Mohon tunggu...
Novi Nurul Khotimah
Novi Nurul Khotimah Mohon Tunggu... Administrasi - Menulislah dengan hati

GURU MULIA ADALAH GURU YANG BERKARYA

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Terlelap di Bawah Langit Mudzalifah

20 Juli 2022   09:15 Diperbarui: 21 Juli 2022   12:48 1068
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berapa jumlah batu kerikil yang harus dipersiapkan untuk keperluan lempar jumroh di Jamarat? Bagi para jemaah haji yang mengikuti kegiatan haji Nafar Awal cukup 49 butir kerikil. 

Tujuh butir kerikil untuk lembar Jumroh Aqobah di Jamarat pada tanggal 10 Dzulhijah, 21 butir kerikil buat lempar Jumroh Ula, Wustha dan Aqobah pada tanggal 11 Dzulhijah dan 21 butir kerikil untuk lempar Jumroh Ula, Wustha, dan Aqobah pada tanggal 12 Dzulhijah di Jamarat. Sedangkan bagi para jemaah haji yang mengikuti Nafar Tsani, batu kerikil yang diperlukan sebanyak 70 butir.

Dokumentasi pribadi 
Dokumentasi pribadi 

Pelaksanaan lempar Jumroh sama seperti Nafar Awal, namun Nafar Tsani, lempar Jumroh Ula, Wustha, dan Aqobah masih dilakukan pada tanggal 13 Dzulhijah.

Batu kerikil tersebut bisa diambil pada saat Mabit di Muzdalifah. Batu kerikil terhampar banyak di sekitar lapangan Mudzalifah.

Sekira lewat tengah malam situasi Mabit di Muzdalifah mulai menyusut karena para jemaah haji sebagian mulai beranjak ke Mina. Hal itu saya ketahui ketika mata ini terjaga sekira pukul 02.00 pagi Waktu Arab Saudi. 

Saat mata terbuka pandangan yang nampak di lapangan banyak para Jemaah yang telah mengosongkan karpet-karpet tempat bermalam dan samping kanan kiri saya yang berdekatan dengan arah pintu keluar ramai sekali dengan antrean panjang mengular oleh para jemaah jaji yang menunggu jemputan bis sesuai maktab menuju Mina untuk bersiap diri melakukan lempar Jumroh Aqobah di Jamarat.

Alhamdulillah... kurang lebih empat jam saya terlelap dalam buaian mimpi indah di bawah langit Mudzalifah. Masya Allah...betapa nikmatnya tidur yang hanya beralaskan tanah, beratapkan langit dan berselimutkan angin malam. 

Suasana ingar bingar di area lapangan Mudzalifah tidak menjadikan kedua mata saya sulit terpejam. Segala pujian hanya milik Allah semata...

Saya pun bersama rekan jemaah haji perempuan beranjak ke toilet untuk bersih-bersih diri, untuk melakukan sholat malam dan persiapan sholat subuh. 

Alhamdulillah... antrean di toilet tidaklah nampak seperti diawal saya datang sehingga saya pun dengan bebas bisa memilih ruangan toilet sekaligus untuk bisa mandi. Di samping itu saya bisa berpuas diri mencari batu kerikil sesuai yang dibutuhkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun