Penerimaan raport semester satu sudah usai. Banyak kenangan manis ataupun pahit yang dialami guru-guru. Semua kenangan itu bercampur baur di dalam hati. Apakah ada yang kenangannya manis semua? Saya kira tidak ada. Di dalam hidup pasti ada suka maupun duka, ada hitam maupun putih, ada tepi atau ujung semua itu adalah sunatullah yang dialami manusia termasuk guru.
Orang yang sukses, atau pun orang baik, bukanlah orang yang tidak pernah melakukan kesalahan. Tapi orang yang melakukan kesalahan yang mau memperbaiki dan belajar dari kesalahannya untuk menjadi orang yang besar. Karena Kesalahan atau kegagalan itu adalah awal dari kesuksesan, bila orang itu mau belajar dan mempelajarinya.
Demikian yang dialami guru dalam mengelola kenangan pahit dan manis pada semester  1 pembelajarannya. Semester 1 adalah bulan Juli sampai Desember. Apa yang dilakukan guru membuka bulan baru Januari ?
[caption caption="Guru-guru setelah menjalani pelatihan di Balai Muhammadiyah Surakarta"][/caption]Â
Belajar lagi
Mau tidak mau memang guru harus bekerja keras untuk mencapai apa yang selama ini dicita-citakan. Apa cita-cita guru itu? Toh dia kewajibannya mengajar dan membuat murid itu bisa dan pandai?Sebagai manusia yang hidup di bumi Indonesia guru harus mempunyai cita –cita menjadikan Indonesia maju dan hebat.
 Kewajiban mencapai 8 Standar Pendidikan seperti : Standar Kompetensi kelulusan, standar isi, standar Proses, Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Standar Pengelolaan, Standar Pembiayaan, Standar Penilaian Pendidikan. Guru pun harus menyampaikan pelajaran dengan apik dengan Pengetahuan, Kemampuan, Ketrampilan, Sikap dan Kebiasaan yang semua diharuskan prima semua merupakan senjata guru yang handal yang harus dipunyai dan melekat.
Maka guru harus mempunyai keyakinan kuat bahwa tugas mulia memajukan Indonesia itu tercapai.  Ciri guru profesional yang mempunyai kompetensi pedagogik adalah yang mampu mengelola pembelajaran. Kompetensi kepribadian yang mantap adalah berakhlak mulia, arif, wibawa rendah hati, tidak suka pamer, tidak sombong, dan tidak meremehkan orang lain. Kompetensi sosial yang bisa berkomunikasi adalah yang baik dan kompetensi profesional yang menguasai materi yang diajarkannya.
Terutama  berhubungan dengan UU no 14 2005 yang menyebutkan guru adalah pendidik profesional dengan tugas : mendidik, mengajar, membimbing,mengarahkan, melatih, dan mengevaluasi peserta didik. Bagaimana tugas sempurna ini bisa dijalani dengan baik kalau tidak bermental baja yang mempunyai kecerdasan yang super ?
Bagi guru yang menunjukkan dan mempunyai kemauan kuat akan dapat dilihat kreativitas nya dengan mempunyai kreativitas yang kuat, menunjukkan keberhasilan dan kesuksesannya.
Hidup guru juga harus terencana jangka panjang sehingga direncanakan dengan tepat. Jangka menengah dipersiapkan dengan arif. Dan jangka pendek dijalani dengan baik. Guru juga harus pandai membuat orang lain bangga dengan keberadaannya, yaitu memberi (sodaqoh) dengan ilmunya dan berjuang dengan ilmunya. Semua dilakukan pantang menyerah ataupun putus asa.
Dalam bahasa jawa disebutkan “Sapa sing tekun, ketekan sedyane “ – yaitu siapa yang tekun akan mendapatkan apa yang dicita-citakan. Begitu juga guru yang mempunyai suatu cita-cita, apabila dia tekun akan tercapai pula mimpi-mimpinya itu.
Integritas
Baru-baru ini Menteri Pendidikan dengan bangga mempersembahkan kepala sekolah seluruh Indonesia yang bernilai Integritas. Maka guru pun harus menanamkan integritas itu pada siswa. Jujur, adil, dan cinta tanah air. Perlu sekali menanamkan pada siswa bahwa NKRI harga mati, agar bangsa Indonesia selalu bersahaja di mata siapapun.
Memang guru dalam mewujudkan semua itu pun harus bangun dan bangkit, seperti Rusa yang setiap hari harus bangun pagi dengan lebih cepat dari yang lainya karena sekali Rusa lengah akan menjadi santapan Harimau yang lezat. Analogi ini diperuntukkan pada guru agar cepat-cepat bangun, sadar diri untuk giat belajar dan bekerja untuk anak didiknya. Memperbaiki semua pengajarannya, dan yang paling utama mengajarkan kejujuran pada anak didiknya. Dan membudayakan kejujuran ini dari lini manapun. Berkata jujur, menyampaikan dengan jujur, tidak mencontek, tidak bekerjasama saat ulangan ataupun ujian. Â
 Jujur menjadi modal utama insan Indonesia yang berkemajuan. Negara yang berkemajuan bukan karena sedikit orang yang baik, tapi banyak orang yang baik tapi tidak mau menyampaikan pesan dengan jujur, tidak melakukan tindakan dengan jujur, tidak berkata dengan jujur. Maka negaranya menjadi mundur.
Jujur dan shaleh...... selalu!
Â
Novi Saptina
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H