Mohon tunggu...
Novira Kharamyna
Novira Kharamyna Mohon Tunggu... Wiraswasta - Ibupreuneur yang gemar menulis

Tertarik dengan: Sejarah, Politik, Sastra, Budaya, Sosial dan Indonesia. Menulis = Jendela Pola Pikir

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Fenomena Eksistensi Diri

18 Juli 2016   15:33 Diperbarui: 19 Juli 2016   08:26 3054
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan penerapan yang dilakukan generasi sebelum generasi millennial ini maka sekarang orang-orang memiliki kesempatan untuk menjadi pusat perhatian, baik dari pencapaian, penampilan ataupun sensasi (Liputan 6.com).

Hal yang dilakukan untuk menunjang eksistensi diri

Berikut ini adalah beberapa hal yang sering dilakukan untuk meningkatkan eksitensi diri:

Selfie Quotes

Berfoto selfie dengan caption yang merupakan quotes dari beberapa kata-kata mutiara ataupun kumpulan kata tokoh nasional dan internasional yang mampu menyemangati diri ini menjadi fenomena yang paling sering ditemui. Tidak jarang fotonya menunjukkan ekspresi apa dan captionnya apa alias ngga nyambung. beberapa yang saya temui misalnya muka dengan ekspresi fierce/duck face namun quotesnya tentang kejujuran, lalu apa hubungannya?kejujuran dengan mulut yang cenderung maju ke depan, apa kalo kita jujur mulut kita cenderung maju? hal ini yang menurut saya miris karena apa? yang kita share di media sosial harus dipastikan messagenya delivered, pernah juga melihat foto pemandangan dengan orang tersebut sedang berfoto full body lalu quotesnya adalah kata-kata tokoh terkenal, apa tempat tersebut merupakan tempat tokoh tersebut berada? atau tempat bersejarah bagi tokoh tersebut? 

Setelah ditelusuri ternyata tidak juga, kalau begini yang ada malah membingungkan, sering kali saya menemukan bahwa foto dan captionnya tidak nyambung, setelah saya perhatikan ini tidak lain adalah bentuk dari eksistensi diri/kenarsisan kita. padahal jika ingin menunjukkan foto kita mendingan tidak usah pake caption daripada memaksakan, kenapa justru hal yang kurang filosofis ini menjadi sebuah tren tersendiri?ya itu yang tadi saya bahas ada perlunya jika kita menyaring sebuah tren yang ada, coba teliti terlebih dahulu apa maksudnya dan bermanfaat atau tidak, bukan atas dasar ingin semakin dikenal.

Sharing Aktivitas

Banyak sekali media sosial yang didesain untuk memperlihatkan segala aktivitas kita baik yang dari kegiatan utama maupun kegiatan tambahan lainnya, yang saya pun ikut bergabung di dalam komunitas itu, namun setelah lama-kelamaan saya bosan karena yang dilihat hanya kegiatan orang-orang saja, kalau tidak foto selfie mereka. Saya memang tidak berhak menjudge atau mengomentari seseorang namun kadang ketika mereka makan cilok atau sekedar makan baso pun harus dishare dengan caption “Alhamdulillah cilok/baso ini jadi penambal perut ketika lapar”, lalu kenapa?hehe. Saya tidak keberatan jika memang yang dishare adalah prestasi (karena inspiratif) ataupun hal yang sifatnya informatif, tapi kadang saya berpikir kenapa rasanya sekarang ini banyak orang mengesampingkan yang namanya privasi sehingga semuanya harus dipublish. Apalagi jika hal tersebut adalah hal pribadi, atau cenderung membuka aib sendiri, miris bukan?

Menggunakan Bahasa Gaul

Menjadi keren memang pilihan, ya mungkin pilihan hidup juga, ketika bahasa semakin sulit dimengerti maka mereka merasa semakin keren, hal ini yang saya temui pada junior saya di kantor ketika mereka berkomunikasi, tidak jarang senior saya yang umurnya terpaut cukup jauh membutuhkan waktu dan usaha yang lebih lama dari saya. Para Junior ini tidak menerapkannya pada suatu pekerjaan, namun lebih sering di suatu grup WA ataupun grup lainnya, yang cenderung lebih santai. Namun tetap saja membutuhkan waktu untuk mencernanya seakan-akan itu adalah encrypt dimana harus menggunakan bantuan alat/software untuk memecahkannya. Contoh sederhananya adalah ketika kita mengucapkan ‘selamat ulang tahun’ dengan bahasa inggris, junior saya mengubah dan membuat kalimat ‘Happy Birthday’ menjadi ‘Pibesdey’, memang benar menjadi lebih singkat sehingga kita tidak perlu mengetik lebih panjang tapi dari segi makna mungkin saja bisa berubah karena persepsi orang yang berbeda dan kenapa harus mengubah kalimat yang ada.

Apa yang saya bahas ini hanya Self Opinion, namun sebagai salah satu dari generasi ini saya ingin kita jauh lebih mengingatkan satu sama lainnya bahwa tidak selamanya eksistensi diri ini menjadi parameter di dalam hidup, saya pun sedang terus mencoba untuk filtering dengan mengadopsi yang bermanfaat dan tidak mengikuti yang kurang bermanfaat, jika kita melakukan hal yang yang positif dan sifatnya kontinuitas maka saya yakin eksistensi itu akan berada tepat di belakangnya, tidak perlu direncanakan ataupun dibuat-dibuat. Lebih sering dalam menyaring tren yang ada, jangan hanya jadi generasi yang ikut-ikutan. Jadilah generasi yang cerdas dalam berpikir, bertindak juga berperilaku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun