Mohon tunggu...
Hana
Hana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Sebelas Maret

Live is a choice, that's why i choose it.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Kurikulum Merdeka Harapan atau Malah Beban Baru bagi Siswa dan Guru?

19 November 2024   19:33 Diperbarui: 19 November 2024   20:02 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

DUNIA pendidikan telah mengalami perubahan, isu ini merupakan sesuatu yang tak terelakkan, terutama upaya menciptakan generasi muda agar lebih siap dalam menghadapi tantangan di masa depan. Kurikulum merdeka, yang baru-baru ini muncul dari gagasan Nadiem Anwar Makarim atau yang sering dikenal Nadiem Makarim sebagai Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi pada Kabinet Indonesia Maju periode 2019-2024.

Hal ini menjadi bentuk reformasi pendidikan di Indonesia selepas lamanya penerapan Kurikulum 2013 (K13). Kurikulum merdeka dirancang dengan pendekatan yang lebih fleksibel, memberikan kesempatan bagi sekolah juga guru agar lebih bebas dalam menyesuaikan proses belajar-mengajar yang sesuai dengan kebutuhan siswa.

 Namun, di balik gagasan yang terlihat sangat menjanjikan ini, muncul pertanyaan, “Apakah kurikulum merdeka benar-benar akan membawa harapan baru atau malah menjadi beban baru bagi siswa dan guru?”

Kebebasan yang Membebaskan atau Membingungkan?

 Memberikan lebih banyak kebebasan kepada guru dan sekolah dalam merancang kurikulum merupakan tujuan utama dari kurikulum merdeka. Proses belajar-mengajar yang mengutamakan pembelajaran berbasis proyek serta kreativitas siswa menjadi cara pendekatan dari kurikulum ini. Siswa diharapkan dapat mempelajari hal-hal yang lebih sesuai dengan passion dibandingkan sekadar menghafal teori yang tidak sesuai passion.

Namun, ada beberapa masalah akan kebebasan ini. Ketika mereka diberi tugas baru untuk membuat materi dan metode pengajaran yang sesuai, tidak sedikit pula guru merasa terbebani. 

Tidak semua guru dapat meluangkan waktu dan berpikir kreatif karena kesibukan yang mereka hadapi setiap harinya. Kebebasan yang dimaksud dapat menjadi kesempatan bagi sekolah sebagai dukungan dan fasilitas yang baik. Tetapi, kebebasan ini juga bisa membuat guru kewalahan di sekolah-sekolah yang tidak memiliki fasilitas memadai. Beberapa guru mungkin bingung dan kesulitan menentukan dari mana sebaiknya memulai daripada terinspirasi.

Guru menjadi Inspirator atau Korban Perubahan?

Kurikulum merdeka membuat guru menjadi pilar utama dalam transformasi pendidikan. Dengan adanya lebih banyak kebebasan, diharapkan para guru bisa menunjukkan kreativitasnya dalam membuat pembelajarannya dapat bermanfaat. Alih-alih terwujud, harapan hanyalah harapan yang tidak selalu terwujud. Masalah utamanya adalah kekurangan pembelajaran dan bimbingan bagi guru dalam memahami juga menerapkan kurikulum tersebut.

Banyak guru merasa kurang siap untuk mengubah cara mengajar yang sudah mereka terapkan selama ini. Beberapa di antara mereka telah lama mengajar dengan cara lawas dan untuk beralih ke cara mengajar yang baru pasti memerlukan pelatihan mendalam. Jika tidak begitu, guru bisa menjadi korban dari perubahan yang tidak diiringi dengan dukungan penuh dan bukan lagi menjadi sumber inspirasi bagi siswanya.

Siswa Akan Terinspirasi atau Sebaliknya?

Kurikulum merdeka memberi siswa kesempatan untuk belajar dengan suasana yang menyenangkan. Tujuan dari pembelajaran berbasis proyek adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berpikir secara kritis, bekerja sama, dan menyelesaikan masalah dalam realita. Metode ini dapat menjadi ide bagi siswa yang menyukai kegiatan semacam itu. 

Akan tetapi, beberapa siswa menganggap perubahan ini adalah hal yang buruk. Tidak sedikit pula siswa akan merasa tertekan karena kesulitan dengan pendekatan pembelajaran baru, terutama bagi yang sudah terbiasa mengikuti metode pembelajaran Kurikulum 2013 (K13), terstruktur dan jelas.

     Di samping itu, siswa mungkin mengalami kesulitan lain jika tinggal di daerah tanpa akses yang memadai atau terbatasnya akses teknologi. Penerapan pembelajaran proyek dapat gagal jika dilakukan kurang efektif di sekolah.

Lantas Harapan untuk Siapa?

     Jangan lupa bahwa kurikulum merdeka tidak bisa dilaksanakan tanpa arah. Tingkat kesenjangan dalam bidang pendidikan masih terlihat jelas antara warga kota dan warga desa di Indonesia. 

Masalah yang dihadapi sekolah di kota besar lebih rumit dibandingkan dengan sekolah di daerah terpencil dengan fasilitas dan guru yang terbatas. Hal ini masih terjadi di beberapa tempat akibat dari kekurangan fasilitas dasar seperti ruang kelas dan buku pelajaran yang memadai. Bagaimana kita dapat memperkirakan bahwa kurikulum yang bebas akan terwujud jika dalam keadaan seperti ini?

     Kebebasan kurikulum yang tidak didukung secara merata hanya akan memperburuk kesenjangan pendidikan. Siswa di sekolah-sekolah yang lebih terarah mungkin merasa lebih menikmati metode pembelajaran inovatif dan interaktif, tetapi siswa di daerah terpencil mungkin mengalami masalah yang dapat menghambat mereka untuk juga menikmati kurikulum baru.

Harapan Apa yang Perlu Dilakukan?

     Meskipun membawa semangat akan hal baru, keberhasilan kurikulum merdeka tergantung pada kesiapan guru dan dukungan sekolah dalam menerapkannya. Pemerintah juga harus memastikan apakah pelatihan guru hanya sebagai formalitas saja atau tidak, tetapi juga benar-benar mendorong mereka untuk menjadi orang yang memperkenalkan metode ini dalam bidang pendidikan. 

Prioritas utama harus diberikan pada fasilitas yang memadai, terutama di daerah terpencil. Perubahan kurikulum akan terlihat seperti beban tambahan dibandingkan sebuah solusi.

     Dalam hal ini, penilaian serta penyesuaian perlu dilakukan berdasarkan umpan balik dari guru dan siswa. Sebuah kurikulum yang baik adalah yang mampu beradaptasi dengan tuntutan dari kebutuhannya. Melibatkan guru dalam proses evaluasi akan memastikan perspektif yang lebih akurat dan memastikan bahwa perubahan membawa manfaat yang nyata.

Harapan dengan Dukungan Nyata

     Kurikulum merdeka adalah suatu langkah besar dalam upaya mereformasi sistem pendidikan di Indonesia. Hal ini memberikan harapan besar untuk pendidikan yang lebih sesuai. Namun, harapan ini tidak bisa tercapai dengan mudah tanpa dukungan yang nyata seperti pelatihan, fasilitas sekolah, dan kebijakan yang memperhatikan kesenjangan pendidikan. 

Penerapan kurikulum merdeka harus diterapkan dengan teliti agar bisa menjadi satu harapan yang baru alih-alih menjadi masalah baru yang mengganggu proses belajar-mengajar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun