yang membuat keprihatinan dalam lembaran sejarah yang harus diterima oleh wanita Indonesia. Sejarah penjajahan memang menimbulkan kepahitan dalam banyak hal terutama pada wanita.Namun itulah pengorbanan dalam sejarah wanita yang tidak akan sia-sia.
Sejarah Sosial
Selain sejarah tokoh wanita itu perlu pula membuka lembaran sejarah masyarakat wanita.Maka wanita akan bisa membentuk karakter yang kuat yang akan tampil dalam kiprah dan kecanthasan geraknya. Yaitu upaya sadar memperkuat karakter adalah hal yang utama. Dengan mengedepankan nilai (value) dan keyakinan (belief).
Menjadi wanita juga menjadi sebuah tanda bahwa menjadi wanita harus mengenal kemodernan namun tetap bisa njawa dan njawani, yaitu tetap bisa menerapkan segala kewanitaan dalam kemajuan.
Sekarang muncul juga fenomena orientasi timur tengah, wanita berjilbab yang berkemajuan pula, diharapkan oleh para penggiat wanita muslim ini dengan pernyataan bahwa wanita berjilbab jangan sampai mempunyai kemampuan intelektual yang rendah. Jadi wanita berjilbab harus pandai dan maju. Rupanya banyak pekerjaan rumah yang dilakukan oleh wanita.
Bahwa masyarakat biasa yang tersembunyi juga mempunyai peran dalam sejarah. Wanita juga harus mengangkat hal yang demikian ini. Para wanita desa yang rela melepas laki-lakinya dengan ikhlas tanpa rasa apa-apa, hanya ringan seringan kapas yang terbang ditiup angin. Semua juga harus berterimakasih pada wanita masyarakat ini yang sangat, yang turun merenda maupun merajut benang sejarah sehingga menjadi kebhinekaan sejarah.
Â
Dra.Novi Saptina
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H